•• Gadis Kecil Dari Masa Depan ••

103 12 1
                                    

Ahra menatap bulan dari balkon kamar milik Jungkook. Ia bersandar ke kaca di belakangnya, melingkarkan kedua tangannya kearah kaki yang ia tekuk kedepan. Angin malam yang dingin menyentuh kulitnya sedaritadi, tapi ia seakan tidak merasakannya dan masih betah berdiam diri dengan hanya menggunakan baju tidur lengan pendek bermotif domba putih.

Bukan selera Ahra, tapi ia harus memakainya walau dengan berat hati. Harganya 100rb won, kata Jungkook sore tadi. Ahra percaya saja.

"Axl." Ucapnya pelan. Tidak ada teman yang bisa ia ajak bicara pada jam 10 malam. Para pelayan disana pasti mengira ia sudah tertidur. Jika ia menghampiri pelayan maka ia hanya akan disuruh untuk tidur, mengingat perintah Jungkook kepada mereka yang mengharuskan membuat Ahra tidur sebelum jam 9 malam. Sedangkan ayah masa depannya itu entah pergi kemana hingga belum pulang sampai sekarang.

"Chou Tzuyu sedang menangis karena mengira kau akan meninggalkannya, Kim Miyeon sedang menenangkan Tzuyu, dan Jeon Jungkook sedang bersenang-senang bersama dua temannya."

Seperti biasa, liontin itu kembali redup saat Axl berhenti berbicara.

Ahra sontak mengerucutkan bibirnya. Ia kesal karena Axl menjawab bahkan sebelum ia bertanya.

"Ini tidak adil! Ahra tau Axl bisa membaca pikiran Ahra, tapi kan Ahra sedang membutuhkan teman. Tolong duduklah disamping Ahra dan bersikap seakan Axl tidak bisa membaca pikiran Ahra."

Tidak ada jawaban apapun dari Axl. Ahra menghela nafas panjang, otaknya kembali memutar berbagai memori tentang dirinya dan mansion keluarga Jeon.

"Ahra sangat kesepian sekarang. Rumah ini, rumah yang sangat tidak asing bagi Ahra. Ahra tumbuh di rumah ini. Di masa depan Ahra nyaman tapi juga benci tinggal disini Axl..." Ucapnya.

"...Di masa depan Ahra juga sering seperti ini, menatap bulan yang bersinar di langit malam. Tapi terkadang Ahra juga hanya bisa melihat langit yang hitam, atau hujan dan badai dari balik jendela."

"...Karena sekarang ada Axl, bisa tolong temani Ahra? Suasana seperti ini sangat tidak asing, dan Ahra sangat tidak suka itu."

Ocehan panjang Ahra hanya dibalas  dengan keheningan. Dan hal itu membuat binar di mata ahra semakin menghilang.

Gadis kecil berusia 8 tahun itu sangat kesepian,

Dia sangat lelah,

Tapi tidak ada yang bisa menerima keluh kesahnya di dunia yang asing ini.

Semua hal rumit yang mengganggu pikirannya, rasa sesak yang selalu memenuhi hatinya. Sejujurnya gadis kecil itu tidak mampu menanggung semua beban itu di pundaknya.  Hal itu sudah beberapa kali membuatnya ingin menyerah dan kembali ke masa nya. Ahra tidak sanggup jika bebannya ditambah dengan kejadian yang terulang ditempatnya sekarang, yaitu sendirian menatap langit malam.

"Hiks-"

Lagi, untuk kesekian kalinya isakan itu lolos dari bibir mungilnya. Mata bulat itu lagi-lagi kehilangan binarnya. Jeon Ahra, gadis kecil itu sudah sangat lelah.

Ahra menundukkan kepalanya, memeluk lututnya dengan cukup erat dan menangis disana.

"Ahra?"

Ahra tersentak kaget, ia menoleh dengan cepat kebelakang, dilihatnya Jungkook yang sepertinya baru memasuki kamar.

'Ah, bukankah tadi Axl bilang papa sedang bersenang-senang?'

Drap

Drap

Drap

Ditengah keheningan malam, suara langkah kaki penuh kekhawatiran itu terdengar sangat jelas. Jungkook yang beberapa saat lalu masih berdiri membatu di depan pintu kamar, kini sudah berlutut didepan Ahra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[••CHANGE••]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang