Ahra tidak mengedipkan matanya sekalipun, sepasang mata berwarna biru di depannya terlalu indah untuk ia lewatkan.
Suasananya menjadi sedikit canggung, anak laki-laki itu menyingkirkan tangannya dari mulut Ahra, tapi bahkan pergerakannya pun tidak membuat Ahra berhenti menatapnya.
"K-kenapa menatapku seperti itu?" Tanya anak laki-laki itu gugup.
"Itu, matamu sangat indah. Ahra sangat menyukainya." Ucapnya. Matanya berbinar penuh kekaguman.
Mendengar pujian dari Ahra tidak membuatnya senang sedikitpun. Raut wajahnya berubah, tatapannya meredup bersamaan dengan siluet perempuan yang tiba-tiba hadir dalam bayangannya.
"Mata birumu, aku sangat menyukainya."
Bahkan suara itu terdengar dengan jelas.
"Kenapa? Apa Ahra berbuat salah?" Tanya Ahra sembari memiringkan kepalanya.
"Menjauh dariku!" Teriaknya. Padahal jarak mereka saat ini diciptakan olehnya.
Ahra menggeser posisinya, ia masih memasang ekspresi bingung di wajahnya.
"Ahra berbuat salah ya? Maafkan--"
Plak
"Aw!" Pekik Ahra saya tangannya malah menerima sebuah pukulan. Padahal dia hanya berniat memegang pundak anak laki-laki di depannya karena khawatir.
"Kenapa kau memukul tangan Ahra?!" Marah Ahra.
"Kau tidak sopan! Jangan memegang orang sembarangan!"
Ahra terdiam beberapa saat, kemudian menundukkan kepala.
"Kalau begitu Ahra minta maaf." Ucap Ahra dengan polosnya.
Anak laki-laki itu menghela nafas panjang,
"Daripada membahas hal yang tidak penting, apa kau tidak penasaran tentang siapa aku dan kenapa aku bisa tiba-tiba ada di depanmu?"
Kedua mata Ahra membulat, dia kini terlihat antusias. "Oh iya! Ahra sampai lupa! Halo tetangga! Namamu siapa?"
Blarr
Cahaya biru itu kembali menyelimutinya, kali ini lebih besar daripada saat pertama ia muncul.
Apa kemunculannya sangat biasa saja sampai yang ditanyakan adalah 'nama? Bahkan Ahra menyangka dia adalah tetangga! Catat! Tetangga! Dia sangat marah karena Ahra menganggapnya manusia biasa.
"Dasar bodoh!" Marahnya kemudian pergi darisana dengan kecepatan yang sulit ditangkap oleh mata manusia biasa.
'Cahaya biru? Menghilang begitu saja?' Batin Ahra dengan mata membulat.
Butuh beberapa detik untuk Ahra mendapatkan kembali kesadarannya.
"EONNI!! AHJUMA!!! ADA HANTU!!!" Teriak Ahra sambil berlari kedalam rumah.
•••
"Tadi Ahra melihat hantu! Anak laki-laki, tingginya se-- saat dia duduk di sebelah Ahra, tinggi kami hampir sama. Warna matanya biru, sangat indah, Ahra sampai tidak mengira dia hantu."
Ahra terus mengoceh, menceritakan kejadian dengan sangat rinci kepada Tzuyu dan Miyeon yang kini duduk di kursi ruang tamu. Saking fokusnya bercerita, Ahra sampai tidak menyadari kehadiran anak laki-laki itu yang kini berdiri tidak jauh dari mereka sambil melipat kedua tangannya dibawah dada.
"... Saat Ahra bertanya siapa namanya, tiba-tiba Wushh!!! Dia hilang tepat di depan Ahra! Ahra sangat--"
Perkataan Ahra terhenti, matanya membulat saat menyadari sosok itu ternyata memperhatikannya dan memberinya tatapan membunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[••CHANGE••]
AventuraJeon Ahra hanya ingin ayah dan ibunya berhenti bertengkar dan berhenti mengucapkan kata 'berpisah'. Jika ia diberi satu saja kesempatan, maka Ahra hanya ingin mengubah satu hal. Yaitu membuat ayah dan ibunya saling menyayangi seperti ia menyayangi m...