••Permulaan••

348 53 16
                                    

Tzuyu cukup lama memandang Ahra yang masih terlelap di atas ranjangnya. Ahra memakai baju pendek berwarna putih miliknya, cukup untuk menutupi tubuh Ahra sampai betis.

Ahra menangis hampir semalaman, wajar jika sekarang yeoja kecil itu belum bangun. Tzuyu sebenarnya juga masih sangat mengantuk, tapi dia harus sekolah. Tidak ada waktu untuknya tidur lebih lama.

"Jika dilihat-lihat, dia memang sedikit mirip denganku saat aku masih kecil. Hanya saja, tercampur gen orang lain. Mungkin gen ayahnya?" Monolognya. Selang beberapa detik Tzuyu dengan cepat menggeleng, entah apa yang membuatnya mulai membandingkan segala hal tentang Ahra dengan dirinya waktu kecil.

"Sudahlah Tzuyu! Tidak mungkin dia benar dari masa depan! Sepertinya kau terlalu memikirkan pelajaran hingga otakmu sedikit kacau sekarang." Ocehnya pada diri sendiri. Tzuyu segera pergi dari sana, meninggalkan Ahra yang masih menjamah alam mimpinya.

•••

Tzuyu menghela nafas panjang, saat kini dia berada di depan gerbang yang bisa dibilang sangat tinggi. Gerbang itu sengaja hanya dibuka sebagian, agar memudahkan penjaga gerbang saat menutupnya. Maklum, lima menit lagi gerbang akan ditutup.

Yang ada di pikirannya selalu sama setiap harinya. Rasa tidak percaya, dan tentu saja juga rasa bersyukur karena dia masih bisa sekolah disana.

'Ah, tidak akan ada habisnya jika aku terus seperti ini.' Batin Tzuyu sebelum akhirnya masuk ke area sekolah.

"Pagi, Tzuyu-ssi." Ucap seorang siswa berpakaian sedikit berantakan.

Tzuyu hanya membalas sapaan itu dengan sebuah senyuman, kemudian kembali melanjutkan langkah. Salah satu hal yang membuatnya sedikit tidak nyaman sekolah disini, yaitu karena dia selalu berurusan dengan murid kesayangan guru.

Guru BK maksudnya.

Alasan paling utama Tzuyu selalu berurusan dengan murid macam itu, tentu saja karena wajahnya. Memangnya siapa, yang tidak akan tertarik dengan perempuan seperti Tzuyu?

Fisiknya tidak perlu diragukan, kepintarannya di beberapa mata pelajaran juga menjadi nilai plus dari Tzuyu. Status ekonomi? Beberapa mempermasalahkan hal itu, tapi tentu saja, sebagian besar tidak mempedulikan status ekonomi Tzuyu yang bisa dibilang cukup rendah. Apalagi siswa-siswa yang merasa berkuasa karena harta orang tua mereka. Bukannya membully Tzuyu, mereka bahkan berlomba-lomba ingin mendapatkan Tzuyu.

Langkahnya terpaksa terhenti, saat kini sebuah tangan kekar menahannya. Ya, seorang siswa yang tadi menyapa Tzuyu masih ingin berusaha rupanya.

"Jinyoung-ssi, ada apa?" Tanya Tzuyu mencoba seramah mungkin. Dia melepaskan genggaman itu selembut yang dia bisa, dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya agar Jinyoung tidak tersinggung.

"Hanya ingin mengajakmu makan bersama di kantin nanti siang. Jangan menolak ya cantik." Ucapnya menggoda.

'Sungguh, namja ini sangat ingin aku lenyapkan ya! Seandainya aku kaya!' Batin Tzuyu.

"Tentu. Jika aku tidak lupa. Dan semoga saja, aku tidak ingat." Ucap Tzuyu lengkap dengan sebuah senyuman. Tzuyu segera berjalan cepat tanpa mengetahui Jinyoung yang kini menampilkan smirk nya.

"Kau akan diam saja melihat dia menolakmu di depan banyak orang?" Tanya namja ber-name tag Bambam, salah satu temannya.

[••CHANGE••]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang