2. Red Wine

34 3 0
                                    

Hai! Good people there! Part kemarin gimana? udah ngena di kalian belom? HIHIHI hari ini mau update lagi, jangan lupa buat vote yaaa peeps! <3




Malam yang dijanjikan Jeno tiba hari ini. Sesuai yang di pesan Jeno bahwa ini adalah malam pesta perusahaan, perusahaan mana pun Seo Kyung tidak diberitahu. Yang jelas Seo Kyung tampil cantik, anggun, seksi menjadi nyata. Dengan dress hitam pendek, yang memamerkan pundak dan sedikit punggungnya.

"Kamu cantik malam ini. Saya tidak menduganya." Kata Jeno yang jaraknya sangat dekat dengannya, hingga Seo Kyung bisa mencium aroma parfum pria itu.

"Terima kasih."

"Saat pesta nanti, tolong tetap bersama saya. Saya tidak mau sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Kali ini dengarkan saya. Saya tidak suka di bantah." Jeno berbisik di telinga Seo Kyung.

Mendengar itu, Seo Kyung mendadak merinding. Ini pertama kalinya Jeno terlihat posesif dengannya, nada Jeno tidak marah. Tapi Seo Kyung bisa merasakan bahwa Jeno tidak main-main dengan semua ini.

"Kamu mengerti ucapan saya, Seo Kyung?" Wanita itu mengangguk.

"Jeno."

"Ya?" Jawabnya menatap Seo Kyung.

"Jika nanti terjadi yang tidak diinginkan, itu bukan kesalahanmu." Entah kenapa perasaanna jadi tidak enak.

Jeno menatap wanita itu lama, "Seo Kyung, saya akan menjaga kamu. Saya tidak pernah main-main dengan ucapan saya, saya akan marah jika ada yang berani menyentuh kamu. Orang-orang yang saya bawa banyak, jika mereka tidak bisa di andalkan maka saya sendiri yang akan turun tangan. Selama saya turun tangan kamu jangan kemana-mana sampai saya kembali. Kamu mengerti?"

"Hmm."

"Good girl."

Selama perjalanan jantung Seo Kyung berdetak kencang, merasa tidak nyaman, khawatir. Dia merasa sesuatu akan terjadi tapi dia tidak tahu.

"Semuanya akan baik-baik saja." Kata Jeno yang menyadari Seo Kyung tengah cemas.

'Apanya yang akan baik-baik saja? Jelas dia memberi peringatan tadi. Oh gosh!'

Mobil Jeno berhenti tepat di depan karpet merah yang sudah di gelar sepanjang jalan untuk masuk ke dalam hotel mewah.

"Jika kamu merasa tidak nyaman atau ada yang akan membahayakan kamu, beritahu saya." Kata Jeno lalu keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuknya.

Mereka berjalan memasuki hotel dan ada banyak gelas red wine yang tersusun rapi.

"Jangan terlalu banyak minum red wine-nya, kadar alkoholnya lumayan tinggi."

"Tapi aku haus."

"Kita bisa mencari air mineral atau minuman lainnya di sini."

Tangan Jeno merangkul pinggang Seo Kyung, memastikan bahwa wanitanya aman dengannya. Selama pesta berlangsung, Jeno menepati ucapannya. Tapi mata Seo Kyung menangkap ada seseorang yang membawa pistol dan menyebut nama Jeno, langkahnya terhenti ketika orang itu menumpahkan sedikit red wine ke gaunnya.

"Ada apa?" Tanya Jeno yang bingung melihat Seo Kyung mematung.

"Aku tidak sengaja melihat seseorang membawa pistol dan dia menyebut namamu. Dia menumpahkan red wine ke gaunku."

"Sepertinya mereka mengerti bahwa pesta ini bukan biasa. Ada yang masuk dengan lancang." Jawab Jeno yang sibuk menghubungi orang suruhannya. "Kalian segera kemari dan bawa Seo Kyung. Pastikan dia aman. Jika terjadi sesuatu padanya, aku tidak segan-segan membunuh kalian."

"Seo Kyung, dengarkan saya. Jangan kemana-mana dan tunggu saya kembali." Kata Jeno menangkup wajahnya. "Bawa dia." 

Pikiran Seo Kung benar-benar tidak jernih, dia panik, perasaannya campur aduk. Bagaimana dengan Jeno? Bagaimana jika sesuatu terjadi dengannya? Pesta apa ini sebenarnya? Kenapa bisa ada orang lain masuk? Banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya. Dia benar-benar tidak tenang sekarang.

Dor!

Dor!

 Oh tidak, suara tembakan itu. Jeno masih belum keluar. Apa yang terjadi sebenarnya? Tiba-tiba penglihatan Seo Kyung menggelap, ya seseorang telah menculiknya dari Jeno.

"Dimana Seo Kyung?" Tanya Jeno yang baru saja datang.

"Seseorang telah menculiknya, Tuan. Maafkan kami."

"Sial! Bagaimana kalian bisa lalai? Find her!"

Satu nama yang di pikiran Jeno saat ini adalah Mark Lee. Musuh terbesar Jeno yang ingin menghancurkannya dengan segala cara. Jeno mengambil kunci mobilnya dan menuju tempat Mark, pikirannya kacau. Dia khawatir dengan Seo Kyung, wanita itu tidak tahu apa-apa.

"Oh God." Desis Jeno melajukan mobilnya dengan kencang.

Di tempat lain, Seo Kyung terbaring di ranjang dan seorang pria di kursi yang menghadapnya. Seo Kyung bangun dan terkejut melihat dirinya sudah diikat dan kain hitam yang menutup mulutnya.

"Aku tidak menyangka kau bangun secepat ini, girl." Mendengar itu, Seo Kyung menangis. Bukan karna dia terkejut tapi pria itu bukan Jeno melainkan pria asing bahkan dia tidak mengenalnya.

"Don't cry. Saya belum menyentuh kamu." Jawab pria itu seraya mendekati Seo Kyung.

Tangan pria itu perlahan membuka gaun Seo Kyung, dia berusaha memberontak tapi tidak bisa. Tenaga pria itu terlalu kuat, yang Seo Kyung harapkan malam ini adalah dia tidak di perkosa dan lebih baik dia mati saja. Tapi tindakan pria itu berhenti ketika seseorang mendobrak pintu kamar tersebut, pria itu Jeno dengan pistol di tangan kanannya.

"How dare you, Mark Lee? She's mine!" Kata Jeno seraya menodongkan pistol itu, dia terlihat marah sekali.

"She's beautiful. Her body is so fucking good." Jawab Mark Lee melirik Seo Kyung.

"Siapapun yang saya bawa sendiri tidak boleh disentuh, dia datang dengan saya. Saya yang membawanya."

Tanpa banyak bicara pun Jeno menembak Mar, raut wajahnya terlihat khwatir ketika mengetahui wanitanya dalam kondisi yang tidak baik. Jeno menghampirinya, membuka kain hitam yang menutup mulutnya serta ikatan di tangannya, membenahi gaunnya lalu membawa Seo Kyung keluar.

Jeno tahu keadaan Seo Kyung sedang terguncang atau bahkan mentalnya sedang tidak baik-baik saja. Wanita mana yang tidak terguncang saat hendak di perkosa?

"Seo Kyung, saya benar-benar minta maaf. Maafkan saya. You're safe with me now." Ucap Jeno memeluk Seo Kyung lalu mencium puncak kepalanya, berusaha menenangkan wanitanya.

"Jeno, jangan bawa aku pulang. Bawa aku ke apartemen saja, kalau orang tuaku tahu mereka pasti bertanya nanti." Jeno membawanya ke apartemennya.

Seo Kyung tidak berbicara lagi selain meminta di antarkan ke apartemen, dia masih menangis bahkan dia tidak menatap Jeno.

"Saya antar ya."

"Terima aksih."

"Selamat malam Tuan Jeno. Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya butuh kamar kosong, VIP. Pastikan tidak sembarangan orang bisa masuk."

"Baik Tuan. Kamar 67 lantai 7. Ini kuncinya."

"Terima kasih."

Sesampainya di depan kamar, Jeno membuka kamar dan mempersilahkan Seo Kyung masuk.

"Seo Kyung, saya --"

"Ini bukan salahmu, seperti di awal yang aku katakan tadi."

"Maafkan saya, saya tidak bisa menjaga kamu dengan baik."

"Jeno, tidak perlu meminta maaf. Kau mau menginap di sini atau pulang?"

"Saya akan pulang, besok saya jemput kamu ya. Tolong kabari saja jika ada apa-apa." Wania itu mengangguk.





Sekian, terima kasih sudah membaca cerita ini^^ oh eum don't forget to vote ya!


What If We Break? | LEE JENO [HANG ON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang