05

41.5K 2.7K 783
                                    

.


.


.

"Ahh! Sayang sekali!" gerutu seorang wanita cantik nan seksi, "kenapa kamu tidak menawarkan yang lebih tinggi?! kamu kan masih mampu!" ia terus mengoceh dihadapan kerabat dekatnya ini

lawan bicara hanya diam mendengarkan dengan tenang tanpa merespon sedikitpun, ia mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam sakunya lalu meminta pematik rokoknya pada seorang pria dengan pakaian formal yang duduk disisi kanannya

wanita itu mendengus sebal karena diabaikan, "nona, mau sebatang?" tawar pria disamping Jeno

tanpa mengucapkan kalimat apapun wanita yang diduga adalah kerabat Jeno dari semasa jeno berkuliah dulu merebut sebatang rokok dari tangan pria itu, "Mark, ku lihat-lihat kamu selalu bersama jeno, apa kamu tidak punya kekasih?"

"tidak sempat mencari" jawab mark dibarengi taikkan bahunya

"kenapa tidak sempat?"

"sebenarnya tidak ada alasan untuk itu, aku hanya terlalu fokus pada karirku"

"pasti Jeno yang membuatmu jadi tidak sempat mencari pasangan, dia kan egois." wanita itu mendecih memutar bola matanya malas

yang disindir sedari tadi hanya menghembuskan rokok lalu menghela nafas panjang, "nancy, biasanya seorang anak pandai bicara diumur berapa?"

"OHOK OHOK!" wanita yang diketahui bernama Nancy itu terserang batuk tiba-tiba kala mendengar pertanyaan yang dilontarkan jeno untuknya, "Jeno?? kamu punya anak?"

"apa maksudmu?"

"kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu? ku pikir kamu punya anak"

"tidak, aku hanya bertanya"

"hmm.... setauku diumur 4 tahun anak pada umumnya sudah pandai berbicara, memangnya kenapa?" nancy mengernyitkan keningnya menatap jeno yang tengah merenung

"tapi tidak mungkin dia berumur 4 tahun.."

"huh??? dia siapa?"

"hah? eh? oh, tidak ada."

*drrt
*drrt

suara ponsel dari dalam saku jeno terdengar, "ah... i'll be right back" Jeno bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan nancy bersama mark didalam ruang pelelangan gelap yang tengah mereka hadiri

"hei, ada yang aneh dengan Jeno" ucap nancy pada mark sembari menatap punggung jeno yang semakin menjauh tertelan kerumunan

'selamat malam tuan Lee!'

"malam, ada apa?"

'barusan perusahaan yang kita tawari bekerjasama menyetujui kerjasama kita dalam proyek yang akan dilakukan'

"bagus kalau begitu"

'tapi mereka mengajukan syarat bahwa proyek ini harus dilaksanakan di Bern, perusahaan mereka yang berada disana. Jadi kita perlu orang yang akan memegang proyek disana.'

"hm.., aku akan pikirkan itu, besok ku putuskan siapa yang akan pergi."

'baik tuan, maaf mengganggu waktu istirahatmu dan selamat malam.'

setelah panggilan terputus jeno memijat pelipisnya merenung sejenak, ia mematikan rokoknya. baru saja selangkah masuk ponsel mewah itu kembali berbunyi

ADOPTIVE FATHER [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang