..
.
"Ini bekalmu, jangan sampai ketinggalan atau kau akan tiada." Menyerahkan sekotak bekal sekolah dimasukkan kedalam tas ransel bergambarkan animasi yang menggemaskan.
"chicken katsu?" Bertanya jaemin pada Jeno yang sibuk memeriksa ranselnya
"Maksudmu isi bekalmu? Hanya ada nasi goreng."
"tidak ada... chicken katsu...?", Jaemin menatap binar wajah Jeno, padahal ia biasa dibekali chicken katsu oleh Wendy.
"tidak ada, dan buang wajah manis itu dari hadapanku." Jaemin seketika menunduk karena mendapati tatapan menusuk dari Jeno. tangannya gemetar, wajahnya memerah, "hiks.."
Jeno terkejut mendengar isakan Jaemin, mencengkeram kedua pipi Jaemin lalu mengangkatnya dengan sedikit paksaan. Astaga, Jaemin menangis. 'sial.' batin Jeno bersuara
ia memijat pelipisnya kebingungan harus berbuat apa kalau sudah begini, "hei, diam. Jangan menangis." Ucap Jeno mencoba membujuk Jaemin namun memangnya semudah itu menenangkan anak-anak yang sedang menangis?
"tck, aku harus apa..!" bersuara Jeno dengan nada kecil menekan seperti menahan amarahnya.
"Hei, hei. Lihat aku, err.. a-anak pintar.. aku tau kau menginginkan chicken katsumu, tapi ini sudah siang, kita hampir terlambat dan aku harus bekerja." Bukannya membuat Jaemin menjadi lebih tenang sebaliknya itu malah membuat Jaemin lebih tersedu-sedu.
"Tck. Berhentilah menangis, apa kau mau ku telantarkan diluar sana dan menjadi gelandangan yang hanya makan seminggu sekali?!" Pada akhirnya ia tak bisa menahannya, Jeno tak tau lagi harus mengatakan apa untuk membuat anak ini bungkam.
Jaemin yang merasa Jeno berbicara dengan nada yang tinggi membuatnya takut, ia pun berhenti menangis agar Jeno tidak semakin marah padanya. Wajahnya semakin memerah menahan tangis.
Mereka masuk kedalam mobil mewah bernuansa hitam milik pria berusia 21 tahun ini, dengan seorang wanita berseragam suster duduk disisi Jaemin sedangkan Jeno sendiri duduk dikursi depan. Perjalanan begitu sunyi, sampai rambu lalu lintas menunjukkan warna merah pertanda berhenti
Jeno melirik kearah kaca spion merasa bersalah setelah memperhatikan Jaemin yang hanya diam menunduk, entah kenapa rasanya ini salah untuk Jeno, ia harus segera meminta maaf dan bertanggung jawab. Tapi bagaimana?
"Ekhm, apa kau punya anak?" Bertanya Jeno pada wanita paruh baya yang berada disisi Jaemin, wanita itu terdiam sejenak. "Aku bertanya padamu, suster."
"Oh, maaf tuan. Saya punya, apa ada sesuatu?"
"Tidak. Usia berapa?" Sopir yang mengemudi heran, baru kali ini seorang Lee Jeno, tuannya, bertanya pada orang yang baru saja ia pekerjakan. Jarang sekali ia bertanya pada orang yang baru ia kenali, jikalau Jeno bertanya berarti pertanyaan yang ia ajukan sangatlah penting untuknya.
"7 tahun, tuan."
"ohh."
beberapa saat suasana kembali sunyi, Jeno sedang memikirkan sesuatu. "Kita belok kiri" perintah Jeno pada sang sopir
"Eh? Tapi pak—"
"Belok. Kiri." ucap Jeno dengan menekan kata-katanya.
Sopir pun tak bisa membantah, saat lampu turun ke warna hijau mereka berbelok ke kiri berlawanan dengan arah menuju sekolah Jaemin. Entah akan dibawa kemana anak ini, yang jelas ini bukanlah tujuan yang seharusnya.
"Masuk kedalam mall itu."
"Siap, tuan." Mobil diarahkan masuk kedalam sebuah gedung besar yang terdapat banyak kendaraan pribadi terparkir dihalaman basement, pengunjungnya cukup ramai, semua orang punya tujuannya masing-masing untuk datang kesini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADOPTIVE FATHER [REVISI]
Fantasyini tentang anak laki-laki yang memiliki keterbatasan dipertemukan oleh seorang pria bejat kaya raya yang pali benci dengan seorang anak kecil [18+] [KEKERASAN]