1. Pertengkaran

12K 1.1K 32
                                    

Jaemin merapatkan jas kerja berwarna hitamnya ketika melewati lobi perusahaan tempat ia kerja. Samar-samar ia mendengar beberapa orang saling berbisik.

"Lihat perutnya, sepertinya dia hamil."

"Aku sudah curiga sejak minggu lalu, dia terlihat seperti orang hamil."

"Eey, jangan bercanda, dia kan tidak memiliki suami."

"Kau tidak tahu, ya? Gosipnya dia menjadi simpanan Pak Direktur."

Mata Jaemin terpejam, nafasnya menghembus dengan kasar, susah payah ia menahan amarahnya agar tidak meledak mendengar itu semua. 'Sabar. Sabar.' rafalnya dalam hati.

Ini bukanlah kali pertama Jaemin mendengar gunjingan orang-orang kantor tentangnya. Semenjak ia menginjakkan kaki pertama kali di sini, mereka memang seperti sangat tertarik dengan kehidupan pribadinya. Bagaimana tidak, seorang omega laki-laki yang baru lulus kuliah berhasil mendapatkan posisi sebagai sekretaris direktur. Orang-orang iri padanya.

Dengan sekali hembusan nafas, Jaemin kembali merapatkan jasnya dan berlalu dengan cepat menuju elevator.

Nafasnya menghembus dengan lega ketika pintu elevator telah tertutup, menyisakan dirinya sendiri di dalam ruangan kubus yang sempit itu. 

"Kau bisa, Jaemin! Ini bukan masalah besar!" Kedua tangannya menggenggam pegangan dibelakangnya, meremat tongkat besi itu dengan kuat. Ia tidak boleh menjadi lemah hanya karena mendengar hal-hal menyakitkan seperti itu. Ia sudah berjalan sejauh ini dan menjadi gunjingan tidak akan membuatnya melepaskan semua hal yang telah ia perjuangkan sejak lama.

Saat sampai di lantai tempatnya kerja, Jaemin segera bergegas menuju mejanya yang terletak tepat di depan pintu ruangan direktur. Ia kembali bernafas lega ketika menyadari atasannya belum tiba. Setidaknya ia memiliki waktu untuk menenangkan diri.

"Masuk ke ruanganku." Suara berat yang tiba-tiba membuat Jaemin terhenyak. Kegiatan menenangkan dirinya harus terganggu, bahkan belum sampai sepuluh menit.

Dengan malas Jaemin mengikuti langkah pria berumur 32 tahun di depannya. Walaupun sebenarnya enggan, tetapi Jaemin masihlah bawahannya.

"Tutup pintunya."

Jaemin melakukan apa yang diperintahkan. Sepertinya sang direktur tidak ingin pembicaraan mereka di dengar oleh siapa pun.

"Segeralah mengundurkan diri."

Kalimat itu sukses membuat Jaemin meremat ujung jas kerjanya. Walaupun bukan hal yang mengejutkan sang direktur mengatakan hal demikian, tetapi tetap saja hal itu memancing rasa kesalnya.

"Aku tidak mau." Tolaknya dengan tegas.

Sang direktur yang tengah bertumpu pada kedua sisi meja kerjanya memandang papan nama bertuliskan Direktur Lee Jeno yang terletak dengan indah di sana, bukti semua kerja kerasnya selama ini. Ia tidak mungkin membiarkan dirinya kehilangan posisi ini hanya karena seorang sekretaris baru.

Jeno mengusak rambutnya dengan kasar, lalu menghadap ke arah Jaemin yang masih berdiri dengan kaku di depan pintu.

"Apa kau tidak mendengar gunjingan orang-orang di kantor ini tentang kita?"

Ditanya seperti itu, si omega bungkam. Ia yakin Jeno sudah tahu apa jawabannya.

"Kau ingin menghancurkan reputasiku dengan tetap bekerja di sini, Jaemin? Hah? Jawab aku sialan!" 

Jaemin menatap Jeno dengan jengah. Walaupun ada sedikit rasa takut melihat kemarahan alpha di depannya, Jaemin tetap harus kuat mempertahankan posisinya.

"Lalu kenapa jika reputasimu hancur? Semuanya terjadi karena ulahmu sendiri."

Jeno terkekeh. "Ulahku sendiri? Kau lupa siapa yang menggodaku?"

Kekehan Jaemin tak kalah kencangnya dari Jeno. "Semua orang yang waras tidak akan pernah menganggap godaan omega yang sedang heat sungguh-sungguh."

Jeno tahu, sangat tahu bahkan. Tetapi egonya sangat tinggi untuk mengakui jika keadaan sekarang adalah murni kesalahannya. Ia merupakan pria beristri dengan posisi yang tinggi di perusahaan, tidak mungkin dia bisa mengakui skandal besar seperti ini.

"Kenapa? Sudah sadar jika semua ini kesalahanmu sendiri?" Jaemin memandang Jeno dengan remeh. "Atau sebenarnya kau sengaja melakukan semuanya? Istri betamu tidak membuatmu puas?"

"Jaga bicaramu."

"Apa? Bukannya benar? Sudah menjadi rahasia umum di masyarakat jika beta merupakan tingkat terendah dalam hal pasangan. Mereka tidak begitu memuaskan dan kurang subur. Itu kan alasanmu mencari kepuasan di luar? Karena istrimu yang seorang beta tidak bisa memuaskanmu."

"Na Jaemin!!" 

Teriakan Jeno cukup membuat Jaemin terperanjat. Baru kali ini ia melihat atasannya semarah ini. Bahkan saat dulu ia melakukan kesalahan dalam pekerjaan pun, Jeno tidak pernah marah seperti sekarang.

"Kau sudah melewati batas, Jaemin. Jika kau tidak ingin mengundurkan diri, baiklah, aku yang akan membuatmu dipecat."

"Lakukan." Tantang Jaemin. "Hari di mana aku dipecat akan menjadi hari di mana istrimu mengetahui kehamilanku dan siapa ayahnya."

Jeno memandang Jaemin dengan tatapan tak percaya. Omega laki-laki berumur 23 tahun itu terlihat sangat berani dengan segala ucapannya. 

Jeno menghembuskan nafasnya kasar, lalu bibir sebelah kirinya terangkat sedikit, menyeringai.

"Kau tahu, Jaemin? Bukan beta yang paling rendah, tetapi omega." Jeno sengaja menjeda perkataannya untuk melihat raut wajah Jaemin dan ia puas dengan perubahan air muka si omega, serangannya tepat sasaran. "Omega adalah makhluk lemah yang dikendalikan oleh siklus heat-nya. Mereka memang yang paling subur, oleh karena itu masyarakat memperlakukan mereka sebagai mesin pembuat anak."

BRAK!

Jaemin keluar begitu saja dari ruangan Jeno sesaat setelah mendengar kata-kata menyakitkan itu. 

Satu hal yang membuat Jeno menyesali perkataannya, ia melihat Jaemin meneteskan air matanya. Ini pertama kalinya bagi Jeno, seingatnya omega itu sangat kuat.

***

TBC

Hallo!! Ini mungkin cuma bakal jadi short ff yang gak lebih dari 10 chapter. Gimana pendapatkan kalian tentang chap 1 ini?

[NOMIN] I'm Not Your Omega Mistress ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang