Engkau takkan melupa kita pernah dihadiahkan kelam sepekan.
Oleh selumbung egois dan setumpuk ketidakyakinan.
Hingga tercerai dua rumpun hati di ketus umpatan kekesalan.
Pada hamparan rerimbun semak menjulur tajam keresahan.
Nyeri menyayat hamburkan penggalan pilu kepedihan.Masihkah engkau ingat betapa kita pernah terkurung dalam kungkung perdebatan.
Oleh bongkahan tajam duga dan duri ketiadapercayaan.
Hingga meruntuhkan segala kemegahan hiasan bangunan cinta berserakan.
Melunturkan ketebalan dinding hati menguras logika di lurus titian penjelasan.
Terbelalak memandang kosong ruang ruang kisah yang dahulu diagungkan.Aku hanya mengajakmu berdansa hangat dijalur napak tilas.
Membongkar gerobak memori
tanpa debatan menyusun pilar semangat tiada bias.
Bertukar teori menggauli dalil beri terima diatas kumpulan rasa tak berbatas.
Menyimpan lempeng keemasan hikmah penyatuan hati memahami ranting ranting bertumbuh tunas.
Berguru pada musim lalu mendaki semi musim baru di lautan tatap bersolek aduhai paras.Telah ku hapus lingkaran yang selimuti keresahan.
Menyemai senyum sembuhkan sisa goresan kelukaan.
Mengganti rinai hujan kala memenuhi dua bola mata sesenggukan.
Membawa ragam warna pelangi tersemat netra keharuan.
Mengulum jamuan jingga senja menukar hangat melumat tenteram jari menari bayu kesejukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anjani di mekaran Krisan Putih
PoetryMengukir langkah menjadi kisah dalam risalah hari bersama degup sebongkah hati