𝐱𝐢𝐢𝐢. 𝐧 𝐢 𝐫 𝐯 𝐚 𝐧 𝐚.༄ 🔖

714 47 87
                                    


🌧️ 𝐖𝐄 𝐁𝐑𝐎𝐊𝐄 𝐔𝐏 🌧️

「 𝐧 𝐢 𝐫 𝐯 𝐚 𝐧 𝐚. 」

Iris cantik coklat itu tak lagi sebinar dulu dalam menangkap sosok beberapa jarak di hadapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iris cantik coklat itu tak lagi sebinar dulu dalam menangkap sosok beberapa jarak di hadapan. Fokus Aileen telah hilang ke sembarang arah. Bahkan, napasnya seakan tercekat beberapa saat demi meletuskan kalimat–kalimat menyakitkan dari alat ucap. "Kau ... bukan dari Lewisburg. Kau dari Oregon. Kau lahir, dan besar di Portland. Kau bersekolah di asrama laki–laki. Kau bersekolah dengan adikku. Kau senior adikku. KAU MEMBUNUH ADIKKU!"

Sementara, Allen hanya berhela pendek. Kelopaknya terkatup mendalam. Derunya tersengal jengkel, seakan meredam paksa kebusukan yang kembali diluapkan ke permukaan. "Harus berapa ribu kali ku katakan bahwa aku tak membunuhnya," sahutnya tertahan.

"KAU PEMBUNUH!"

"AILEEN! BUKAN AKU PELAKUNYA!" Bentakan itu melampaui batas pendengaran sang lawan bicara. Beberapa sekon mengulur amarah, kemudian si pria Wilson mulai mengambil langkah gontai. Mendapati poros yang masih memberi wajah menantang, demi menepis ketakutan. "Kau ... bahkan tak punya bukti untuk itu."

"LALU KENAPA JURNAL MILIK JADEN ADA PADAMU?! KENAPA KAU HARUS BERBOHONG HANYA DARI HAL KECIL SEPERTI ASAL TEMPATMU?! SEMUA YANG KAU LAKUKAN SELAMA INI MENGIKUTI ISI JURNAL INI!! BAHKAN LAGU YANG KAU KLAIM SEBAGAI CIPTAANMU ADALAH MILIK JADEN!! KAU MENGIKUTIKU SEJAK LAMA!! KAU BRENGSEK, ALLEN!! KAU PSIKOPAT GILA!!"

Kilatan takut berpadu dengan bulir bening itu kian memunculkan secercah kekuatan dari dalam diri. Allen tersenyum sekena. "I see. Kau pasti mendapat informasi bodoh itu dari Hobi, kan? Bahkan, si brengsek itu yang menyewa Detektif untukku. Bagaimana bisa kau lebih percaya dengan orang asing daripada aku, hah?"

"Allen, dia adikku. Adik kandungku. Aku tahu tulisannya ...," geleng Aileen pupus. "Kenapa kau terus menyembunyikannya, jika kau sama sekali tak memiliki masalah dengannya? Bahkan, kau berpura–pura tidak mengenalnya. Atau, jangan–jangan ... mawar di perutmu juga karena Jaden? Luka akibat perkelahian salah paham itu karena Jaden...." Segala fakta yang terkuak ke permukaan telah membuat sekujur tubuhnya remuk. Tanpa aba–aba. "Kenapa kau harus mengikuti semua yang ada di jurnal ini, bajingan?!"

"Karena aku yang lebih pantas membuatmu bahagia. Hanya aku. Satu–satunya," cetusnya datar.

"Allen, obati dirimu. Kau sakit! Kau sakit!!!" pintanya sesak.

"Lalu, jika aku mengobati diri ... apa kau akan bertahan denganku? Selamanya? Hah? Kau sama seperti binatang–binatang itu, akan pergi jika sudah tahu siapa aku sebenarnya."

Langkah Aileen turut terseret mundur kala suara botol vodka itu tercampak hancur ke sembarang arah. Kendati ritme bicara itu selalu berusaha untuk mengalun tenang, namun sepasang iris yang menghunus tepat di depan mata benar–benar menyiratkan makna sebaliknya.

we broke up. [vrene] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang