Pagi itu langit dilanda sedih hingga menampakan hamparan warna abu-abu yang menghiasi permukaanya, menandakan akan turunya tetesan air. hawa dingin pun menyeruak ke semua tempat terutama tempat gadis yang sedang meringkuk di atas tempat kebesaranya, kasur tentu saja.
Gadis itu tampak merapatkan tubuhnya pada guling disampingnya, dan mengeratkan peganganya pada selimut. benturan ranting dengan kaca jendela yang diterpa angin cukup mengusik ketenangan gadis itu. dengan malas gadis itu membuka mata, menatap datar suasana kamarnya yang di dominasi warna hijau pandan.
Dengan paksa gadis itu bangkit untuk duduk, mengucek matanya lalu mengaruk rambutnya yang sudah seperti terkena badai. bukanya langsung bangun dan mandi, gadis itu tampak merenung mengumpulkan sisa-sisa nyawanya yang belum terkumpul.
3 menit berlalu akhirnya gadis itu mau beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi, dengan langkah malas gadis itu melewati kaca besarnya lalu melirik sekilas penampilannya. baru satu langkah melewati kaca, gadis itu menarik langkahnya kembali ke belakang, menatap wajah kucelnya lagi.
Gadis itu menaikan satu alisnya menelisik penampilanya dari atas sampai bawah lalu terkekeh
"masih cantik aja gue." dengan pedenya gadis itu berpose pose bak model, padahal penampilanya sangat kacau dengan rambut awut awutan dan kancing baju piyamnya yang tidak terkancing satu.
Lelah sendiri akhirnya gadis itu melanjutkan langkahnya sambil menguap, membuka pintu kamar mandi siap melakukan ritual pagi.
Semua hal telah gadis itu lewati dari mandi sampai memakai seragamnya, lalu mengecek ulang buku yang akan dibawa kesekolah. Menelisik lagi penampilanya dikaca, gadis itu merasa puas akan kerapianya berpakaian, dari baju dimasukan, dasi terpasang sempurna, rambut tergerai sebahu. gadis itu mengulas senyum tipis.
setelahnya kaki berbalut kaos kaki itu melangkah menuju rak sepatu. saat akan memakai sepatu, gedoran pintu kamar yang nampak tidak santai itu mengalihkan atensinya.
Dengan sabar gadis bernama amara amelia itu menyelesaikan pekerjaannya lalu melangkah untuk membuka pintu.
"Buka pintu aja lama banget lo! ngapain?dandan?" gadis itu terkekeh sinis menelisik penampilan amara dari bawah hingga atas
"Lo dandan sama enggak itu sama aja ra, gak ada perubahan!"
Baru juga dibuka amara sudah mendapat komentar nyerocos dari kakak perempuanya. berbanding balik dengan penampilan amara yang rapi dengan make up tipis, gadis didepan amara itu tampak memoles wajahnya cukup ketara dengan rok ketat dan seragam yang tidak tertata rapi, apalagi kancing atas yang tampak terlepas entah kemana menampilkan kalung berbandul P yang sedikit berkarat, mungkin.
Penampilan itu cukup biasa di mata amara, karna setiap hari begitulah kakaknya berpakaian saat akan pergi ke sekolah. pernah sekali menegur malah amara yang kena marah, katanya amara terlalu kuno gak bisa dandan dan gak ngikut trend. setelahnya amara tak mempedulikan lagi walau risih setiap hari melihat penampilan itu, beruntungnya mereka tidak satu sekolah.
"Kenapa kak miya?"
Miya tritika, nama lengkap gadis yang ada didepan amara. dia kakak pertamanya, masih sekolah kelas 12 sedangkan dirinya kelas 11 dan kakak laki-lakinya bernama aras mahendra juga berada dikelas 12 karna miya dan aras hanya terpaut 5 menit saat lahir.
"Ck, kayak biasanya. cepet turun, males gue lama-lama disini." ucapan itu tidak terdengar ramah sama sekali, malah terdengar judes. belum sempat amara menjawab, miya sudah melengos pergi. seperti biasa kakak adik itu memang tidak cukup akrab, tidak. mungkin akrab jika menyangkut suatu hal.
Amara berbalik untuk mengambil tasnya yang berada di kursi tempat belajar. saat akan mengambilnya, matanya tak sengaja menatap ponselnya yang tergeletak di tumpukan buku. astaga, amara sampai lupa membukanya pagi ini. dengan senyum mengembang amara meraih ponselnya lalu membuka room chatnya yang menampilkan 3 pesan
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual
Teen FictionMenjalin hubungan secara virtual? tanpa tau akan ada kata pertemuan atau tidak. ...