Motor berwarna merah jambu itu membelah jalanan yang cukup padat pagi ini. mungkin karna licin, jadi semua pengendara menurunkan kecepatan laju meraka, dan jadilah kemancetan walau tidak terlalu parah.
amara menatap wajah sahabatnya itu dari kaca spion, tampak sesekali kening sahabatnya itu mengerut karna terlalu fokus berkendara, amara menelan ludahnya susah payah lalu mempererat peganganya di seragam yang milia kenakan. firasatnya buruk.
Milia baru belajar mengendarai motor 1 bulan lalu. padahal ayahnya memiliki mobil dan supir pribadi yang siap mengantar dan menjemputnya, awalnya memang diantar jemput, tapi tiba-tiba milia ingin ke sekolah naik motor, katanya biar sekalian healing.
siapa yang tidak takut, sudah kali ke 3 mereka jatuh dari motor. ini karna milia sesekali lupa menyalakan sen, kadang juga mau belok ke kiri sen nya malah ke kanan.
Dan sudah di pastikan akan ada pengendara yang bakal nubruk mereka dari arah belakang. syukurlah milia selalu menetapkan kecepatan motornya tidak sampai angka 40, dan semua pengendara yang pernah nubruk mereka juga menggunakan kecepatan sedang, jadi saat ditubruk motor mereka hanya oleng.
amara sudah berkali kali bilang mau naik bis saja seperti biasanya, tapi milia merengek dan memasang tampang tersakiti. katanya amara tidak setia kawan, lalu mulai mendramarisir cerita jika dirinya itu takut naik motor sendiri.
Katanya tubuh milia itu terlalu rapuh, jika ada truk yang menyalip dengan kecepatan tinggi, rasanya tubuh ringkihnya itu terasa seperti disapu angin dan ingin terbang. tidak mau mendegar ocehan lain lebih jauh, amara mengiyakan saja.
🌍🌎🌏
Tibalah mereka di lampu merah. milia menghentikan motornya dengan hati-hati, lalu melepaskan peganganya dari motor dan menunjukan kesepuluh jarinya ke arah amara.
"Liat ra, tangan gue basah gara-gara deg deg an tadi pas nyalip truk tronton." saat dirasa amara sudah melihat kesepuluh jarinya milia mengusap semua jarinya ke rok sekolah.
"untung gue ini udah sedikit ahli. lo harusnya bangga sih ra, udah gue ajak ngelakuin hal langka kayak tadi." Ucap milia merasa bangga
Amara hanya meringis mendengar perkataan sahabatnya, lalu menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu seolah bangga.
"Tapi ada baiknya kalo gak usah nyalip lagi deh li." usul amara
Milia mengerutkan keningnya
"Kenapa, lo takut ya?"
iya lah pake nanya lagi
"Gak terlalu sih. tapi ngeri aja gitu liat rodanya yang gede, itu kalo ngelides barang pasti langsung ancur." ucap amara menakut nakuti berharap milia tak akan mengulangi.
milia malah terkekeh
"bilang aja takut, wuuu penakut, amara penakuuttt." ejeknya
"Lo gak inget bokap lo pernah bilang gak boleh nyalip yang begituan. awas aja nanti kalau nyalip lagi, gue aduin!." ucap amara mengancam.
"Aduin aja, nih aduin sama ayam gue." balas milia dengan nada songong.
Amara mengeplak pundak milia lalu mereka berdua tertawa.
milia menghetikan tawa saat pengelihatanya menangkap sosok yang tak asing di depan sana.
milia membelalakan matanya, ayang!
saat lampu berubah hijau, milia dengan cepat menjalankan motornya membuat amara yang belum siap jadi terhuyung kebelakang, untung saja tanganya reflek memegang tas milia. jika tidak, sudah dipastikan dirinya jungkir balik menghantam aspal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual
Teen FictionMenjalin hubungan secara virtual? tanpa tau akan ada kata pertemuan atau tidak. ...