Dengan mengendong tas ransel berwarna hijau kesukaanya, amara berjalan sambil bersenandung kecil menuju tempat makan.
saat sampai di ambang pintu, amara berhenti sejenak memandang pemandangan di depanya, ibunya yang tampak mondar mandir memindahkan makanan dari pantry dapur ke meja makan, miya yang sedang memperbaiki polesan lipstiknya dan aras yang fokus bermain game diponselnya.
"ngapain kamu malah berdiri disitu! cepet makan, nanti telat!" ucapan itu terlontar dari asih, ibunya. walau pun ucapan itu tidak ada kelembutan dalam suaranya, tapi amara tetap tersenyum karna ibunya masih peduli padanya.
Amara mendudukan dirinya disamping miya, lalu mulai mengambil nasi dan lauk. terdengar helaan nafas lelah dari ibunya
"Mi, jangan dandan terus. cepet makan!" titah ibunya yang sedang menuang nasi ke piring aras
"Ck, makan tinggal makan juga." dengan sebal miya mengantongi lipstik dan kaca kecilnya di saku seragamnya, lalu mulai mengambil nasi.
"Aras mau makan pake sayur gak?" beda dengan yang lain, asih tampak sangat lembut dan hati-hati saat bertanya pada anak laki-lakinya.
"Terserah." hanya itu jawaban dari aras karna matanya masi fokus pada gamenya. hal itu membuat asih tersenyum, setelahnya asih fokus mengambil lauk.
Saat akan mengambil ayam, asih mengerutkan dahinya karna tak mendapati paha ayam itu dipiring. lalu matanya menatap satu persatu piring putrinya dan ternyata paha ayam itu ada di atas piring miya.
"Mi, itu paha ayam kesukaan aras kenapa di ambil."
Miya yang akan menyuap nasi kedalam mulutnya terhenti, memejamkan mata sejenak. dengan kesal miya membentur kan sendoknya kembali ke piring.
amara yang sedang minum jadi tersedak.
dengan sebal miya menatap ibunya
"Kenapa sih ma? ayam juga rasanya sama semua, kenapa harus dipermasalahin sih!" protes miya
"Mi, kamu tau kan aras sukanya paha, kalau gak dapet paha dia gak mau makan!"
Miya mengepalkan jarinya di bawah meja mendengar penuturan itu, dadanya sudah naik turun siap meledak
"Terus mama tau kesukaan aku apa?, aku gak dapet makanan kesukaan juga tetep aku makan kan ma!" nada mia makin meninggi
"Miya!" ucap asih memperingati, tidak ingin ada keributan seperti kemarin.
"aku tanya ma. tau apa gak, makanan kesukaan anak mama yang ini!" miya menekan kalimat terakhirnya
"Miy-"
"enggak kan?" tanpa ada rasa takut miya menatap tajam orang yang berdiri disebrang meja, yang sialnya adalah ibu kandungnya.
Aras yang merasa terganggu mencebik bibirnya sebal. mendongak menatap ibu dan anak yang terlalu berisik, lalu berdiri mematikan ponselnya dan berjalan pergi meningalkan ruang makan.
Asih tampak panik melihat putranya itu pergi, lalu tanpa memperdulikan debatnya asih memanggil dan mengejar putranya.
Miya menatap sebal kerpergian dua orang itu lalu melanjutkan makanya tanpa beban.
amara tampak diam saja. dia mendengar semuanya, tapi apa yang bisa dia lakukan? menyela pembicaraan pun malah akan berakhir membuat suasana makin panas.
Amara menatap kepergian ibu dan aras lalu menoleh kesamping menatap kakaknya
"Kak miya tau sendirikan setiap hari paha ayamnya buat kak aras, kenapa malah di ambil? kan jadi berantem." tutur amara
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual
Teen FictionMenjalin hubungan secara virtual? tanpa tau akan ada kata pertemuan atau tidak. ...