2

9 1 0
                                    

Aku bahagia jika kau tersenyum, sungguh... meski senyummu itu bukan untukku.

☆☆

"Nih" Kei menyodorkan satu cup ice cream di depan gadis itu, Arunika menerimanya dengan senyuman manis di bibirnya.

"Sekali lagi maaf ya ka... soal tadi"ujar Keii menunduk, Gadis itu menoleh ke arah sahabatnya yang tampak merasa bersalah itu lalu lagi dan lagi tersenyum.

"Gapapa Keii santai, aku aja yang terlalu berlebihan, karena memang tadi aku agak emosional"jelas Arunika lembut.

Keiinan mengangkat wajahnya lalu tersenyum "beneran?, gua pikir lu masih marah sama gua"

Arunika tertawa "Ya enggak lah Ya kali aku mau marah lama-lama sama kamu, lagipula selain kamu nanti yang temenin aku siapa?"

"kamu udah jadi temen aku itu aja udah bener-bener spesial buat aku ...makasih ya"sambung gadis itu.

Tanpa sadar lelaki di sampingnya itu menunduk lalu ia sedikit bergumam "Iya gue senang kok jadi temen lo..."

'Andai bisa lebih...'

Ujarnya dalam hati, gadis yang di sampingnya itu tentu saja tidak menyadari hal tersebut ,Arunika bukan tipe orang yang peka soal percintaan ia bahkan tidak pernah merasakannya.

Ia mungkin senang menulis puisi puisi tentang cinta, namun hanya sekadar menulis Tidak menjalani.

Ia pikir siapa dia yang berhak untuk jatuh cinta pada siapapun?

lelaki yang mendapatkan hatinya Pasti akan sangat malu...

Setidaknya itu yang ada di pikirannya gadis yang memiliki banyak pikiran negatif dalam dirinya padahal Aura positif selalu ia umbar setiap hari.

Senja mulai merangkap di langit, Gadis itu menatap awan yang berwarna jingga itu dengan Tatapan yang sulit diartikan, seakan ia melihat banyak sekali hal disana... mulai dari kesedihan hingga kebahagiaan.

Entahlah Kei tidak pernah bisa menafsirkan apa yang ada dalam tatapan Gadis itu...terlalu dalam dan terlalu sulit dimengerti.

"udah sore nih aku pulang duluan ya" ujaran Arunika membuyarkan seluruh khayalan yang dibangun Kei dari tadi.

Laki-laki itu tersadar kemudian mengangguk singkat "gua anter" ujarnya.

Gadis itu segera Melambaikan tangannya di depan wajah Kei, mengisyaratkan penolakan "Nggak ah nanti ngerepotin" .

Kei tertawa lalu mengusap kepala Gadis itu dan sedikit mengacaknya "Yaelah kayak nggak bisa biasa aja sama gua"

Arunika tertawa "Lagian kamu tiap hari udah nganterin aku, Kei.Ya kali aku mau nebeng terus" ujarnya tak enak hati.

Kei lagi lagi tertawa "nggak apa-apa... kalau bersangkutan sama lo, gua nggak bakal pernah repot kok".

Kei menyodorkan helm pada gadis itu, Arunika menerimanya agak ragu lalu naik ke motor lelaki itu dan mulai meluncur ke tempat nya tinggal.

"Gak mampir dulu?" Tanya Arunika seraya turun dan menyorkan helm lelaki itu, berniat mengembalikannya.

Kei tersenyum, mengambil helm itu dari tangan Arunika "gak usah, dah sore..."kei mendongak menatap langit senja "... mendung juga, jadi lain kali aja ya" lanjutnya.

A

runkia turut mendongak, dan lelaki itu tak berbohong, langit memang tampak temaram sore ini "ya udah, hati hati ya Kei" ucapnya.

"Iya, inget ya bes-

"Besok kamu jemput kan? Aku tau" potong Arunika yang mengundang gelak tawa keduanya.

"Ya udah bye"

"Bye"

Kei segera menancap gas menjauh, setelah memastikan Arunika mesuk ke dalam Cafe tempatnya tinggal plus kerja paruh waktu itu.

Seperti biasa, kegiatan sore gadis cantik itu adalah mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian seragam pegawai, mengikat kuda rambutnya lalu memulai pekerjaannya tanpa memikirkan makan terlebih dahulu, tapi tenanglah, ia sudah biasa.

Baginya bekerja sekaligus dpat tempat tinggal layak adalah hal yang luar biasa, membuatnyatal segam berdikir bahwa takdir memang tidak selalu sejahat itu padanya.

Meski rumah, Ayah dan ibunya juga pernah di renggut takdir, tapi tak apa, takdir tetap harus di hargai dengan berbaik sangka pada jalan skenario Nya.

"Arunika!"

Salah seorang rekan kerja Arunika memanggil dirinya lalu menghampiri gadis itu, Arunika menoleh "iya? Kenapa?"

"Pelanggan di meja 20 mau di layanin sama kamu tuh" jawab rekan kerja gadis itu singkat.

Arunika mengerutkan keningnya samar, mengangguk "aku ke sana" tukasnya.

"Dia udah aku bawain kopi, terus katanya dia mau kamu ke sana" Tambah rekan kerja Arunika tersebut.

Gadis itu mengangguk lalu segera melenggang pergi, matanya mengkap sosok berjaket hitam itu, wajah lelaki tersebut tertutup topi yang senada dengan warna jaketnya.

Dia adalah pelanggan setia kafe ini dan Aarunika mengenali lelaki itu "Aksa... ngapain kamu kesin-

"Duduk"titah lelaki yang di ketahui bernama Aksa itu.

Arunika menghela nafasnya "Sa.. aku mesih ker-

"Duduk"

Potong Aksa lagi dengan nada lebih di tekankan, Arunika yang memang dasarnya benci perdebatan itu langsung menurut dan duduk di sebrang Aksa "kenapa kamu dateng lagi ?" Tanya Arunika.

Aksa memandang keluar jendela, tidak lebih tepatnya ke bayangan Arunika yang ada di pantulan jendela "lo tau sebabnya kan?" balas Aksa.

Arunika mendengus "Aksa... kamu gak capek berjuang?"

Arunika sebenarnya iba dengan Aksa yang selalu memperjuangkan dirinya, namun ayolah... dia tak pantas untuk lelaki segigih Aksa dalam memperjuangkan sesuatu.

Bayangkan...

Setiap hari selama 1 tahun ini Aksa selalu datang ke cafe tempat Arunika bekerja, menanyakan apakah gadis itu ingin menjadi kekasihnya atau tidak.

Bayangkan lagi....

103 pucuk surat

31 buket bunga

Dan masih banyak lagi, namun Arunika masih enggan menerima lelaki itu, dan kedatangannya kali ini membuat gadis itu agak bimbang.

Arunika menatap lelaki itu lamat "Aksa... kamu gak capek berjuang?" Ulangnya, merasa pertanyaan pertamanya tadi tak di tanggapi.

"Gua gak bakal capek berjuang kalo yang di perjuangin itu lo" Aksa menatap balik wajah cantik itu, tatapannya lebih dalam.

Arunika tersenyum miris "aku capek liat kamu ngejar aku terus Aksa"

Aksa menghela nafasnya "selama garis finish nya itu lo, gua gak akan capek..." ujarnya lalu berdiri dari duduk nya dan menatap gadis itu sendu.

"...okay Fine,Gua gak bakal maksa lo jadi pacar gua lagi, gua ke sini karena gua mau bilang, gua gak nyerab buat merjuangin lo kok... tapi gua cuma nyoba buat ngertiin lo jadi....selama lo izinin gua, buat ngehawatirin lo, merhatiin lo dari meski dari jauh tanpa bisa milikin lo seutuhnya.... Arunika percaya sama gua... itu cukup"

Jan lupa vote and comment ya♡


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang