1

11 5 0
                                    

Harapan itu kejam ya... menawarkan hal yang menggiurkan lalu menjatuhkan dengan seenaknya, membiarkan sang korban terkulai dalam kenyataan pahitnya.

☆☆

Namanya indah, Wanodya Arunika, di ambil dari bahasa indonesia yang jarang di gunakan orang-orang, gadis kecil yang dulu badannya bergetar karena takut pada sang ayah itu kini sudah tumbuh sedikit lebih kuat, ia remaja yang kuat.

Sosok yang mampu menjadi tokoh utama dalam segala hal, dalam usia remaja nya itu ia sudah cukup bijaksana, bukan karena ia membaca buku, kehidupan yang mengajarinya.

Setelah ia kehilangan kesadarannya waktu itu, entah bagaimana ia sudah di asuh oleh seorang yang dermawan pemilik cafe yang cukup terkenal, di sana ada kamar yang layak ia tinggali dan orang itu berbaik hati membolehkannya tinggal di sana.

Dan ibunya?? Bukankah sudah pasti? Orang yang ia sayangi itu sudah meninggal.

Tak hanya itu, gadis itu juga mendapat beasiswa di sekolah menengah atas yang tergolong elit dan itu merupakan pantangan tersendiri bagi gadis sepertinya, di sisi lain tentu itu juga merupakan keuntungan.

Kembali... gadis itu menghentikan langkah nya di depan sekolah besar itu, suasana sekolah yang masih sepi itu selalu di temukan oleh gadis itu setiap paginya.

"Salamat pagi Arunika, kaya biasa ya... selalu datang paling awal" puji satpam betubuh gempal dengan nametag 'Supri' itu dengan senyumannya.

Arunika balas tersenyum "salamat pagi pak" ujarnya lalu berjalan masuk dengan langkah ringan, jika bisa ia ingin begini sepanjang waktu.

Embun yang di sapa sang surya menampilkan cahaya keperakannya dengan kompak di halaman sekolah membuat segalanya tampak lebih sejuk.

Langkah Arunika menyusuri lorong sekolah, hanya ada dirinya di sini dan ia suka itu, ia bukannya benci keramaian hanya saja ia lebih suka kesunyian.

Gadis cantik itu masuk ke kelas dengan langkah ringan, mata indahnya menerawang setiap inci kelas ....setiap hari ia selalu melakukan rutinitas kecil ini.

Gadis itu berjalan lalu duduk di bangku paling depan dekat jendela yang di telisik cahaya mentari pagi, ia mengambil sebuah buku tebal di dalam tasnya memilih untuk membaca buku... saat di kesunyian Bukankah buku adalah teman terbaik? Iya kan? Entahlah mungkin itu hanya pendapat Arunika.

Tak berapa lama setelah kedatangannya, murid murid lain mulai berdatangan, jangan heran murid di sini semua... sekali lagi SEMUA adalah orang kaya dan tentu memiliki gaya yang berkelas, jangan harap kalian menemukan motor di parkirannya mungkin semuanya rata rata mobil mewah.

Hidup di kalangan orang kaya tentu agak berat ... terutama bagi Arunika... tentu saja.

Guru mulai mengisi pelajaran dengan di Awali absen seperti biasa, ada tiga nama yang di sebutkan wanita paruh baya itu di depan kelas namun tak kunjung mendapat jawaban 'hadir' atau sekadar uluran tangan.

Tiga nama yang sudah biasa tidak menghadiri jam pelajaran.

"Dimana Zaigham dan teman temannya?" Tanya bu guru menerawang kelas di balik kacamatanya, namun tak menemukan sosok bernama Zaigham itu.

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang