1. Tidak Pantas.

45 3 0
                                    

Kekasih Tawanan
1. Tidak Pantas

Aku tau jika air yang ada di atas meja akan disiramkan pada wajahku. Walaupun begitu aku tidak menghindar saat air itu melayang dan menerpa wajahku.

Air mata mulai menetes dari mataku. Bukan karena air itu sakit, namun karena malu.

Aku menjadi tontonan orang-orang yang ada di restoran ini. Gadis yang berpenampilan kumal yang sedang berhadapan dengan nyonya kaya raya.

"Jauhi anak saya. Kamu sama sekali tidak pantas menjadi pendamping anak saya," kata seorang wanita yang berstatus ibu dari pacarku.

Walaupun aku tau hal itu adalah fakta. Namun tetap saja ada nyeri yang terasa dihatiku.

Nyoya besar dengan pakaian Gucci itu. Menatapku dengan angkuh. Dagu terangkat tinggi dan tatapan sinis dan tidak suka yang sangat kentara.

Aku tersenyum miris, sungguh tidak menyangka jika latar belakang kekasihku sangat luar biasa.

Siapa sangka laki-laki yang mengaku sebagai karyawan kontrak. Justru anak tunggal dari pasangan Norra Alexander dan Gallen Alexander. Orang terkaya di kota ini.

Bahkan bisa saja menjadi salah satu orang terkaya di negara ini. Sungguh aku tidak tau diri.

Aku hanya anak yatim piatu yang tumbuh di panti asuhan dan sekarang bekerja di salah satu toko buku. Berani mengklaim jika Gavin, yang sebelumnya tidak kuketahui nama belakangnya. Sebagai laki-lakiku, kekasihku, dan tentunya milikku.

Siapa aku ini? sehingga berani mengklaim laki-laki yang memiliki segalanya itu. Sungguh tidak tau diri.

Aku mengusap wajahku dan tersenyum miris. Sama sekali tidak berani mengangkat wajahku. Aku hanya bisa terpaku menatap sepatu nyonya Alexander.

Sepatu yang bahkan jauh lebih mahal daripada gajiku setahun.

"Maaf nyonya, aku benar-benar tidak tahu jika Gavin adalah anak nyoya," kataku pada akhirnya.

Tubuhku bergetar saat mengatakan itu semua. Laki-laki yang sudah kuberikan segalanya. Lepas begitu saja dari pelukanku.

Seketika aku merasakan jarak yang sangat jauh dengan Gavin. Laki-laki yang biasanya kupeluk dan kubangunkan setiap pagi.

Tiba-tiba terbentang jarak yang begitu jauh. Antara aku dan dia sungguh tidak bisa menyatu. Aku cukup sadar siapa diriku.

"Baguslah jika kamu sadar posisimu. Orang seperti dirimu tidak pantas untuk anakku," katanya lagi.

Nyonya Alexander lalu bengkit dan mengambil setumpuk uang dari dalam tasnya. Melemparnya pada wajahku. Sehingga uang itu berterbangan di sekitar kami.

"Kompensasi untukmu karena sudah menjadi mainan anakku. Sekarang pergilah dan menjauhlah darinya. Kelasmu sungguh tidak bisa diterima di dalam kehidupan kami," katanya tajam dan anggun.

Sungguh hatiku sangat sakit. Rasanya seperti jatuh dari tebing dan hancur berkeping-keping.

Aku bahkan tidak peduli lagi tatapan orang lain padaku. Aku hanya bisa mengusap air mataku. Sambil terus terbayang senyum Gavin yang sangat manis.

"Aku akan terus mencintaimu selamanya," kata Gavin saat itu.

Saat pertama kali kami berkencan. Aku membalas ucapannya dengan malu-malu karena dia adalah laki-laki pertama yang mampu membuatku jatuh cinta.

"Aku juga mencintaimu," kataku pelan sambil menunduk.

Aku yakin saat itu wajahku memerah. Namun bisa disamarkan oleh gelapnya malam.

Kekasih TawananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang