4. Ancaman yang dilaksanakanGavin langsung menyentuh pipiku. Matanya menatapku terluka. Aku tersenyum padanya.
"Aku harus bekerja," kataku sambil tersenyum.
Tidak sanggup melanjutkan niat berpisah darinya. Gavin langsung tersenyum cerah dan memelukku.
"Kupikir kamu ingin pergi dariku. Aku tidak akan pernah melepaskanmu. Lily hanya milikku selamanya," katanya lalu mencium keningku dan duduk di kursi.
Gavin memakan sarapannya dengan lahap sementara aku bersiap-siap untuk keluar rumah.
Musim gugur benar-benar sedikit merepotkan. Banyak daun dimana-mana. Apalagi di lingkungan kami banyak sekali pohon.
Cuaca juga mulai dingin. Akhir-akhir ini aku mulai tidak sanggup keluar tanpa mengenakan jaket.
"Tunggu lily. Sebelum pergi aku ingin memberikanmu hadiah," kata Gavin saat melihat aku sudah mencoba membuka pintu.
Laki-laki itu, buru-buru mengambil sesuatu dari balik sofa. Mengeluarkan satu kotak cantik berwarna gold yang berkilau.
"Ini hadiah musim gugur untukmu. Saat melihat ini aku langsung teringat Lily ku yang cantik," kata Gavin menyerahkan kotak itu padaku.
Aku menerimanya dengan senang hati. Lalu duduk di lantai tepat didepan pintu rumah kami.
Saat aku membuka kotak, aku langsung terpesona dengan isinya. Sepatu boot cantik berwarna coklat yang sangat indah dan terlihat hangat.
Aku mengelus permukaan sepatu dengan lembut. Rasanya halus dan hangat sekali. Aku yakin hargan tidak mungkin murah. Dari bahanya yang sangat berbeda dari sepatuku pada umumnya.
Sepatu ini pasti harganya sangat mahal. Sepatu ini seperti dibuat khusus untukku.
"Cantik sekali. Harusnya kamu tidak perlu membuang uang untuk membeli sepatu ini. Kita harus menabung untuk musim dingin," kataku mengomel tanpa sadar.
Aku lupa jika kehidupan Gavin sangat berbeda denganku. Tentu saja saja tidak masalah untuk musim dingin nanti. Dia bisa melewati dengan mudah.
Tidak seperti aku yang kebingungan bagaimana harus berhemat. Agar bisa melewati musim dingin dengan baik.
Untuk biaya hidup di musim bisa naik berkali-kali lipat. Tagihan listrik benar-benar sangat besar. Sehingga Harus Membuatku menabung dari jauh-jauh hari untuk memenuhi tagihan saat musim dingin.
Kalau aku tidak mau kedinginan. Aku Harus menyediakan biaya ekstra untuk penghangat ruangan yang menghabiskan banyak sekali listrik.
"Tenanglah Lily. Harganya tidak mahal. Aku mendapatkan diskon 80 persen untuk sepatu cantik ini," katanya berlutut di depanku.
Tentu saja aku tidak percaya. Toko maan yang akan memberikan diskon sebesar itu. Terlebih lagi ini sudah musim gugur.
Sebentar lagi akan memasuki musim dingin. Tentu orang-orang akan membeli sepatu boot baru untuk digunakan nanti.
Toko mana yang punya marketing begitu buruk seperti itu. Seratus persiapan Gavin pasti berbohong padaku.
"Tenanglah. Pakai sepatumu dengan senang hati. Tidak perlu khawatir untuk musim dingin. Aku akan mencari pekerjaan tambahan, sehingga kami bisa tetap hangat di musim dingin ini," kata Gavin sambil memakaikan kaos kaki dan memakaikan sepatu baru di kakiku.
"Benar-benar cocok untumu, baby. Sepatu ini seperti menemukan taunya."
Aku langsung melompat ke atas tubuh Gavin dan duduk di atas pangkuannya. Memeluk tubuh tegap dan kekarnya.
Tubuhnya yang beraroma mint. Membuat rasa nyaman itu semakin besar.
"Tidak usah bekerja," kata Gavin memeluk pinggangku erat.
"Tidak bisa. Hari ini toko sangat sibuk. Selain harus mengatur ulang buku. Aku juga harus membuat laporan buku yang masuk hari ini."
Gavin mendesah kecewa. Aku hanya bisa menghibur dirinya. Dengan mengelus rambutnya lembut dan mengecup pipinya.
"Aku akan datang ke tokomu saat jam makan siang. Aku akan membawakan makan siang."
"Ingat jangan memaksa dan mencuci piring. Biarkan aku melakukannya saat aku selesai dari pekerjaanku."
"Aki tidak akan melakukan. Aku hanya akan mencuci semua pakaian kita," katanya membuat otakku langsung berpikir buruk.
"Tidak! Biarkan aku yang akan melakukannya."
"Memang kenapa?"
"Aku tidak mau kalau rumah kita terendam air dan busa melimpah kemana-mana."
Membayangkan saja membuat otakku pusing. Apalagi harus melanhalami.
Setelah mengoceh cukup banyak. Aku akhirnya bisa mengayuh sepedaku dengan santai menuju toko buku tempatku bekerja.
Aku memarkir sepeda ku tepat di depan toko buku. Kemudian masuk dan menyapa Hanna, pemilik toko buku.
"Lily, tolong periksa surat yang dikirimkan kemarin sore. Sepertinya ada masalah lagi. Buku-buku yang seharusnya datang hari juga banyak sekali yang tidak datang," kata Hanna sambil memijat keningnya.
Aku langsung menuju meja dan memeriksa surat yang ada.
Nyonya Alexander sedang melaksanakan ancamannya. Di surat yang tertulis, salah satu penerbit membatalkan kerja sama secara sepihak dengan kami.
Mereka juga meminta kami untuk segera melunasi seluruh pembayaran yang tertunda. Jika tidak mereka akan menarik seluruh buku.
"Apa isi suratnya Lily?" tanya Hanna mendekat padaku.
"Mereka membatalkan kerja sama dengan kita. Kita juga harus segera melunasi pembayaran yang tertunda. Jika tidak lita harus segera mengembalikan buku yang belum kita bayar," kataku sedih karena aku tahu permasalahan ini datang dariku.
Hal ini sangat merugikan untuk kami. Toko kami saat ini tidak mungkin melunasi pembayaran. Kami juga akan sangat rugi jika harus mengembalikan buku.
Keduanya adalah jalan buntu untuk kami. Nyonya Alex benar-benar tahu bagaimana cara menghancurkan bisnis yang sedang kami jalani.
Buku yang seharusnya sampai saat ini juga tidak datang. Sementara kami sudah membayar untuk itu.
Kebayangkan buku itu adalah pesanan yang harus datang secepatnya.
"Apa yang harus kita lakukan lily? Banyak sekali masalah akhir-akhir ini."
"Tenanglah Hanna semuanya akan baik-baik saja. Lebih baik kita berdoa pada tuhan," kataku mencoba menghibur.
Semua masalah ini benar-benar membuatku semakin tertekan. Cara nyonya Alexander untuk membuatku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa.
Satu hal yang paling aku takutkan adalah panti asuhan tempatku tinggal dulu. Jangan sampai nyonya dan tuan Alexander mengusik tempat itu.
"Lily, sepertinya untuk bulan ini. Kita tidak bisa m nyumbang untuk panti asuhan. Mungkin kita juga harus terpaksa mengurangi jam kerja. Untuk keputusan terburuk kita harus memberhentikan pekerja," kata Hanna dengan sedih.
Wanita paruh baya itu terlihat sangat tertekan. Seluruh hidupnya diandaikan untuk toko buku ini. Toko buku ini adalah sebagian dari jiwanya.
Setelah menghabiskan hidupnya untuk toko buku ini.. Sekarang toko buku ini terancam bangkrut. Kerja keras Hanna selama hidupnya bisa hancur begitu saja.
Semua ini karena aku. Kalau aku bertahan dengan Gavin. Tentu saja aku hatsu melihat orang disekitarku menderita.
Aku tidak sanggup jika menyaksikan penderitaan mereka karena kesalahanku.
"Hanna semuanya pasti baik-baik saja," kataku memeluk tubuh tuanya.
Aku juga menyakinkan diri. Aku harus sanggup melepaskan Gavin dan semuanya akan baik-baik saja.
Hanna tersenyum tapi aku ingin sekali menangis.
Dalam ponselku ada kabar yang benar-benar menyakitkan. Panti asuhan tempatku tinggal dulu dalam masalah besar.
Gavin sekarang tidak yang bisa aku lakukan selain berpisah denganmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Tawanan
RandomAku sangat mencintainya, tapi aku sadar tidak bisa bersamanya. Sehingga aku memilih untuk melepaskannya. Sungguh aku tidak tau jika itu awal dari kehancuranku. Dia menunjukan sifat aslinya. Mengeluarkan taringnya yang telah lama disembunyikan. Dia...