2. Untuk Terakhir Kali

18 2 0
                                    

Gavin langsung memelukku saat memasuki rumah. Seperti biasa dia terus mencium keningku bertubi-tubi.

Aku menahan air mataku agar tidak menetes. Aku sudah memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengannya.

Berbeda diantara kami terlalu jauh untuk dilewati. Jujur saja aku tidak mampu jika harus bertarung dengan keluarganya.

"Lily, aku sangat merindukanmu. Ayo peluk aku, baby," katanya manja padaku.

Aku langsung memeluk tanpa membantah sedikitpun. Ini mungkin terakhir kalinya aku bisa memeluk Gavin.

Setelah ini, aku akan melepaskanya. Aku tidak akan menahan dirinya lagi. Air mataku hampir tidak terbendung saat ini.

'tenanglah Lily. Jangan sampai Gavin tahu dan menjadi masalah nanti,' bisikku dalam hati.

"Aku juga sangat merindukanmu Gavin. Ayo, saatnya kita makan malam," kataku padanya.

Gavin sepertinya enggan melepaskan pelukannya dari tubuhku. Dia memang sangat manja jika sudah denganku.

Gavin seperti bayi besar saja. Aku tidak masalah dengan itu. Sama sekali tidak keberatan jika harus merawat bayi besar ini.

"Tidak mau. Aku mau memelukku saja. Ayolah, lily! Pahami hatiku, dia sangat menderita dan kesepian tanpamu."

"Baiklah-baiklah. Kamu boleh memelukmu sepuasmu."

"Aku bahkan tidak hanya ingin memelukmu sekarang," katanya serak.

Matanya berkabut, dan menatapku begitu dalam. Gavin kemudian mencium tulang selakaku dan menghirup aroma tubuhku rakus.

"Aroma tubuhmu selalu membuatku tergila-gila Lily."

"Ayolah Gavin. Setelah makan malam, kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau."

"Aku tidak butuh makan Lily. Aku hanya membutuhkanmu saja," katanya parau dan terus menciumi leherku.

Dia mengangkat tubuhku sehingga sejajar dengan wajahnya. Aku melingkarkan kakiku ada pinggangnya.

Tersenyum hangat sambil meraba wajahnya. Menyimpan wajahnya dalam memori otakku.

Laki-laki yang sangat kucintai. Orang yang kuberikan seluruh hatiku. Hingga tidak tersisa walaupun untukku sendiri.

"Aku sangat mencintainya Lily. Karena itu kamu tidak boleh pergi dariku. Aku tidak akan pernah melepaskanmu."

"Aku juga sangat mencintaimu Gavin."

Hanya saja aku harus meninggalkanmu. Ini bukan mauku, tapi ini harus kulakukan. Semoga kamu bisa menerima keputusanku ini Gavin.

"Berikan aku satu ciuman Lily," katanya lalu menyatukan bibir kami.

Kali ini aku tidak menutup mataku saat merasakan ciuman darinya. Sebisa mungkin aku menyimpannya dalam memoriku.

Bagaimana cara Gavin memagut bibirku lembut. Bibir lembut itu menghantarkan sensasi geli yang sangat menyenangkan.

Bibir lembut dan basah milik Gavin menyusuri setiap inci bibirku. Membagi kehangatan, kelembutan dan basah pada saat bersamaan.

Aku juga merasakan hangat nafasnya yang menerpa wajahku. Irama jantungku dan jantungnya berubah menjadi lebih cepat.

Menyatukan irama nafas menjadi selaras. Merasakan hangatnya gairah cinta dan melebur menjadi satu.

Saling mengecap satu sama lain. Menikmati irama dan jantung yang menjadi satu. Merasakan gelinya sayap kupu yang berterbangan di perut dan naik ke dada.

Kekasih TawananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang