Chapter 4

6 2 0
                                        

Kedatangan pria asing di pasar minggu itu terus terngiang dibenaknya. Ia pikir dengan kedatangan pria itu hidupnya akan kembali seperti dulu lagi. Tapi siapa sangka kedatangannya justru hanya untuk menyampaikan hal yang ia wanti-wanti selama ini. Meneruskan perusahaan.

Cih, sungguh kolot. Alih-alih dapat melakukan hal yang ia suka, kakeknya justru memaksanya menjadi sosok gila kerja yang akan membuatnya kehilangan banyak waktu. Ya, seperti ayahnya yang tak pernah memiliki waktu untuknya.

Sejujurnya kehidupan yang berkecukupan bersama seorang gadis yang rela menampungnya tidak akan pernah memuaskan kebiasannya yang selalu berfoya-foya. Meskipun begitu ia tahu diri, ia juga tidak tega menghabiskan harta tak seberapa dari wanita yang ia tahu ternyata juga menghidupi banyak orang di keluarganya.

Sungguh miris.

Kalau ia kembali di kehidupannya yang dulu, orang pertama yang harus ia balas tentunya kekasihnya saat ini yang rela menampungnya. Tunggu saja setelah ia mendapat kekayaan, akan dia buat wanita itu kebingungan menghabiskan uangnya.

Tapi sejujurnya ia sangat bingung dengan pemikiran wanita itu. Mau-maunya dia menampung pria pengangguran yang buruk rupa pula. Sama sekali tidak memberi keuntungan baginya.

Antara baik dan bodoh, sepertinya hanya beda sedikit.


***


"Karin, kau tidak mau bergabung dengan kami?"

Karin mendapati teman sekantornya yang masuk bersamaan dengan Karin lima bulan yang lalu itu tengah hadir di meja kerjanya. Namanya Sherla. Sejujurnya Karin tidak begitu dekat dengannya. Bahkan komunikasi antar keduanya hanya sekedar membahas tentang pekerjaan. Karenanya Karin sedikit terkejut teman kerjanya itu tiba-tiba mendekatinya setelah beberapa bulan meraka menjadi teman kantor.

"Bergabung, kalian akan pegi ke mana?"

"Ke club, kita bersenang-senang malam ini."

Club, sungguh menjadi tempat pertama yang harus dihindari Karin. Selain menghabiskan uang, tempat itu juga hanya menyajikan kegiatan-kegiatan tidak senonoh yang dilakukan pengunjungya.

"Terimakasih, tapi maaf sepertinya aku harus menolakmu kali ini, Sherla." Dengan sopan Karin menolak ajakan teman seperjuangannya di perusahaan tempat ia bekerja itu.

"Ayolah Karin, kau jangan sampai jadi gadis rumahan yang tidak tahu indahnya dunia malam." Sherla mulai memperdekat jaraknya dengan Karin untuk membujuknya. "Rasanya sungguh sia-sia jika kau tidak memanfaatkan wajah menarikmu itu, pretty girl."

Sejujurnya Karin agak risih dengan godaan teman kantornya itu. Namun ia harus tetap sopan dan tidak menyinggung perasaan gadis berambut sebahu yang berparas rupawan itu. Ia tidak mau mencari musuh terlebih lagi dengan rekan sekantornya.

"Em, tidak perlu Sherla. Aku hanya ingin pulang dan menemani kekasihku yang sudah menunggu di rumah."

"Woah, woah, tidak disangka ternyata kau sudah punya pacar bahkan tinggal serumah." Karin hanya bisa tersenyum menanggapi komentar Sherla yang menggodanya.

Sejujurnya Karin terpaksa mengatakan hal itu supaya teman sekantornya itu tidak lagi memaksanya untuk pergi bersama teman-teman kantor lainnya ke club.

"Ayolah Karin, sejujurnya aku bercanda tentang dunia malam tadi," bujuk Sherla lagi. "Kami hanya ingin berkumpul antar teman kantor supaya lebih mempererat hubungan kita. Lagi pula club yang kita datangi tidak seperti club yang kau bayangkan. Kau pernah mendengar club halal?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

All About SincerityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang