Chapter 3

6 2 0
                                    

Today's Sunday.

Pagi ini Karin terbangun dengan banyak rencana di otaknya. Rencana bagaimana menghabiskan minggunya dengan kekasihnya, James.

Bagai tak mau kehilangan rencana-rencana yang muncul di otaknya, Karin segera berlari menuju kamar James dan membuka pintunya.

Terkunci.

Karin pun menggedor pintu itu dengan bersemangat.

"Jammie, Jammie, wake up!"

Tak mendengar balasan dari sang pemilik kamar itu, Karin memperkuat gedorannya pada pintu tak bersalah itu.

"C'mon Jammie, ini sudah siang jangan lewatkan pagi indahmu," bohong Karin. Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, bahkan matahari pun belum terlihat.

"Pliss, Karin. Kau tidak mau melihatku naked kan." Suara serak khas bangun tidur itu terdengar lemah dari balik pintu. Harusnya James masih dalam kondisi mata terpejam saat menjawab gedoran kekasihnya yang cukup memekakan telinga itu.

Seperti pagi yang sudah-sudah. Karin tebak sepertinya James memiliki kebiasaan tidur naked karena selalu mendapati pintu kamarnya yang terkunci di pagi hari.

Naked, memikirkannya pipi Karin perlahan memerah. Ia pernah beberapa kali mendapati tubuh bagian atas James yang ternyata cukup atletis itu setelah disuguhi pemandangan James setelah ritual mandinya. Dengan gigi tonggos, rambut setengah botak, dan setelan yang biasanya terlihat aneh saat ia kenakan itu, sepertinya tidak ada yang menyangka bahwa terdapat otot perut yang tersembunyi di balik kemeja kotak-kotak yang biasa James gunakan.

Mereka berdua memang sudah dewasa, namun hubungan percintaan mereka bukanlah hubungan romansa yang panas dengan seks setiap malamnya. Hubungan mereka adalah romansa manis dengan komunikasi yang baik dan pelukan di dalamnya.

"Kuberi waktu 5 menit baby."

Karin pun mengalah dan meninggalkan pintu itu. Sepertinya dia akan mandi dulu supaya mempersingkat waktu.


***


"Tadaaa"

"Seriously, Karin. Kau membangunkanku pagi-pagi buta hanya untuk pergi ke pasar?" James berkacak pinggang melihat kelakuan kekasihnya yang terkadang sulit ditebak itu. "Bukankah kau menjanjikan kencan dengan ku hari ini?"

"Ya, and here we are. Kencan ekonomis yang bermanfaat selagi kita berbelanja untuk makanan hari ini." Bagi orang lain mungkin kencan seperti itu terlihat sangat murahan dan pelit? Namun bagi mereka berdua, bisa bersama sudah lebih dari cukup untuk menghabiskan waktu berdua. Tidak perlu tempat mewah yang hanya menghambur-hamburkan uang.

"Hari ini aku tidak akan melepaskan genggamanku sebagai tanda kita berkencan." Karin memeluk erat tangan kiri James. Sedangkan James hanya bisa tertawa melihat kelakuan Karin yang terkadang kekanakan itu saat bersamanya.

"Baiklah tuan putri, mau belanja apa hari ini?" James meladeni rencana kencan yang telah dibuat Karin. Kencan di pasar, hmm sungguh unik.

Pasangan itu mulai berjalan menyusuri penjual sayuran yang sudah akrab dengan mereka. Karin dan James rutin berbelanja di sana karena mereka dapat memilih bahan makanan yang berkualitas dengan harga yang sangat terjangkau. Ditambah lagi mereka bisa menawar, keahlian yang dimiliki seorang Karin.

"Kau ingin makan apa hari ini?" tanya Karin sambil mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat kekasihnya yang tinggi itu.

"Emm, anything. Aku selalu puas dengan masakanmu." Karin tersenyum mendengar jawaban kekasihnya itu. Sungguh berbeda dari saat pertama mereka bertemu. James yang ditemuinya kala itu adalah sosok yang sangat pemilih terhadap makanannya. Banyak jenis makanan yang tidak disukainya. Namun kini bahkan James mampu memakan masakan gosong yang dibuatnya sendiri.

All About SincerityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang