•
•
•Hari ini aku pergi menuju butik langganan umi, lumayan dekat dari kampus jadi aku tidak perlu naik angkutan umum. Setibanya ditempat butik, aku melangkah masuk kedalam nya namun aku menabrak seorang pria dan kertas yang pria itu bawa berhamburan ke lantai. Aku begitu ceroboh seharusnya aku lebih hati hati untung saja pria tersebut tidak mengomel atau berkata kasar.
"eh, maaf kak, saya jalan nya ngga liat liat" kata ku yang sambil berjongkok untuk membantu merapihkan kertas kertas itu yang berisi gambar desain baju.
"iya tidak apa apa, terimakasih sudah membantu"ucap pria itu dengan nada lembut. Mata kami saling bertemu, lalu tersadar setelah seseorang menegur kami.
"Hai, zoya putri nya umi sarah kan? " tanya wanita itu kepada ku.
"Hai, iya aku zoya, aku mau mengambil pesanan umi ku" sahutku.
"baju nya sudah selesai, tinggal melunasi sisa nya saja, mari ke meja saya untuk melakukan administrasi" ucap nya, aku melihat pria itu sudah tidak ada di antara kami. Dia cepat sekali menghilang nya.
Setibanya di tempat administrasi, aku dipersilahkan duduk. Wanita itu sedang mencari barang nya, "astaga, seperti nya masih ada didalam sana "ucap wanita itu.
"zoya"panggil wanita itu.
"iya kak, kenapa? " tanya ku.
"seperti nya barang mu masih ada di dalam sana, aku ambil dulu ya" ucap nya.
"baiklah kak".
•••
Setelah beberapa menit wanita itu kembali dengan paperbag coklat dengan desain nama butik ini.
Aku beranjak dari tempat duduk dan mendekat ketempat wanita itu berada. Selesai transaksi aku berpamitan dengan nya tanpa sadar ada barang yang terjatuh dari tas ku.
•••
Aku sudah sampai di rumah, umi sudah mendapatkan barang nya itu dan aku pergi menuju kamar untuk membersihkan diri lalu beribadah.
Selesai nya aku mengaji ada beberapa notif dari whatsapp tapi ada nomor yang tidak dikenal.
Bersambung....
Hai, ini cerita hasil gabut ku 😆 semoga kalian suka walau part nya sedikit² hehe, Jngn lupa tinggal kan vote dan komen. Sankyuu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peri Cintaku(Oneshoot)
Short StorySalahkah hatiku jatuh hati pada dirimu? Oh, Tuhan, ternyata Kita adalah ketidakmungkinan yang selalu kusemogakan.