Semangat Pahlawan

4 0 0
                                    

Semangat Pahlawan
Karya: Ida Zultina

Matahari pagi sudah berani memunculkan sinar jingganya, hingga berani menerobos masuk ke dalam kamar bernuansa putih itu. Seorang anak perempuan yang masih tertidur nyaman dalam gelungan selimut, membuatnya menggeliat semakin mencari tempat ternyaman untuk kembali jatuh ke dalam mimpi.

Ketukan pintu samar-samar mulai terdengar, bersamaan dengan suara lembut dan tegas yang menyelinap masuk ke dalam kamar.

“Erika, bangun nak.” Ucap seseorang berbadan tegap yang tidak lain adalah ayahnya sendiri.

Erika mengeliat, matanya mulai mengintip dan tersenyum mengahadap ayahnya. Ia terbangun dan segera mengumpulkan separuh nyawanya yang masih berterbangan.

“Erika bangun yah.” Ucap Erika
Setelah memastikan putrinya terbangun, Hasan langsung segera keluar dari kamar putrinya. Erika segera beranjak meraih handuk dan segera masuk ke dalam kamar mandi, bersiap untuk pergi ke sekolah. Tak butuh waktu lama untuk sosok seperti ertika membersihkan tubuh. Tak lama kemudian, Erika sudah siap dengan seragam coklatnya dengan rambut yang ia kuncir kuda, tak lupa juga Erika sedikit memoles bibirnya dengan liptin agar tidak terlalu terlihat pucat. Ia tersenyum melihat dirinya di pantulan cermin, Erika cantik, apalagi di hiasi kacamata bulat yang membingkai wajah mungilnya, menambah aura kecantikan Erika semakin keluar.

Setelah memastikan semuanya siap Erika langsung turun ke bawah, untuk melakukan sarapan bersama kedua orang tuanya
.
“Pagi ayah bunda,” sapa Erika yang mencium kedua pipi ayah dan bundanya.

“Pagi sayang, yok kita makan, bunda udah siapin makanan kesukaan kamu.”

Sarapan pagi berjalan begitu hikmat, tak ada suara selain detingan sendok dan garpu. Semuanya focus
  pada makanan masing-masing.

“Gimana hari ini sudah siap?” Tanya hasan

“Banget yah, Erika udah siap banget untuk hari ini”

“Nanti waktu baca puisi untuk pahlawan di hayati ya kak, anggap saja waktu kamu baca itu, semua pahlawan sedang menonton kamu, ya meskipun gak ada. Tapi setidaknya kamu membaca puisi itu memang murni untuk ditunjukan kepada mereka, bukan hanya sebagai ajang ikut-ikutan lomba.” Ujar bunda menasehati 

“Siap ibu Negara laksanakan” Jawab Erika sembari tangannya hormat selayaknya kepada sang saka merah putih.

“hmm….sudah setengah 7 bun, Erika pergi dulu. Doakan, semoga anak mu ini mendapatkan juara” Ujar Erika dan langsung berlari kecil kearah sepeda motornya.

Banyak sekali bendera berkibar sepanjang komplek, rasanya senang ketika melihat sang merah putih dikibarkan. Merasa bangga menjadi anak Indonesia, tidak ada kebahagiaan selain menjadi anak bangsa Indonesia. Erika melajukan motornya hingga berhenti di persimpangan jalan karena lampu merah, tiba-tiba puluhan mobil polisi lewat bersamaan dengan marching band yang berjalan pelan dengan irama music-music nasional, hingga beberapa orang yang cosplay, menggunakan baju yang mencirikhaskan pahlawan Indonesia. Lagi dan lagi Erika tersenyum, bagaimana perasaan pahlawannya bila saat ini mereka masih hidup.

Dimana jerih payah mereka di rayakan dengan sangat meriah, bahkan semua orang bersuka-cita menyambut hari ini, sebagaimana menyambut hari kemerdekaan, tak lama dari itu lampu kembali menyala hijau, membuat Erika harus melajukan motornya kembali.

Erika tiba di sekolah nusa bangsa. Tak hanya dia rupanya, temannya pun juga sama dengan nya, sama–sama bahagia.
“Erika, lo kemana aja sihhhh. Gue sama vino nyariin lo udah kayak orang gila tau gak! Tugas gue itu bukan cuman ngurusin lo, ada banyak kerjaan osis yang harus gue selesaiin.” kesal vani, sebab hanya Erika yang mau menjadi perwakilan kelasnya dalam ajang lomba cipta puisi.
“aduh, maap ya vani sayang. Di bundaran tadi macet banget, banyak marching band.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asa di Balik PahlawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang