Prolog

1.1K 105 3
                                    

Gadis itu berdiri di bawah guyuran hujan. Matanya yang sendu memandangi jalanan di mana mobil sedang berlalu lalang. Air matanya tersamarkan oleh air hujan yang turun dari atas langit. Begitu pun hatinya menangis pilu. Menyaksikan tunangannya bercumbu dengan wanita lain. Meski sorot matanya tidak menyiratkan apa pun. Tetesan air berubah warna saat melewati tangan kirinya. Dirinya telah di ambang batas. Kakinya terangkat ingin melangkah ke tengah jalan ketika mobil melaju kencang. Di saat itu ada seseorang yang menariknya.

"Hei, apa kamu gila?!" teriak pria tersebut. Tubuhnya ikut basah karena hujan. Gadis itu tidak berekspresi apa pun. Pria itu memandanginya seperti ada yang berbeda. "Kamu, nggak apa-apa?" tanyanya seraya memegang pundak. Tiba-tiba tubuh gadis itu justru luruh dalam dekapannya. Dengan sigap sang pria memeluknya.

"Putri, kamu itu perempuan cantik dan baik. Nggak mungkin aku ninggalin kamu. Kita sudah tunangan. Aku mau kita menua bersama. Aku mencintaimu.."

Tangan gadis itu bergerak. Namun, matanya masih terpejam. Suara-suara tunangannya terngiang-ngiang di telinganya. Pria yang di cintainya telah melakukan pengkhianatan. Pria yang ia agung-agung kan bisa memberikannya kebahagiaan. Dan membawanya pergi mengarungi kehidupan baru sesuai harapannya. Nyatanya, justru memberikan luka yang teramat dalam.

"Putri bangun, Nak." Dengan mata yang masih tertutup, dahi Putri mengerut mengenali suaranya. "Mama sayang kamu," ucapnya. Putri memaksakan diri untuk membuka matanya meski begitu berat. Samar-samar ia menangkap bayangan wajah seorang wanita.

"Ma," ucapnya parau.

"Kamu sudah sadar, sayang." Ibunya menciumi tangannya. "Alhamdulillah," ucapnya.

"Haus," ucap Putri serak. Wajahnya pucat pasi.

Selama ini ia menanggung beban berat, dalam pikirannya teramat banyak. Masalah keluarga dan kekasih di saat bersamaan. Bertahun-tahun merasakan tekanan batin dan kini di tambah pria yang di cintainya mendua. Di saat ia menyerah, Tuhan tidak mengabulkan permintaannya yakni mengakhiri semuanya.

Queenza Putri Calista, merupakan gadis periang. Ia selalu di manja oleh kedua orang tuanya. Ketika Putri masuk Sekolah Menengah Pertama. Banyak anak-anak yang tidak menyukainya karena mempunyai orang tua yang kaya. Berangkat dan pulang sekolah selalu di jemput mobil mewah.

Oleh karena itu ada sekelompok anak-anak yang membully. Putri bukanlah anak yang pemberani. Karena selalu di manja membuatnya lemah. Setiap hari Putri mendapatkan bullyan dari teman sekelasnya dan murid lainnya. Mereka iri dengan apa yang Putri punya.

Psikisnya terguncang. Sehingga ia di pindahkan sekolah oleh orang tuanya. Dan di sekolah SMA pun Putri merasakannya yang sama yakni di bully. Sejak saat itu seorang Putri yang periang berubah menjadi Putri yang pendiam.

Keluarganya pun berubah. Ayah dan ibunya selalu bertengkar. Apa pun di permasalahan, terutama masalah Putri dan juga hasutan dari keluarga kedua belah pihak. Mereka menikah tanpa restu keluarga. Setiap pulang sekolah ia harus menyaksikan pertengkaran orang tuanya. Teriakan-teriakan dan juga barang yang di lempar. Bagaimana bisa dirinya menceritakan apa yang di alaminya? Ia hanya bisa mengurung diri di kamarnya. Memeluk lututnya sambil menangis.

Sepuluh tahun kemudian, ia menemukan seseorang yang membuatnya yakin. Putri menaruh harapan besar pada pria tersebut. Mereka mulai menjalin kasih. Nama pria itu, Bondan. Putri merasa yakin dengannya. Ia seperti memiliki kekasih sekaligus sahabat yang bisa berbagi cerita. Gadis itu selalu menceritakan apa pun pada Bondan. Baik itu, kesehariannya dan kuliahnya. Putri yakin dengan Bondan. Mereka pun memutuskan untuk bertunangan. Jika pendidikan mereka selesai akan menikah. Nyatanya saat ini berbeda.

Dan kini Putri tengah berbaring lemah di ranjang rumah sakit karena Bondan. Sebelumnya ia berkunjung ke apartemen kekasihnya. Dirinya mengetahui password apartemen tersebut. Putri melihat Bondan di apartemennya bersama wanita lain. Mereka asyik bercumbu tanpa tahu jika Putri berdiri di ambang pintu. Menyaksikan pergumulan mereka yang begitu bergairah. Putri ingin membuat semua ingatannya itu dari otaknya. Jijik dan ingin melupakan amarahnya.

"Minum dulu, Putri." Sang ibu membantunya untuk minum. Putri menoleh ke pergelangan tangannya yang di perban. Ia ingin bunuh diri. Setelah menyayat tangannya di dalam mobil. Mengetahui dirinya masih hidup. Putri keluar dari mobil dan berjalan ke tengah jalan. Niatnya untuk mati begitu kuat. Mungkin dengan tertabrak mobil yang lewat. Dirinya bisa benar-benar mati.

"Kenapa kamu bodoh!" ucap Bu Ratna. Putri hanya diam. "Kenapa kamu bisa seperti ini!" sambungnya dengan berderai air mata. Bibir Putri masih bungkam. Tatapan matanya pun kosong. "Mama takut kehilanganmu," ucapnya. Putri justru kembali memejamkan matanya. Ia membiarkan ibunya bicara apa pun.

Betapa sakitnya, di saat dirinya percaya pada seseorang. Mempertaruhkan semua serta hidupnya untuk pria itu justru di balas dengan luka. Putri telah mempercayai tunangannya tersebut. Bahwa Bondan bisa mengayominya, mencintainya apa adanya, melindunginya dan selalu bersama. Ternyata itu hanya janji palsu yang Bondan berikan. Pria itu justru berselingkuh. Putri menjadi mengerti jika Bondan menyukainya hanya tujuan tertentu. Mungkin dirinya kaya, karena itu Bondan mencintainya atau itu pun hanya berpura-pura.

"Kalau nggak ada yang nolong mungkin sudah meninggal," ucap ayahnya yang terdengar di telinganya.

"Papa bisa memberikannya uang," sahut Putri tanpa membuka matanya. "Itu akan membuatnya senang karena sudah menolong."

Ayahnya mendengus kesal. "Bunuh diri bukan satu-satunya solusi!" Putri tidak menyahutinya. "Papa akan beri pelajaran pada Bondan." Ayahnya sudah mengetahui tingkah laku Bondan dari orang suruhannya yang menjaga Putri secara diam-diam. Dari awal ia ragu pada kekasih Putri. Banyak pria yang mendekati anaknya karena harta. Terbukti Bondan pun melakukan hal yang sama.

"Jangan, biarkan saja." Putri tidak ingin berurusan lagi dengan Bondan. Ayahnya pasti sudah tahu apa yang terjadi. Ia tidak perlu menjelaskannya lagi. "Putuskan saja pertunangan kami."

"Benar kamu mau memutuskan pertunangan kalian?" tanya Bu Ratna. Yang ia tahu Putri begitu mencintai Bondan.

Putri membuka matanya lalu menoleh pada ibunya. "Apa Mama mau aku pergi dari dunia ini?" tanyanya datar. Bondan yang membuatnya seperti ini. Untuk apa di lanjutkan pertunangan mereka. Bu Ratna menggelengkan kepalanya. "Jadi, hubungan kami sudah berakhir." Putri kembali memejamkan matanya. "Aku ingin istirahat."

"Ada suster yang akan menjagamu. Mama takut kamu melakukannya lagi," ucap Bu Ratna. Putri tidak menyahutinya. Ia sudah hafal.

"Papa juga ada urusan. Ya, benar. Kamu harus di jaga suster. Dan setelah perawatan selesai. Kamu harus konseling," ucap Ayahnya. Putri diam saja. Meski dalam hatinya mengumpat.

Orang tuanya bisa seperti itu meninggalkannya padahal putrinya yang semata wayang bisa di katakan sedang merenggang nyawa. Entah mengapa, ada keraguan di hatinya. Apa benar ia anak kandung mereka? Kenapa semuanya berubah tidak seperti dulu. Banyak cinta yang di terimanya. Kini hanya tanggung jawab sebagai saja. Saat orang tuanya pergi. Putri membuka matanya. Air mata mengalir di sudut matanya. Andai tidak ada orang yang menghalanginya. Mungkin dirinya sudah mati. Dan tidak bertemu mereka lagi.

"Apa nggak ada kebahagiaan untukku? Apa terlahir kaya itu salah?" Ia hanya di manfaat oleh teman-temannya.

Ini kisahnya Bian, tau ga siapa dy? Dy salah satu si Triplets ABC anaknya Nindya & Andri (Touch Of Love). Alfa udah punya cerita sendiri judulnya One More Chance ada di Google Play Book.

Klo mau baca cepat ada di Aplikasi Karyakarsa ya. Di sana berbayar, jgn lupa follow juga ya 😘

 Di sana berbayar, jgn lupa follow juga ya 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorry typo & absurd

Thankyuu 😘😘

My Dear (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang