"Buset dah Aya udah pake earphone masih tembus aje tuh lagu ke luar, pelan-in dikit ape. Takut budek doang gue mah, biar gimana telinga lu di butuhkan untuk mendengar suara minta tolong anak-anak kalo ulangan." Vania mengingatkan Aya yang sedang menenggelamkan kepalanya di meja. Namun tidak ada respon dari Aya, wanita itu sedang tenggelam di dalam musik kesukaannya.
Vania sedikit geram karna omongannya di abaikan, Vania menarik nafasnya dan berteriak " ARAYAAAAAAAAAAAA!!! " Aya pun langsung mengangkat kepalanya dan mengerutkan dahinya. Dan akhirnya mematikan pemutar musik di ponsel genggamnya.
"Apaan sih, teriak-teriak udah kaya di ragunan aja. Suara lu tuh nyampe dari Sabang sampai Merauke." Ujarnya ketus, Aya selalu begitu. Walau ramah jika berbicara, namun cara menjawabnya selalu ketus.
"Lagian, sekali di panggil ga denger." Jawab Vania cemberut.
"Mau nanya apa sih?, Nanya Mulu anjir hidup lu. Punya HP juga, cari Sono di google." Aya pusing sendiri, pasalnya Vania selalu menanyakan hal-hal di luar konteks pembelajaran. Contohnya seperti dari mana datangnya alien, menurut Vania tidak mungkin dari bulan. Karna jika benar dari bulan, maka nasa akan mengetahui dan sering bertegur sapa dengan mereka.
"Ga ada tau di google, kan Lo pinter." Jawab Vania enteng, baginya Aya adalah Wikipedia.
"Kalo google aja ga tau apa lagi gue anjir, ni manusia satu ngada-ngada aja." Aya menggelengkan kepalanya, ia tidak mengerti dengan teman di sebelahnya.
"Tau nih Vania hidupnya nyusahin Aya aja." Seseorang datang dan langsung ikut nimbrung.
"Ih Abizar ikut-ikutan aja, ga di ajak juga." Balas Vania.
"Suka-suka dong mulut-mulut gue, lagian Aya kasian banyak pikiran lu lagi nambah-nambahin aja." Abizar protes, karna dirinya adalah saksi kesibukan Aya. Aya adalah mahasiswi kura-kura (Kuliah Rapat, Kuliah Rapat), mengambil UKM seni membuat Aya mempunyai jadwal yang padat. Tak jarang Aya terpaksa harus melewatkan kelas, demi keberlangsungan acara seni. Event seni yang tiada hentinya membuat Abizar merasa iba, Aya terlihat bahagia namun dari raut wajahnya Abizar bisa tau jika wanita itu kelelahan.
"Udah jangan ribut, gue pusing." Aya menegaskan bahwa dirinya butuh istirahat.
"Kenapa ay? Sakit? Mau minum obat? Butuh sesuatu ga?." Abizar bertanya terus menerus.
"Butuh istirahat, butuh makanan, butuh minuman." Jawab Aya, dari pagi dirinya belum menyentuh makanan berat sama sekali. Pagi tadi ia hanya sarapan minuman sereal di kantin, sedangkan dirinya terpantau sudah dua malam tidak bisa tidur.
"Bentar ya tunggu sini, jangan ngilang dulu." Ujar Abizar mewanti-wanti, karna Aya suka menghilang dari kelas. Namun kali ini Aya mengangguk tanda menyanggupi, lalu menenggelamkan kembali kepalanya.
"Abizar bucin banget sama Lo fix, no debat no kecot." Vania terpesona dengan cara Abizar memperlakukan Aya.
"Apaan sih jangan gitu ah, kita temenan aja kok." Sangkal Aya, bukannya ia tidak suka namun menurutnya asal menyimpulkan tanpa ada omongan langsung dari orangnya itu gak baik. Aya tak ingin menyimpulkan hal yang tidak pasti, karna akan berujung sakit hati. Aya tidak ingin mengambil resiko, Aya benar-benar ketat menjaga hatinya. Semua ini karna dirinya tidak mempercayai pria, menurutnya pria adalah manusia paling tidak bertanggung jawab. Menurut Aya teorinya juga dapat di buktikan dari banyaknya pria yang jarang mengerjakan tugas, dan jika kerja kelompok pria biasanya tidak ikut berkontribusi di dalam proses.
"Duh, makan tuh temen. Mana ada sih temen modelan lu berdua, nempe.....l Mulu. Judulnya di mana ada Aya di situ ada Abizar, luar biasa Allahuakbar." Ejek Vania, sedangkan Aya dalam hatinya menyetujui itu. Namun Aya menarik kembali pemikiran itu, karna Aya tidak yakin. Tak berselang lama Abizar masuk ke kelas membawa plastik hitam, dari luar saja semua orang bisa melihat seberapa penuhnya isi plastik itu. Abizar menghampiri Aya, Abizar memang selalu duduk dekat dari jangkauan Aya.
"Ay ini makan dulu, gue beli salad buah sama roti." Abizar menepuk pundak aya, ayapun mengangkat kepalanya.
"Banyak banget bi, roti juga salad juga." Aya protes namun hal lain menarik perhatiannya, ia melihat botol air mineral dingin, dan minuman coklat favorite Aya yang ada di depan kampus. "Ini dua-duanya minuman, boros banget anjir." Lanjutnya protes.
"Please deh jangan banyak protes, udah makan aja semua. Lu ga ada tenaganya gitu, ga tega gue liatnya. Kan jadi ga bisa gue bully." Abizar memaksa, walaupun terlihat pendiam sebenarnya Abizar tidak pendiam banget seperti kata orang-orang. Di mata Aya Abizar manusia paling narsis, berisik, dan tentunya paling bisa mengerti dirinya.
"Iya, iya berisik deh loh." Aya terpaksa menuruti kemauan Abizar, walau dirinya tidak yakin mampu menghabiskan semuanya atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend-Shit (Sudah Terbit)
Teen FictionAku benci ketidak jelasan, aku membenci sesuatu yang rumit. kamu terlalu rumit dan tidak jelas, entah apa yang membuatmu terus menjadi rumit. seperti ingin menggenggam ku, namun di waktu yang bersamaan seperti ingin melepaskan ku. Mungkin salahku, k...