"Bagus aya, materi ini menurut saya bagus. Yang terpenting adalah kamu bisa menjelaskan dengan baik dan mengerti apa isi dari topik yang kamu angkat ini." Setelah membaca jurnal milik aya, pak ali merasa puas. Seperti yang ia dengar aya memang tidak pernah mengecewakan prihal tugas.
"Hehe makasih pak, udah kan ya pak?. " Tanyanya, aya tergesa-gesa ia tidak betah terlalu lama di ruangan.
"Sudah-sudah, jangan lupa rajin berkonsultasi ya. Kamu bisa hubungin saya, dan bikin kesepakatan wktu untuk konsultasi di kampus okey. " Pak ali memang terkenal baik dan ramah, ia juga bukan tipe dosen yang mempersulit mahasiswanya.
"Oke pak, makasih pak saya permisi dulu. " Aya izin pamit pada dosen pembimbing nya itu. Dan bergegass keluar dari kantor dekan jurusan. Aya berjalan menuju kantin, karna abizar bilang ia akan menunggu dirinya di kantin kampus. Tak membutuhkan waktu lama aya tiba di kantin, matanya memindai di manaa keberadaan abizar di tengah padatnya kantin. Abizar melambaikan tangannya saat sadar aya sudah di kantin, aya yang melihat itu langsung menghampiri abizar dan teman-teman kelasnya.
"Udah ay?. " Tanya abizar.
"Menurut lo, ga berbobot mah pertanyaan lo bi. " Aya malas berbasa-basi.
"Uuh gila ye lu bedua, kenapa sih belakangnya harus ada ay sama bi. Udah kaya orang pacaran tau ga. " Perotes Febrian, sebelumnya febrian terang-terangan mengejar aya namun dirinya menyerah. Mereka berdua benar-benar berbeda.
"Sirik ituu... bilang aja lo cemburu." Jerry menyudutkan ferdian, karna Jerry lah yang pertama kali memergoki Febrian yaang senyum-senyum sendiri saat membalas pesan dari aya. Tiga tahun di kelas yang sama membuat hal ini bukan lagi rahasia.
"Masih aja di bahas anjeeng, tiga tahun ngampus tiga tahun juga tu gosip kaga Ilang-ilang. " Ferdian mengeluhkan nasibnyaa yang kurang baik, karna mempunyai teman yang hobi mengolok-olok orang.
"Eh kalo bisa gue abadiin mah ya gue abadiin anjir biar jadi sejarah cinta tak terbalas di kampus hahahah. " Iqbal yang telah selesai ranked game, langsung ikut memanaskan suasana.
"Ngikut aja lu bogel diem-diem mulut lo bau. " Ferdian menghentikan iqbal yang sudah memasang kuda-kuda untuk membakar suasana.
"Udah ah ribut mulu lu pada, ranked yoh sekali. " Ajak aya pada teman-temannya.
"Kok cuma sekali sih ay?, gak seru mah. " Kali ini Jerry yang protes, semua orang di situ jelas menunggu Aya datang untuk push rank.
"Hiii kalian ini protes aja loh hidupnya, gue mau lunch sama Abizar. " Jawab aya santai sambil bersiap login di game.
"PANTESAAAN!!! Udah sana mending langsung berangkat, kita juga ga mau jadi penghalang. " Usir Ferdian.
"Biasa aja geh fer gausah cemburu gitu hahaha. " Abizar buka suara, abizar memang tidak se berisik yang lainnya. Namun untuk menjadi kompor dan tukang julid, Abizar juga sama seperti anak lainnya.
"Jangan sampe gue timpuk ya bi, segala ikut-ikutan. " Ancam Ferdian pada Abizar.
"Udeh sana berangkat, jangan cuma makan dong jalan-jalan juga. " Ledek Jerry, pada Abizar.
"Lo kayaa ga tau aya aja, manusia super sibuk. " Abizar mengingatkan Jerry sambil sedikit menyindir aya, yang di sindir hanya mengerlingkan mata malas.
"Udah-udah ayo berangkat ah lama, laper. " Aya menarik tangan abuzar agar keluar dari lingkaran teman-teman setannya. Abizar tersenyum melihat ara menggandeng tangannya, walaupun menggunakan tenaga dalam menggandeng tangannya. "Kalo di ladenin bisa tujuh hari tujuh malem. " Lanjut aya setelah berada di luar kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend-Shit (Sudah Terbit)
Teen FictionAku benci ketidak jelasan, aku membenci sesuatu yang rumit. kamu terlalu rumit dan tidak jelas, entah apa yang membuatmu terus menjadi rumit. seperti ingin menggenggam ku, namun di waktu yang bersamaan seperti ingin melepaskan ku. Mungkin salahku, k...