2. Lunch date?

9 3 0
                                    

Abizar ilkom

Di sei sapi yaang di mall deket kampus mau ga?, denger-denger enak.

Boleh, yaudah nanti kita ke sana.

Okey.

      Aya membaringkan tubuhnya di kasur setelah selesai membersihkan diri. Menghembuskan nafas gusar, Abizar berbeda tidak seperti biasanya. Apa ia maju satu langkah ke depan untuk mengikis jarak?, atau hanya dirinya yang terlalu bawa perasaan?. Tapi Aya yakin Abizar hanya menganggapnya teman, karna Abizar beberapa kali minta cariin cewek kepadanya. Jika ia menyukai Aya seharusnya ia tidak meminta hal itu bukan?, Aya benar-benar sulit mengerti maksud cowok.

Malas berfikir lebih panjang, ayapun menyalakan playlist tidurnya dan di sambungkan ke mini sound miliknya. Agar suasana lebih mendukung Aya mematikan lampu ruangan dan mengalahkan lampu galaksi yang ia beli dari Korea. Ini bukan lampu biasa, ini lampu limited edition yang di design langsung oleh Jungkook BTS. Salah satu member di grup favoritnya, dan saat ini dirinya memutar lagu zero o'clock milik BTS.

Lagu-lagu BTS menghilangkan lelah setelah seharian beraktifitas, Benar-benar membuat relax. Hingga tanpa sadar mamtanya sedikit demi  sedikit tertutup, kamarnya memang terbaik.

____

     Keesokan harinya Aya bergegas berangkat ke kampus, jangan tanya dimana keluarganya pagi ini. Sudah jelas di kantor, kedua orang tuanya bekerja. Bukan karna kurang uang, karna hobby saja berkegiatan. Aya tak ambil pusing seperti anak lainnya, toh dia juga sangat mencintai uang. Aya mengeluarkan mobilnya dari garasi, dan pergi menuju kampus. Di temani drive playlist buatannya, ia rasa semua orang harus mendengarkan rekomendasi drive playlist miliknya.

turn it back no~ turn it down no~

Lagu No milik Vierra adalah yang terbaik di playlist ini. Aya menyukainya dari sekolah dasar, sayaang sekali Vierra tidak lagi terkenal. Padahal menurutnya lagu Vierra bahkan jika di terbitkan di tahun ini, akan memiliki banyak peminat. Aya sangat menyayangkan beberapa band tertutup dan nyaris tak terlihat, terkalahkan oleh solois yang musiknya hanya begitu-begitu saja menurut dirinya. Tak terasa dirinya sudah sampai di gerbang kampus, ia harus mengambil kartu parkir agar bisa parkir di dalam kampus.

     "Pagi pak, makin ganteng aja. " Aya basa basi bercanda, dirinya terbilang dekat dengan seluruh staff kampus. Bagaimana tidak, kampus beberapa kali menjadi tempat dirinyaa menghabiskan waktu seperti di rumahan sendiri.

     "Eh eneng, neng jangan lupa di balikin kartu parkirnya. Itu temen-temennya pada ga di balikin lagi, buat apa si di timbun-timbun udah kaya duit aja. " Tegur satpam, ya anak ukm seni punya satu box kecil berisi kartu parkir kampus. Aya pernah bertanya untuk apa, jawabannya mudah jika ada yang kehilangan bisa ambil di kotak tanpa mencari yang hilang.

     "Aduh pak susah udah hak milik itu mah, dari generasi ke generasi. " Aya meletakkan kartu di tempat koin. "Dadah bapak" Aya berlalu, jika terlalu lama satpam itu akan curhat panjang pada dirinya. Aya memilih tempat teduh agar mobilnya tidak kepanasan, karna parkiran kampusnya di outdoor. Setelah mendapatkan tempat ia memarkirkan mobilnya dengan aman. Ketika keluar dari mobil seseorang menghampiri dirinya.

     "Ayaaaaa, ayok bareng. Tumben pagi datengnya, biasanya telat. " Tegur dara sambil mengaitkan tangannya di tangan Aya.

     "Gue tuh gapernah telat ke kampusnya, cuma telat ke kelasnya aja. Biasa mampir dulu ke sekre beberes, biar bersih gue sumpek banget kalo liat berantakan." Aya memberikan pembelaan diri.

     "Utututu... Rajin banget sih, sekalian rumah gue ay. " Ledek dara, dara ini sebenarnya pendiam tidak banyak tingkah dan terkenal judes namun entah kenapa di depan Aya dara sangat berisik dan ramah.

     "Mata lo. " Jawab Aya galak.

     "Eh ke kantin dulu yuk, beli minum dingin. " Ajak dara, Aya hanya mengangguk menuruti dara. Dirinya juga ingin membeli air mineral dingin, agar bisa menghilangkan lelah karna menaiki tangga sampai lantai ke tiga. Karna gedungnya hanya tiga lantai, jadi tidak ada lift. Sedangkan kelasnya berada di ujung lantai tiga, sebenarnya kelasnya nyaman besar dan punya banyak AC namun letaknya yang jauh membuat Aya sedikit malas.

     "Eh Aya. " Seseorang datang menyapa. Namun yang di tegur hanya mengernyitkan dahi, situasi yang sering terjadi. Terlalu banyak yang mengenalnya namun dirinya hanya mengenal yang ia anggap teman.

     "Eh, oh, ha..i." Aya kikuk, dara yang melihat itu menahan tawanya. Bukan sekali dia kali dara melihat situasi ini, temannya yaang satu ini memang menakjubkan.

     "Hayoo lupa yaaa, parah ih. " Ujar orang itu sambil bercanda, jujur saja Aya sedikit tidak enak untuk bilang tidak mengingatnya. Walaupun itu faktanya.

     "Inget kok, cuma lupa namanya. Siapa tuh aduh. " Elak Aya, agar tidak menyinggung orang itu.

     "Adiva, kita kan dulu pelantikan pertama UKM bareng. Udah lama banget ya ga ketemu. " Jelas perempuan itu.

     "Oh... Iya iya pantes aja gue lupa, tiga tahun lalu hahaha. Jarang liat sih kemana aja gitu. " Aya basa basi walau ia seratus persen terverifikasi tidak mengenal orang itu.

     "Iya soalnya gue dapet kelas siang kemaren-kemaren itu. " Jawab adiva.

     "Oh... Gituu, yaudah geh see you ya, gue duluan mau ada kelas. " Aya mengakhiri pembicaraan yang tidak nyaman itu. Wanita itu hanya mengangguk sambil tersenyum ramah, Aya dan dara pun pergi meninggalkan kantin.

     "Uuu artis ilkom memang beda. " Ledek dara pada Aya. Aya menghembuskaan nafas malas, ia tidak berminat merespon lelucon dara.

'Cling'

Notif HP Aya berbunyi, whatsapp namun ia malas membukanya. Ia berencana membukanya saat tiba dikelas. Setibanya di kelas ia membuka notif itu, notif dari pembimbing nya. Tahun ini angkatannya memang sedang gencar-gencarnya skripsi.

Pak ali dospem

Aya, kapan kamu mau menyerahkan tema dan judul yang akan kamu susun. Kamu ini, di mana-mana mahasiswa ngejar dosen. Ini malah saya yang ngejar kamu.

Bapak saya ga minta di kejar bapak hehehe, udah siap kok pak bapak ada di kampus jam berapa ya pak?

Kamu ini becanda terus, saya jam 9 nyampe kampus nanti kamu ke ruang dekan saja ya. Saya tunggu.

Siap laksanakan pak.

Percakapan berakhir, Aya sebenarnya bukannya cuek. Ia hanya tidak mau mengejar dosennya seperti budak, melihat teman-temannya membuatnya prihatin. Aya membuka laptopnya dan membuka berkas jurnal yang akan ia jadikan skripsi, sebenarnya ia sudah mempersiapkan jurnal ini dari semester satu. Ia ingin tidak tergesa-gesa saat skripsi, toh jurusannya adalah bidang yang berputar hanya di situ-situ aja. Tanpa ia sadari seseorang duduk di kursi sebelahnya.

     "Hey, cie rajin. " Ledeknya.

     "Ih anjir ngagetin aja bi. " Aya terkejut karna abi tiba-tiba datang.

     "Nanti siang jadi kan? Lunch date. " Tanya Abizar, Aya yang mendengar kata 'date' terheran-heran, apakah Abizar terang-terangan memberinya sinyal?.

     "Jadi tapi gue mau laporan dulu di cariin dospem gue soalnya. " Jawab Aya, karna akan memakan waktu lama sepertinya. Semoga saja tidak lebih dari jam makan siang.

     "Oke, nanti kabarin aja kalao udah keluar ya. " Pinta Abizar, ayaa mengangguk dan kembali memeriksa jurnal yaang sudah ia buat itu. Membaca kembali apa yang harus ia ingat untuk di jelaskan kepada dospemnya.

Friend-Shit (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang