5. Menurunkan Ego

2 1 0
                                    

Pertandingan selesai, kelasnya dinyatakan memenangkan pertandingan. Tidak ada hadiah atau piagam, ini hanya pertandingan biasa. Hanya saja yang kalah harus membayar sewa lapangan full. Seluruh pemain sedang mengganti baju dan mandi di kamar mandi yang tersedia, menghilangkan keringat dan bau badan.

     "Aya makin cantik ya, sayang banget pas ngisi  Kartu Rencana Studi gue ga kebagian kelas A sama sekali. Abi lo lucky banget ga cuma sekelas tapi deket juga, cantik gitu di anggurin aja bukannya di pacarin nanti nyesel loh.. " Andre memang sering terang-terangan menggoda Aya, bukan hanya andre beberapa pria dari kelas lainpun sering menggodanya. Aya yang loyal, humble, aktif, periang dan tidak cari perhatian membuat para pria tertarik.

     "Emangnya lo ga suka sama Aya?, kalo lo mundur gue maju nih. " Adrian yang berada di sebelah Abizar ikut meninpali, Adrian diam-diam menyimpan rasa pada gadis itu namun Adrian mundur melihat Aya dan Abizar sangat dekat dan ia pikir keduanya saling menyukai.

     "Apa sih lu pada, skripsi dulu skripsi ceweee aja. " Abizar menanggapi keduanya dengan bercanda, walaupun hatinya sedang tidak bercanda.

     "Iyanya cewe bae cewe yang di omongin, skripsi apa kabar? Emang udah bikin susunannya?. " Ibnu anak paling pintar di kelasnya membantu Abizar, Ibnu tau betul Abizar menyukai Aya. Namun entah apa yang jadi hambatan untuk keduanya.

     "Yeu ikut-ikutan aja. " Jawab Andre ketus. Akhirnya semua pemain fokus membersihkan diri mereka, Abizar sudah selesai mengeringkan badan dan memakai pakaiannya. Baju kotornya iia taruh di dalam tasnya di lapisi plastik yang biasa ia bawa-bawa. Dan bergegas pergi menghampiri tempat penonton untuk menghampiri Aya, namun yang di cari tidak terlihat batang hidungnya.

     "Abi cari Aya ya?, tadi Aya titip salam buru-buru katanya kakeknya meninggal. " Desi menyampaikan pesan aya untuk abi, abi khawatir dan langsung memeriksa telfon genggamnya. Namun, tidak ada pesan text dari aya. Abizar memanas dan beranjak pergi.

     "Woi mau kemana!. " Tanya Iqbal yang melihat abizar bergegas menuju parkiran. Namun iqbal tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya, abizar pergi tanpa kata-kata. "Kenapa sih tu bocah?. " Tanya Iqbal.

     "Gatau mungkin nyusul aya. " Jawab desi mengira-ngira.

     "Emang si aya kenapa?. " Tanya Adrian dan Ibnu yang baru datang, menanggapi percakapan desi dan iqbal.

     "Anjir sampe barengan, kakeknya meninggal. " Jawab desi menanggapi pertanyaan, Adrian dan Ibnu. Semua yang baru selesai dari kamar mandi, terkejut mendengar kabar duka itu.

"Innalillahi wainnailaihi raji'un"

Semua yang baru mendengar kabar duka itu secara bersamaan mengucap istirja secara bersamaan.

     "Berati abi bakal ke rumah aya?, kita perlu kesanaa ga sih?. Apa nanti aja pas tujuh harian?. " Tanya ibnu.

     "Coba kalo nanya satu-satu nu, gue tau lu wartawaan kampus. Gue gatau yang jelas muka abi tadi marah banget pas liat HP, gatau kenapa. Kalo masalah maunkesana gue bebas sih ngikut aja, cumaa kalo bisa perwakilan aja perkelas seluruh jurusan ilkom. Jangan semua, Nanti keramean kata gue mah. " Ujar desi memberi saran.

     "Lah des lu belum pernah ke rumah aya tah?, jangankan satu jurusan, satu fakultas aja muat anjir. Gede kata gue mah, mending ajak aja satu jurusan toh semuanya kenal aya. " Jawab Adrian.

     "Yee oneng, iya muat tapi kan tujuh harian pasti rame cuy. Keluarga besar, belum tetangga. Ga ngotak loh ini nih, jangan sampe nantinya ngerepotin. " Sanggah vania tidak Terima dengan perkataan  Adrian, vania tidak mau aya jadi tidak fokus ke tahlilan kakeknya karna menjamu teman-temannya.

Friend-Shit (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang