02 || Balas Dendam

27 5 2
                                    

Terima kasih sudah mampir.

Jangan lupa vote dan komen ya. Semoga cerita ini menghibur.

Selamat membaca.

• RINDU •

.

.

Waktu belajar sudah berakhir setengah jam yang lalu. Rindu masih setia berada di perpustakaan sekolah. Melihat-lihat judul buku tanpa ada niatan untuk membaca.

Hanya ada satu dua murid yang tersisa. Biasanya mereka adalah anak-anak yang mendapat beasiswa untuk bersekolah di SMA Merah Putih.

Rindu sendiri merasa beruntung. Karena meskipun Dania membencinya. Wanita itu tak pernah melupakan tanggung jawab sebagai orangtua.

Sejahat apa pun Dania. Rindu tak pernah menyimpan dendam. Karena Rindu sadar, hanya Dania yang ia miliki saat ini. Hanya Dania yang menjadi tempatnya berlindung di saat semua orang menganggapnya aneh.

Gadis itu menghela napas pelan. Ia memutuskan untuk beranjak keluar dari perpustakaan. Rindu penasaran sudah sejauh mana tawuran itu berlangsung.

Tepat saat tiba di depan gerbang. Sebuah batu melayang di atas kepala Rindu. Mungkin akan mengenai kepalanya jika saja Petir tidak berada di sana.

Manik mata Rindu membulat. Ia melihat ke sekeliling. Jalanan begitu ramai oleh pelajar dari SMA Herlambang dan juga SMA Merah Putih.

"Bego!" Petir menarik Rindu masuk ke dalam pos satpam. "Lo buta apa gimana. Nggak lihat orang lagi tawuran?"

Rindu tidak tahu apa yang ada dalam kepalanya. Gadis dengan warna mata karamel itu memandangi wajah Petir.

"Kening lo pecah." Rindu mengulurkan tangannya hendak menyentuh sisi wajah Petir. Namun, ia urungkan ketika sadar beberapa anak SMA Herlambang mulai berhamburan di dekat gerbang.

"Lo tunggu di sini sebentar. Nggak baik keluar sekarang. Jumlah mereka terlalu banyak." Petir segera menjauh.

Hampir tiga puluh detik Rindu menyaksikan tawuran itu. Sampai wajah yang begitu familiar muncul di depannya. Gadis itu melangkah keluar dari pos satpam.

"Gional Aditya Mahardy!" Suara Rindu yang kencang menyapa rungu Gion.

Yang dipanggil segera menoleh. Ia tersenyum ke arah Rindu. Salah satu siswa yang dulu pernah memukulnya hingga masuk rumah sakit.

Gion mengusap ujung bibirnya yang berdarah sebelum menghampiri Rindu. "Eh ternyata lo, Rindu. Udah lama ya nggak ketemu."

Kedua tangan Rindu terkepal di sisi roknya. "Mau lo apa sih Gion?! Lo nggak lihat anak-anak SMA Merah Putih babak belur gitu?"

"Ya gimana. Mereka yang mulai duluan. Lagian bukan cuman anak sekolah lo doang, anak sekolah gue juga babak belur." Gion terlihat santai menanggapi pertanyaan teman sebangkunya dulu. Cowok itu menambah langkah. Lalu berhenti di depan Rindu. "Urusan kita juga belum kelar. Lo masih ingat kan, apa yang lo lakuin ke gue waktu itu?"

Rindu merotasikan mata jengah. Lama-lama ia merasa kesal melihat wajah menyebalkan Gion. Sudah bagus jika cowok itu tidak muncul lagi di hadapannya.

"Ya udah, kita selesaikan sekarang." Rindu melepas tas punggungnya. Membuangnya ke jalanan.

Salah satu ujung bibir Gion tertarik ke atas. Menarik. Sudah lama sekali mereka tidak saling berhadapan seperti ini.

"Sayangnya gue nggak mau berantem sama lo. Bisa-bisa gue dibilang banci gara-gara mukul cewek lemah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang