"Jelek banget baru bangun."
Kekeh seorang gadis mengomentari penampilan lawan bicaranya, yang dihinanya hanya mengusap mata lelah dengan senyuman. "Cantik banget belum mandi."
"Matamu, sana mandi dulu."
"Siap, Bos."
Gadis berambut pirang menawan itu mencibir padanya, menatap pada layar ponsel yang terpampang wajah kekasih tersayang. Terpaut oleh musibah pandemi, mereka tetap saling menghubungi satu sama lain bak tak terjadi apa-apa, tertawa dan menikmati waktu yang dilalui bersama.
Ia menoleh pada kalender yang berdiri di atas mejanya, Hide mengambil pena dan mencoret sebuah nomor, menunjukkan sudah berapa hari ia lalui dalam masa karantina. Sudah tiga belas hari, besok hari terakhir.... Gadis itu menatap kosong mejanya sebelum kembali pada layar ponselnya, dimana sang lelaki sudah kembali dari aktivitasnya.
"Nah gitu dong, cakep."
"Iya, dah."
Tawa memenuhi hati keduanya, membuat hangat suasana. Walau tak bisa bertemu secara langsung sementara waktu, mereka mengapresiasi kehadiran masing-masing dengan hangatnya kebahagiaan yang mendatang.
"Hide gimana? Besok kan karantina terakhir, hasil tes negatif?" ucap seorang Yukimiya Kenyu dengan senyum terlukis di wajahnya, di balik sumringahnya ia khawatir akan keadaan sang kekasih. Khawatir akan kesehatan dan pola hidupnya dalam masa pandemi kali ini.
Ia beranjak dan mengambil sebuah kertas lalu kembali pada meja dimana ia meninggalkan ponselnya. "Gak masalah sih, negatif untungnya. Kamu gimana?" ucap gadis pirang sambil menatap layar ponsel.
Sang kekasih menebarkan senyum bahagia. "Untung deh, aku juga negatif kok. Nah, karena kita sama-sama negatif, lusa jalan-jalan, yuk."
"Lu tolol atau gimana sih, mentang-mentang negatif, main jalan aja. Nanti kalau positif nangis."
"Ih, sekali aja, pleaseee. Aku kangen sama kamu sumpah, ya? Ya?" mohon Yukimiya dengan senyum sok polos memelasnya, ingin sang gadis luluh dan ikut jadi warga negara yang durhaka bersama-sama, romantis sekali.
"Sekali-kali ngotak, dong. Gak ah, gak mau."
ー ·𖥸· ー
"Hehe, katanya enggak mau, kok ada di sini."
"Diem atau aku balik lagi."
"Eh, eh, iya dah. Jangan balik dong, kangen."
Gadis bernetra coklat itu menghela napas sambil turun dari kendaraan roda duanya, ia duduk sekitar dua atau tiga bangku lebih jauh dari Yukimiya, membuat sang lelaki menatap dengan heran. "Lho, kok disana, sini dong."
Yukimiya hendak beranjak tetapi Hide segera mengangkat tangannya, "Heh, social distancing."
Lelaki itu menghentikan aktivitasnya dan kembali duduk, "Yaudah, gini aja deh. Walaupun aku lagi kangen banget sama kamu."
"Udahan tolong, geli dengernya."
"Hahahaha, tapi aku jujur, lho."
Dari balik pelindung wajah yang dipakainya, Hide tersenyum kecil pada tawa sang kekasih. Tak menduga akan bertemu secepat ini—yah, walau sebagian besar adalah pengaruh dari Yukimiya yang menyogoknya agar setuju untuk bertemu. Ia tidak ingin mengakui ini terang-terangan, namun akibat bertemu secara langsung dengannya, sang gadis praktis merasakan kehangatan di hatinya.
"By the way, mana bakmi yang kamu janjiin lusa kemarin?"
"Eh?"
· · ─────── fin ─────── · ·
KAMU SEDANG MEMBACA
Raison D'etre
FanfictionBahkan jarak dan waktu terasa fana ketika aku memikirkanmu ──────── ⋆⋅☆⋅⋆ ──────── ━𝘾𝙍𝙀𝘿𝙄𝙏𝙎 • Blue lock © Yūsuke Nomura & Muneyuki Kaneshiro Stories and ocs © blue_loeuvre