Gadis itu menjatuhkan kepalanya pada meja begitu spontan, meringis pelan sebelum menghadap ke kanan guna mengelus sekilas kening yang sempat terasa nyeri sesaat. Kemudian mengetukkan jari sejenak, merasa bosan lantaran sudah setengah tahun terus disibukkan oleh buku dan pena. Menyebalkan, bahkan dia tidak ingat sama sekali apa yang terjadi selama setengah tahun ini; bagaimanapun kegiatan yang Rozana lakukan hanya bangun, mandi, belajar lewat video, mendapat tugas kemudian tidur, lalu besoknya disambut hal sama kembali. Monoton, ingin mencari penghibur baru tetapi menginjakkan kaki keluar rumah saja terasa enggan. Malas menggunakan masker, sesak katanya. Mending memerankan ulat dibalik selimut.
Netra sang gadis mengedar, sebelum menemukan layar ponsel yang menyala sendiri. Samar, penglihatan milik Rozana bisa menemukan notifikasi telpon. Entah gerangan berasal dari siapa. Mengerutkan alis sejenak, sebelum memutuskan untuk beranjak, kendati badan begitu lunglai lantaran malas terlanjur menggerogoti. Alisnya bertaut kembali sesaat setelah mendapati kontak bernama 'Bachira-san,' berhasil mengundang tanda tanya penuh dari gadis itu. Kemudian menggeser layar ke arah atas, mengarahkan pada icon telepon berwarna hijau. Tidak lupa sebelum memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut, Rozana mengambil earphone pada meja belajar. Sengaja, agar tidak terungkap jikalau diri sedang menggores pena pada buku.
"Oh, akhirnya diangkat!"
Astaga, mana sopan santunmu Bachira-san? Bahkan tidak memberi salam. Rozana hanya mengulas senyum, tidak berniat untuk membalas. Lelaki di seberang sana hanya terkekeh ketika mendapati balasan sebuah kesunyian.
"Bagaimana keadaanmu? Tidak terkena virusnya, 'kan?"
Rozana hanya menghela napas. "Mana mungkin."
"Hehe, jangan sampai ya. Soalnya, yang diperbolehkan untuk menempel padamu hanya aku."
Rozana mengernyitkan alis, segera menutup panggilan setelah Meguru mengatakan hal tersebut. Ia sungguh dibuat bingung dengan apa yang dikatakan sang pemuda, walaupun sebenarnya dia sadar maksud dari kalimat tersebut. Tidak begitu kasar, gadis itu melempar gawai miliknya tersebut pada kasur.
Sedangkan, di seberang sana seorang Meguru Bachira hanya terkekeh setelah iris miliknya mendapati kenyataan bahwa panggilan baru saja ditutup oleh sang pujaan hati.
· · ─────── fin ─────── · ·
KAMU SEDANG MEMBACA
Raison D'etre
FanfictionBahkan jarak dan waktu terasa fana ketika aku memikirkanmu ──────── ⋆⋅☆⋅⋆ ──────── ━𝘾𝙍𝙀𝘿𝙄𝙏𝙎 • Blue lock © Yūsuke Nomura & Muneyuki Kaneshiro Stories and ocs © blue_loeuvre