Waiting for You - KaraYume

56 5 0
                                    

Dunia selalu berganti era, entah itu 10 tahun lamanya atau bahkan 1000 tahun lamanya. Era akan terus berganti. Manusia dihadapkan kepada konsekuensi mereka sendiri di abad 21 ini. New Normal menjadi sebutannya. Pandemi demi pandemi diselenggarakan demi menghapus virus yang kini menduduki bumi.

Sudah dipisahkan jarak, dipisahkan oleh keadaan pula. Sering segala umpatan diucapkan Yume ketika berita corona berlalu-lalang. 

Terdengar tawa dari ponsel Yume. "Aw, Yumyum kangen banget ya, sama aku?" Tabito masih saja terkekeh, membuat Yume menekuk senyumnya.

"Kalau iya, kenapa, hm?" Anggap saja serangan balik, Yume tertawa kencang saat ia mendengar suara orang terjatuh. Seketika lupa dirinya akan amarah pada pandemi dunia itu. Percakapan dengan Tabito di sana seperti mendinginkan panas kepala yang ia rasa.

"Ih, gak adil banget. Aku juga kangen tahu, terutama nungguin kamu di kantin sekolahan." Jeda menggantung, Yume yang sedang menerawang langit-langit kamarnya, kini mengingat-ngingat kembali waktu yang ia habiskan di sekolah. Menyenangkan. Jadi rindu. 

"Yume-san, gimana kalau aku ke Tokyo?"

Pemilik surai biru navy tertawa, "Boleh!" Jika boleh berkata jujur, ia ingin menganggap candaan Tabito adalah sungguhan. Ia merindukan hangat si pemuda ketika ia memeluknya, juga rindu mencium tanda lahir di bawah mata birunya. 

"Oke, Yumyum, aku meluncurrr~"

Sambungan dimatikan begitu saja, Yume memandang sejenak layar hitam ponselnya. Dia tidak benar-benar datang 'kan…? Ia mencoba menghubungi Tabito, kurangnya koneksi internet pun membuat usahanya sia-sia.

Ding dong~

Huh?

"Yume, ada tamu untukmu!" Suara sang ibu menggelegar mampu membuat hatinya berdebar. Tunggu, Tabito sungguhan datang?

Segera si perempuan menuruni anak tangga, tanpa memperdulikan penampilannya. Pintu dibuka, memperlihatkan pemuda bermasker. "Hehe, aku beneran datang 'kan?"

Yume terdiam sejenak, "Lah, cepet banget … Kok? Hah??"

Tabito tertawa melihat ekspresi Yume, bagai kucing melihat ikan terbang, Yume tercengang. "Tadi sebenarnya aku udah perjalanan ke sini, surprise. Omong-omong aku sudah vaksin jadi bisa jalan-jalan, hehehe."

"Yume, kok lama banget. Ada si—oh! Nak ganteng, namamu … Kabito ya? Masuk, Nak." Ibu Yume tersenyum hangat. Tiada yang mampu menandingi senyuman calon mertua, itu kalau Tabito bisa mengutarakan isi hatinya.

Yume tertawa kencang, lantas segera mengoreksi sang ibunda, "Namanya Tabito, Maaaa." 

"Hehe, makasih, Tante."

Tabito hanya mampu tersipu malu, seraya mempersiapkan diri agar dapat diterima sebagai menantu. Meski ketat peraturan dunia demi melindungi, mereka masih bisa tersenyum, seakan tidak ada hal buruk yang akan terjadi. Dan menikmati waktu singkat tersebut semaksimal mungkin.

· · ─────── fin ─────── · ·

· · ─────── fin ─────── · ·

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raison D'etreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang