Aku Fara.
Faradila Aurin Ridhani.
Tak perlu kau hafalkan. Merepotkan pikiran yang tak berkesudahan.Aku putri kedua dari ayah Doni dan mama Ningrum. Umurku sudah 17 tahun bulan September besok. Udah 17 aja. Kayaknya baru kemaren main loncat tali.
Aku kelas 12 IPA 2.
"Anak IPA ya?pasti pinter"
Bukan,bukan begitu. Aku tak sepintar yang kalian kira. Nilaiku juga pas-pasan. Bukan hal buruk juga bagiku.
"Dek gimana sekolah?" Aku tertegun melihat Mama yang entah sejak kapan ada di rumah ini.
Kapan dia pulang?-batinku.
Sejak aku umur 6 tahun. Aku sudah dititipkan ke Bibi ku, Bi Atik. Beliau yang menjagaku.
Aku masih diam tak menjawab pertanyaan Mama.
"Dek, ini Mama nanya loh." ulangnya.
"Kayak biasanya." Jawabku malas, tanpa melihat. Kemudian aku berlalu meninggalkan mama sendiri di ruang tamu.
Tersinggung?
Sudah pasti. Aku tahu itu.
"Fara lagi capek aja mungkin mbak" ucap Bi Atik yang baru datang tapi tak sengaja melihat respon Fara tadi.
Masih bisa kudengar dari kejauhan .
"Iya mungkin tik."
"Mbak istirahat aja dulu. Pasti capek jauh-jauh dari Bogor ke Sumatera." suruh Bi Atik.
"Iya kali ya Tik, badan pegel semua." Ucap Mama setuju.
Kemudian hening.
Tak ada lagi kudengar suara Bi Atik dan Mama berbincang.
Sudah pergi- pikirku.
Aku memasuki kamarku. Melemparkan tasku dengan asal. Kemudian merebahkan badan ke lantai. Keringat, kasihan kasurku kalau aku berbaring di kasur.
"Klek" suara knop pintu dibuka.
Ternyata Bi Atik. Ia berjalan menghampiriku. Kemudian mendudukkan diri disebelahku. Memberikan toples berisi cemilan kepadaku.
Dengan santai aku menerima dan memakannya sambil melihat langit-langit kamarku.
"Mama jauh-jauh dari Bogor loh dek." Ucap Bi Atik.
"Iya, Adek tahu" jawabku singkat.
Sudah bisa kutebak. Pasti bibi akan menyuruhku bersikap manis pada Mama.
Bi Atik mencubit lenganku pelan.
"Ishh bibi ih" ampunku.
"Mama pasti kangen. Pengen ketemu sama kamu. Masa udah jauh-jauh cuma mau nengok kamu,kamu malah kayak gini" jelas bibi yang meyakinkan seakan semua akan baik-baik saja.
"Ajak ngobrol bunda ya?" Seperti tersihir. Aku menganggukkan kepalaku. Karena sebenarnya aku juga rindu pada Mama.
Bi Atik tersenyum padaku.
"Yaudah, bi Atik pergi dulu ya?"
"Iya"
Aku masih saja menikmati ciki, sudah lumayan lama sampai ciki tadi tersisa setengah. Perutku kenyang dan aku memutuskan untuk memejamkan mata sejenak.
-Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Teman?
Ficção AdolescenteUntuk apapun yang tentang kita. Aku tak menginginkan sesuatu yang lebih dari kamu. Sedikit saja untuk jadi seorang penting bagian dari kisahmu, pelengkap ceritamu. Aku mencintaimu, sungguh. Tapi mungkin aku bukan rumahmu. Happy reading guys...