Satu

97 5 92
                                    

Crush | Satu

Setelah kejadian itu, Nandi dengan yang lain mulai menjadi dekat. Apalagi sama Dana, kan Nandi sama Dana itu segolongan aja. Sama-sama sesad, tapi Sasa juga masuk kategori sesad. Namun Nandi masih belum kelihatan sesad juga

"Masa kita disuruh ngehias kelas sama ibunya sih, tapi kenapa cewenya aja coba yang kena suruh" ucap Sasa dengan suara yang tampak sekali kesalnya, "Terima nasib aja deh, sa" balas Dana yang saat itu sedang memasang-masang hiasan yang sudah mereka beli. Udah berapa kali Dana bilang ginian ke Sasa waktu kesel.

"Gak bisa nerima gua, anjir" Nandi lah yang berkata seperti itu, "Sabar nan" Ara menepuk-nepuk pundak Sasa dan Nandi.

Sasa dan Nandi itu sama aja, sama-sama mudah kesal. Tapi yang lebih mudah selesai kesalnya itu ya Sasa, soalnya dibujuk pake makanan juga selesai kesalnya.

Kalau Nandi mah lebih susah. Gak tau diapain buat selesai kesalnya. Diberi makanan malah nggak diterima. Namanya juga bukan manusia kucing kek Sasa, gak mempan dibujuk pake makanan.

"Mending selesain ngehiasnya deh" ucap Anggi yang lagi masang-masangin juga hiasan di dinding kaya Dana. Anggi adalah perempuan yang paling tua di kelas mereka.

(Lee Chaeyeon as Anggi Puspita)

Anggi sebelumnya izin gak sekolah, jadi gak datang ke sekolah dia. Dan hari ini dia baru datang, "Iya tuh" balas Dana juga.

Setelah itu semuanya pun diam, fokus membantu dan memasang hiasan tadi. Sampai Sasa mulai bicara, "Eh tau gak, cowo kelas sebelah ganteng-ganteng cuy" topik Sasa ya selalu tentang cowo, "Di kelas kita juga ada kali" Nandi juga tentu akan membalas perkataan Sasa.

"Lah siapa?" perasaan Sasa, laki-laki yang ada di kelas mereka tuh standar-standar. Cuma banyak yang tinggi, sama pintar sih, tapi ada sih yang Sasa sukai di kelas ini.

"Sean tuh, udah tinggi ganteng pula" reaksi Dana tentunya langsung ngerasa jijik, kan Dana itu udah lama banget temenan sama si Sean. Bisa dibilang sejak SD, tapi dia malah nggak ngerasa sama sekali Sean itu ganteng, "Lo suka Sean?" tanya Dana pada Nandi, "Gua gak suka ya, tapi cuma bilang aja dia ganteng. Gak nutup mata gua mah" walau Sean ganteng, Nandi tetap gak suka. Bukan karena apa-apa, cuma bukan tipe dia aja.

"Dih, bilang aja lo suka nan" ngedenger itu Nandi langsung geleng-geleng cepat, "Gak, gak" Nandi membentuk huruf X dengan tangannya, "Halah" Dana yang waktu itu lagi diatas meja, karena dia yang lagi masang-masang hiasan langsung dideketin Nandi. Hati-hati aja deh mejanya digoyang-goyang sama Nandi.

"Anjir, masih aja gak percaya lo"

"Iya-iya, percaya gua" Dana pun turun dari meja dengan perlahan, lalu mereka berdua menjadi berhadapan. Dana masih hanya bisa melihat mata Nandi, karena Nandi masih memakai masker.

Punggung tangan Dana sudah menempel di dahi Nandi, seperti sedang mengecek suhu tubuh Nandi lagi panas atau dingin, "Lo masih sakit ya? Jadi masih make masker" sebenarnya waktu dia tempelin punggung tangannya, dia gak ngerasain panas cuma masih hangat sih ya.

"Lihat, Dana lagi mode Babang Dana" ucap Sasa saat melihat itu, "Gua cewe, bego"

"Kasar amat neng"

Nandi yang digituin sih kaget, "Nandi kaget tuh, digituin sama lo" Ara juga ikutan bicara. Dana yang denger itu pun langsung merhatiin mata Nandi yang mungkin aja bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi pada Nandi. Beneran aja kalo Nandi lagi kaget, soalnya matanya agak melotot.

"Eh maaf bikin kaget" Dana sedikit memberi jarak antar mereka berdua, "Ah, iya gua masih sakit" Nandi tampak baru sadar dari kagetnya, dan terlambat membalas pertanyaan Dana tadi.

Crush [stop]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang