Tiga

55 4 14
                                    

Crush | Tiga

Setelah balik dari kantin, Sasa malah duduk di tempat Ara buat bicara sama si Dana. Padahal Dananya lagi sibuk, sibuk ngegambar apa yang ada di imajinasinya.

Karena Sasa duduk di kursinya Ara, maka Ara pun harus ngungsi ke tempat lain yang kosong. Gak bisa ke tempat Sasa, soalnya udah didudukin laki-laki.

"Sumpah, gabut" ucap Sasa sambil cemberut, "Ya lakuin sesuatu lah" saran Dana yang pada saat itu sedang menggambar di kertas selembar, "Lakuin apaan dong?" Dana berbalik badan lalu telunjuknya menunjuk ke arah Dimas, "Coba ajak bicara Dimas" sehabis mengatakan itu, Dana langsung kena tatapan tajamnya Sasa.

"Nggak mau ah" Sasa mager banget ngelihat Dimas, padahal mah pagi tadi fokus ngelihatin Dimas aja, "Bilang aja malu" Dana menatap kesal Sasa.

Saat hendak kembali menggambar, tak sengaja Dana melihat Nandi yang lagi diam aja. Natap meja, "Nan!" suara Dana yang keras menyadarkan Nandi, "Apa?"

"Sini" saat Nandi udah di dekatnya, Dana langsung mengambil bangku yang kosong buat didudukin Nandi, "Ajak bicara Sasa nih, dia lagi gabut" Nandi kirain apaan, ternyata cuma ginian tapi, "Anjir, lo kira gua ada topik?" Nandi itu gak punya topik sama sekali. Kalau ada Dana sih, dia bisa tiba-tiba memiliki topik pembicaraan.

Dana tidak menjawab perkataan Nandi, dia lebih memilih untuk melanjutkan kegiatannya.

Sasa waktu mendengar itu pun juga bingung sekaligus panik, soalnya dia sama aja gak punya topik. Canggung banget mereka berdua waktu ditinggal Dana menggambar. Saling senyum terus ngangguk-ngangguk kecil.

"H-hari ini cerah ya?" sumpah, Sasa emang gak bisa banget bicara sama Nandi kalau Dana gak ada. Sekarang Sasa butuh Dana. Sebaliknya, Nandi pun sama aja.

Dana itu sebuah penghubung yang dapat membuat keduanya serasa akrab.

Tak disangka-sangka, ternyata Dana udah berbalik badan lalu menatap dua orang yang sedang dalam suasana canggung itu, "Kaya lagi kencan aja lo berdua. Canggung banget" buku yang ada di meja Ara langsung kepake oleh Sasa untuk menepuk lengan Dana dengan itu, "Gara-gara lo juga sih"

"Salah lo juga!" tampaknya Dana mulai diamuk oleh dua orang perempuan, "Mulai ribut lagi mereka" Ara berucap kepada Vera. Vera hanya tersenyum mendengar itu sambil melihat Dana yang diamuk Sasa sama Nandi.

Pemandangan yang bagus sekali untuk dilihat mereka berdua kesekian kalinya.

"Udah woi, bisa-bisa besok gua gak sekolah gara-gara kalian yang mukulin gua, anjir" Sasa dan Nandi pun berhenti, "Gini dong. Lagian kenapa langsung mukulin gua sih? Pacar gua juga kenapa ikutan mukul?" ucap Dana sambil menatap Nandi, "Ya harus dong, sayang" balas Nandi sambil mengelus pipi Dana, "Anjir, seriusan pacaran nih lo berdua?" tanya Sasa sambil melihat Dana dan Nandi secara bergantian, "Becanda aja" keduanya bersamaan mengatakan itu.

"Dih, gua kira seriusan. Tapi hati-hati kalau kebanyakan becanda, nanti malah beneran kejadian loh" Sasa serius saat mengatakan itu, dia hanya takut kalau salah satu diantara Dana dan Nandi malah kebawa suka sama yang satunya.

"Gak bakal" kembali bersamaan mereka mengatakannya, "Bisa aja lah, gak ada yang gak bisa di dunia ini" memang benar perkataan Sasa, "Iya-iya, tapi mana mungkin juga gua suka sama Nandi. Masa lesbi?"

"Lagian Nandi keknya suka sama Da-" sebelum mengatakan itu dengan sepenuhnya, lengan Dana udah kena pukul Nandi, "Sumpah, gua baru sadar kalau Nandi suka kdrt. Putusin aja dan" padahal tadi memberi nasihat buat gak kebanyakan becanda tentang ginian, tapi dia sekarang malah becanda juga. Sasa sih ya.

Setelah beberapa saat, guru pun datang. Membuat ketiga orang itu kembali ke tempatnya masing-masing.

Crush [stop]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang