Tujuh

57 4 0
                                    

Nandira Putri

Crush | Tujuh

Sekolah

Pagi-pagi begini, semua perempuan kelas MIPA 2 udah ada di kelas berkumpul. Bersantai mereka, mumpung masih belum banyak yang datang.

Suara keras yang entah dari mana membuat Dana langsung mengambil ponselnya yang ditebak sebagai sumber suara tersebut. Benar saja, dan dia sedang ditelepon oleh guru fisikanya atau sebut saja Ibu Karlina.

"Anjir, gua ditelpon Ibu fisika" ucap Dana saat melihat layar ponselnya, "Lah, ngapain Ibu Karlina nelpon lo anjir" balas Sasa kepo, "Nggak tau, gua terima dulu telponnya. Kalian diem, kalau nggak gua sat set sot pake pisau" ancam Dana kepada Sasa dan Nandi, kalau yang lain kek Vera, Anggi atau Ara mah nggak perlu dia ancam. Nggak jahil soalnya.

Dana berjalan menjauh dari tempat teman-temannya berada untuk mengangkat teleponnya, "Nak Dana?" ucap Ibu Karlina saat Dana menjawab, "Kenapa bu?" karena tidak diperbolehkan berisiki, Sasa dan Nandi pun malah berusaha menguping pembicaraan Dana dengan Ibu Karlina.

"Kamu mau nggak nak, masuk olimpiade fisika?" Dana terdiam, entah karena terkejut atau apa, "Olimpiade fisika ya bu?" dijawab, "Iya nak, mau tidak nak? Kalau tidak mau tidak papa" Dana terdiam lagi, dia kembali teringat akan masa lalunya.

"Saya pikirin dulu ya bu, kalau udah mikir nanti Ibu saya telpon" ucap Dana sambil terkekeh sedikit.

"Baik nak, Ibu matikan ya" Dana membalasnya, "Iya bu" lalu telepon itu terputus. Saat telepon itu terputus, Dana langsung menghela nafasnya, "Kenapa lo?" tanya Nandi yang berada tepat di belakang Dana, "Ibu Karlina ngajak gua masuk olimpiade fisika, tapi gua MAGER" ucap Dana sambil berbalik badan dan berusaha melampiaskan rasa mager sekaligus kesalnya dengan cara menggoyang-goyangkan tubuh Nandi.

"ANJIR" teriak Sasa yang berada di samping Dana, "TERUS LO JAWAB APA???" kepo Sasa, bukannya ngebantu Nandi lepas dari cengkraman Dana, malah nanya, "Gua jawab, gua mikirin dulu mau atau nggak nya" Dana menampilkan wajah sedihnya dan tampak sedang berusaha mengeluarkan setetes air mata tapi sayang nggak berhasil.

"ANJIR, TERIMA AJA LAH CUY. LO PINTAR JUGA L-" Nandi menyela, "Itu pilihan Dana lah anjir, masa gara-gara dia pintar dia harus nerima" ucap Nandi sambil berusaha menjauh dari Dana, supaya nggak kejadian lagi kek tadi.

"Iya juga ya, maaf cuy. Kebawa senang, ada temen gua yang mau dimasukin ke olimpiade, mana olim fisika pula" Sasa bicara sambil menggaruk tengkuknya dan mengingat-ingat tingkah laku bodoh yang dilakukannya tadu, Dana hanya mengangguk-angguk paham akan perkataan Sasa.

Dana berjalan lesu ke arah tempat mereka berkumpul tadi, "Kenapa?" tanya Ara saat melihat Dana yang membaringkan kepalanya ke meja, "Ikut atau nggak ra?" kedua alis Ara naik, dia tidak tahu apa yang dimaksud atau dibicarakan Dana, "Apanya?"

"Olimpiade. Ibu Fisika ngajak gua ikut olim Fisika ra, kalau gitu gimana gua raaa. Ikut atau nggak" Dana mengatakan kalimatnya dengan nada ngadu, "Anjir kek nada ngadu" ucap Vera saat mendengar suara Dana.

"Ya terserah lo, kan lo yang bakal masuk olimnya bukan gua" tiba-tiba Dana batuk-batuk mendadak. Nada Ara agak-agak pedas cabe rawit waktu bilang itu, "Minum bang" Anggi memberikan botol minun miliknya ke Dana.

"Nggak dulu bang, bekas mulut lo" saat itu juga Dana kena geplak Nandi, "Sumpah nih anak gak ada adabnya" Sasa menggeleng-geleng kecewa juga saat mendengar itu.

"Tidak patut dicontoh Dana ini" Vera berucap sambil berdecak, Anggi cuma ketawa aja ngelihat kejadian itu. Dia sebenarnya nggak sama sekali tersinggung sama ucapan Dana.

Crush [stop]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang