Pseudo 셋.

182 22 2
                                    

우린 완전 달라.
we are totally different.

•••

Sabtu, 09.00 AM
Seoul, South Korea

Disinilah dirinya berada saat ini berhadapan langsung dengan kembaran yang paling dibencinya tidak lain bernama Kim Jennie. Dengan menampikkan sebuah senyum palsu pada wanita yang berada di depannya tersebut.

'Jika bukan karena harta Pria arogan itu maka tidak akan sudi aku melakukan hal merepotkan seperti ini, sangat menjengkelkan.'

"Bagaimana kabarmu?" tanya Sherin berbasa basi sembari menyeruput dengan anggun cangkir kopi hangat miliknya tersebut.

Jennie yang cukup terkejut atas pertanyaan kembarannya tersebut pun tersenyum kikuk dan membalasnya dengan terbata "Aku baik - baik saja, bagaimana denganmu dan ib— "

"Kami baik - baik saja." potong Sherin tidak ingin berbasa basi lebih lama lagi.

'Cih, menggelikan. Memanggil nama ibu saja tidak berani, dasar pengecut.' benak Sherin dengan seringaian kecil.

"A-ah kalau begitu syukurlah." balas Jennie dengan gugup dan memilih untuk meneguk kopi hangat telah tersedia di hadapannya saat ini secara perlahan.

Kemudian hening tidak ada percakapan yang terjadi di antara keduanya, hingga Jennie membuka suara kembali "Sherin-ah, aku ingin bertanya sesuatu."

Sherin pun hanya mengangguk sejenak menyudahi kegiatan memotong roti lapisnya tanpa melihat si lawan bicara.

"Apakah ibu tahu bahwa kita akan berganti peran nanti?" lanjut Jennie yang membuat Sherin menegakkan posisi duduknya dan menghadap kakak yang teramat dibencinya itu.

"Tentu." jawabnya secara singkat membuat Jennie semakin penasaran.

"Lalu apa respon dari— nya?" tanya Jennie kembali dengan perasaan cemas dan gelisah.

'Apa seharusnya aku tidak menanyakan hal seperti itu?' batin Jennie merutuki dirinya.

"Awalnya Ibu marah pada apa yang kulakukan. Akan tetapi—" tutur Sherin mulai beralibi. "Aku tidak tahu apa ini harus kukatakan padamu Jen."

Seketika Jennie pun menegang di tempat duduknya saat ini membuat kinerja otak dan pacuan jantungnya bekerja sangat cepat.

"Tidak apa Sherin-ah, lanjutkan saja." balas Jennie tersenyum getir dan berusaha untuk tetap tegar.

Tak lama dari itu Sherin pun menggenggam tangan kakaknya demi melancarkan rencana yang sudah dipersiapkan secara matang oleh dirinya serta ibunya, Jang Nara. "Maafkan aku kau harus terlibat dalam semua perjodohan konyol ini, Jen. Tetapi jika kau ingin berubah pikiran dan tidak ingin terlibat sama sekali dalam masalah ini maka bagaimanapun juga aku yang harus siap menghadapinya meskipun aku harus mengecewakan ibu untuk yang kedua kalinya."

Kalimat yang baru saja dicurahkan oleh adiknya tersebut membuat kerutan di dahi Jennie timbul. "Ada apa Sherin-ah?" tanya Jennie dengan perasaan cemas tidak karuan.

Bukannya menjawab, Sherin justru menggeleng dan mulai terisak yang terdengar sangat pilu di pendengaran Jennie sehingga hati yang penuh dengan empati itu pun mulai ikut tergerak.

PSEUDO || KIM TAEHYUNG AU (TAENNIE)Where stories live. Discover now