Tisa orang kalimantan barat yang gak pernah ke pasar tradisional. Dia merantau ke jawa buat cari suasana baru dari kota kelahirannya.
Hari ini tepatnya hari minggu dia ingin mencoba memasak sendiri. Biasanya dia akan beli atau minta diantar ketring. Rencananya dia akan membuat pecek lele saja yang goreng. Hari ini dia ditemani Bian orang jawa asli,dari zigot sampai udah umur 23thn ini dia hidup dipulau dengan 54% dari jumlah penduduk negara,Pulau Jawa.
Jadi tidak salah aku mengajaknya menemani ku ke pasar agar aku tidak terjebak oleh harga orang luar. Aku membawanya untuk menemani dan menjadi pajangan,bahwa ada orang jawa tulen disamping ku. Yang nantinya jadi translator juga.
Aku sudah membuat list bahan bahan yang ku butuhkan. Setelah berkeliling pasar membeli semua bumbu bumbu yang entah untuk apa,aku hanya mencari di internet. Keringat sudah membasahi kita berdua,karna dipasar ramai dan juga yang pasti tidak ada AC seperti di mini atau super market. Jadi tidak heran bila kita sudah seperti orang kerja rodi satu hari.
Tujuan kita yang terakhir adalah ke penjual ikan lele. Kenapa aku taruh bahan utama ini terakhir? Ya karna suka suka Tisa lah. Hihi
Kita sudah didepan penjual ikan lele,seorang ibu ibu yang didepannya sudah ada keranjang ikan lele yang masih bergerak gerak.
"Setunggal kilo pinten bu?"
(Satu kilo berapa bu?)" songo ewu wae. Wis dipotong sirah e"
(Sembilan ribu aja. Sudah dipotong kepalanya)"Setengah kilo aja bin"bisik ku padanya,hanya dijawab anggukan.
"Setengah kilo mawon bu"
(Setengah kilo aja bu)Setelah ikan ikan yang masih bergerak itu dipotong kepalanya,agak merinding juga aku melihatnya karna aku jarang ke pasar. Jadi tidak tahu proses potong kepala ikan akan membuat jantung ku memompa dengan cukup kencang.
"Gangsal ewu le"
(Lima ribu nak)Fyi,le itu kalo di jawa panggilan buat anak laki laki. Kalau ndok,itu buat anak perempuan.
Setelah kita sampai rumah. Aku berpikir keras"gangsal bukannya lima ribu ya?" Tanyanya dalam hati. Atau aku yang salah paham?. Entahlah lebih baik aku tanyakan langsung saja pada bian yang lagi nongkrong di ruang tamu rumah kos kita.
"Ian,gangsal itu lima kan?"tanya ku penasaran.
" iya,kenapa emang?"
"Berarti tadi kita beli ikan setengah kilo lima ribu dong. Tadikan ibunya bilang satu kilo 9.000 kenapa setengah jadi 5.000"
"Lah emang gitu"
"Tapikan gak bisa gitu"
"Gini ya Tisa, kalo dipasar itu kalo ada lima ratus dibulatin angkanya. Kan itu juga dipotong kepalanya jadi kayak bayar servis motong kepala ikan"
"Lahh kok gitu ibunya gak bilang. Tau gitukan gak usah dipotong biar aku gak rugi 500"
Bian menatapku heran. Cuma lima ratus lo ini dipermasalahkan. Gak habis pikir bian sama tisa. Kelakuannya lebib cina dari orang cina(julukan nya gitu) karna dia selalu gak mau rugi.
" udahlah cuma 500 doang. Kepalanya juga gak bisa disambung lagikan"nasehat bian ke temannya yang masih ngomel ngomel itu.
" ya tapikan-" belum sempat tisa menyelesaikan ucapannya bian sudah memotongnya.
" udah diem aja. Cepet sana masak. Bagi bagi ke aku juga yakk. Kan udah dibantu,hmm????" Dengan wajah tengilnya. Gak modall
Pada akhirnya aku juga memasak dan pecel lele ini kata bian enak. Suruh buat lagi katanya. Dia gak tau aku goreng sampe pake helm soalnya meletus meletus.