Still waiting

97 9 2
                                    

Di rumah Yelena tepat berada di ruang tamu, Yelena dan temannya sedang asyik duduk bersandar disofa. Berbincang bincang sambil menonton TV, mengemil dan minum yang sudah tersusun tertata rapih dimeja.

Semua sudah tersedia dimeja sedari tadi. Layar Tv menyala memutarkan film di depan pandangan mereka, sesekali melihat satu sama lain berbicara sambil bercerita. Bersenda gurau, suara gelak tawa dan canda terdengar jelas di ruangan.

Ditengah serunya pembicaraan, Yelena beralih topik. Membahas seseorang pria yang begitu sangat dia cintai. Sontak membuat temannya badmood dan malas, suasana seketika berubah menjadi hening.

"Len, mau sampai kapan lu begitu terus??." Yesa sang sahabat karibnya berbicara membuka suara, bertanya menatap malas Yelena.

"Udahlah, lupain aja si brengsek itu."

"Dia gak pantes buat lu," ucap Yesa menghadapkan badan Yelena ke arahnya. Memegang kedua bahu Yelena dengan kedua tangannya, raut wajah serius menatap Yelena agar mengerti maksud ucapan Yesa tersebut.

"Tapi gua yakin, pasti dia bakal balik ke gua kok." Yelena melepaskan kedua tangan Yesa dari bahunya, menggengam kedua tangan Yesa dan menaruh dipahanya. Berbicara dengan percaya dirinya menanggapi ucapan Yesa.

"Gak tahu kenapa, gua merasa Zidhan itu masih sayang sama gua." Yelena berbicara menatap Yesa sambil melamun memikirkan Zidhan.

"Halah, susah ngomong sama tembok mah percuma." Yesa menepuk jidat Yelena dengan sebelah tangan sambil mendorong pelan jidatnya ke belakang, membiarkan Yelena jatuh terbaring diujung sofa.

"Nye nye nye nye," ledek Yelena kembali duduk dengan tatapan mengejek memasang muka jelek dihadapan Yesa.

Begitulah kelakuan Yelena Karyl, ketika disuruh melupakan kekasihnya yang entah kemana itu. Padahal dia sudah tidak ada kabar dan entah kemana, tetap saja yelena keras kepala dengan pendiriannya.

6 bulan Zidhan Justine tak ada kabar hilang bagai ditelan bumi. Semenjak kelulusan Zidhan, jarang Yelena berkomunikasi dengannya. Bahkan Yelena sendiri tidak tahu sekarang dia tinggal dimana, tidak memberi tahu sama sekali dan hilang begitu saja.

Yelena begitu yakin Zidhan masih cinta dan sayang kepadanya, karena memang tidak ada pertengkaran dan konflik di antara mereka. Semua baik baik saja dan normal, aneh rasanya jika zidhan pergi begitu saja meninggalkan yelena.

******

3 jam telah berlalu,

Melihat sekilas jam dinding, jarum jam pendek yang mengarah ke angka 7. Tidak terasa begitu cepat hari berganti malam, menyadari itu Yesa akhirnya memutuskan untuk pamit pulang.

"Len, kayaknya gua harus pulang. Udah malem juga soalnya," pamit Yesa menyudahi topik pembicaraan. Bangun dari duduk dan langsung berdiri dari sofa, ikut bangun Yelena dan berdiri. Mengantar sampai depan rumah dengan berjalan disampingnya.

"Yakin gak mau nginep???," tanya Yelena saat sudah sampai di depan pintu berdiri di depan Yesa. Bertanya meyakinkan Yesa sambil melihat jam di tangannya, hanya anggukan tanpa berkata jawaban dari Yesa.

"Bye, gua pulang ya." Yesa pamit membalikkan badan berjalan menghampiri motornya, menaiki dan menjalankan kendaraannya dengan kecepetan normal.

"Bye, hati hati dijalan oke. Ajak yang lain juga kalau mau main lagi," seru Yelena teriak sambil melambaikan tangannya dengan sebelah tangan. Memperhatikan motor Yesa sampai hilang dari pandangannya.

Bersambung..........

Sepatu ( Boo♡)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang