Flashback

29 5 0
                                    

Terik silau matahari masuk melewati jendela Yelena, membuatnya terbangun membuka kedua matanya terbuka lebar. Bangun dari tidur menguap terduduk dipinggir kasur.

"Anjrit!!, udah jam setengah tujuh lewat. Mampus gua," ucap Yelena kaget melihat jam alarm di mejanya.

Berlari tergesa-gesa Yelena langsung pergi ke kamar mandi. Keras kepala dia kemarin membuat semuanya berantakan. Mulai dari telat pulang bahkan sampai telat berangkat sekolah. Kacau, berantakan dan tidak teratur. Hanya karena kalung tersebut.

Sebuah kalung merubah Yelena jadi kacau, hanya memikirkan bagaimana caranya supaya dapat menemukan kalung tersebut. Bukan seberapa harganya, tapi siapa yang memberinya.

****

*FLASHBACK*

Setahun yang lalu.....

"Tutup mata lo, jangan ngintip oke." Zidhan yang membawa Yelena pergi dari kelas ke rooftop, di jam istirahat. Meminta Yelena menutup matanya, berjalan menuntun Yelena pelan sambil menutup kedua mata dengan kedua tangannya.

"Ada apasih kak, jangan aneh aneh deh lu." Yelena kaget dan takut di bawa oleh zidhan, namun tidak bisa menolak. Tidak ada pemaksaan secara kasar, rasa tidak enak untuk menolaknya. Mau tidak mau Yelena mengikuti permintaan anehnya itu, membiarkan Zidhan membawanya pergi kesuatu tempat.

"Gua gak bakal macem macem kok," ujar Zidhan menenangkan Yelena agar rileks tidak tegang. Terus melanjutkan jalannya menuju rooftop.

"Iya kak iya," tutur Yelena pasrah dituntun Zidhan sambil menutup matanya dengan kedua tangan Zidhan. Langkah demi langkah, hati hati Zidhan membawa Yelena hingga akhirnya sampai di tempat tujuan.

"Sekarang buka mata lo," perintah Zidhan sambil mengeluarkan kalung dari sakunya. Berdiri di hadapan Yelena mengangkat kalung dengan sebelah tangannya, mensejajarkan kalungnya tepat didepan wajah Yelena.

"I-ini maksudnya apa ya kak," tanya Yelena bingung melihat kalung di depan matanya. Perasaan gugup saat bertanya membuat jantung Yelena semakin berdetak sangat kencang.

"Gua suka lo dari pas orientasi," ungkap Zidhan semakin mendekatkan dirinya ke Yelena. Menatap fokus mata Yelena sambil tersenyum.

"Ta- tapi kak, gua ma-," ucap Yelena terputus putus gelagapan saat bicara. Gugup berkata terbata bata sulit untuk berbicara. Saking nervousnya badanpun ikut gemetar, sergap Zidhan menaruh jari telunjuknya tepat dibibir Yelena. Menenangkannya agar lebih tenang tidak tegang, menatap Yelena semakin dalam dan mendekatkan wajahnya ke telinga Yelena.

"You're mine baby girl, right now." Zidhan berbisik pelan di telinga Yelena membuatnya merinding terdiam membeku seperti patung. Tanpa lama berpikir panjang, Zidhan langsung memasangkan kalung tersebut dileher Yelena dengan hati hati.

"Cantik dan sangat cocok," puji Zidhan melihat kalungnya menggantung di leher Yelena. Yelena masih diam dan tidak bergerak sama sekali bagaikan patung, tersadar karena Zidhan menatap Yelena begitu lama. Semakin gugup Yelena dibuatnya.

"Tapi kak, gua kan belum jawab." Yelena membuka suara memberanikan diri bicara, berusaha terlihat biasa saja dan baik baik saja. Padahal hatinya kini sudah berantakan dan sangat kacau, tidak bisa dideskripsikan dengan kata kata. Salting yang ditutupi oleh gengsi, membuat Yelena tenang dalam menganggapi hal tersebut.

Sepatu ( Boo♡)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang