Prejudice

20 3 0
                                    

Pukul 06.15 pagi.
Yelena dan Yesa sudah tiba di sekolah, sudah biasa bagi Yelena dan Yesa berangkat pagi. Yelena yang selalu berangkat pagi untuk mengerjakan PR, begitu juga dengan Yesa yang selalu berangkat pagi agar tidak telat karena jarak rumahnya sangat jauh dari sekolah.

Yelena mengerjakan PR dengan teliti dan fokus, berpikir keras membuat Yelena mengantuk tertidur duduk dimeja. Dengan kedua tangannya dimeja bersamaan menyadarkan wajahnya menghadap kesamping.

"Huufffttt," suara hembusan nafas seseorang yang sengaja ditiup ke wajah Yelena.

"Yesa, lu bisa diem gak." Yelena menegur kesal dan masih memejamkan matanya.

Cuuppp

Sebuah ciuman dari bibir mendarat ke pipi Yelena, sontak Yelena kaget bangun menegakkan lehernya dari meja. Mengoceh marah marah ke Yesa karena matanya masih tertutup rapat, berpikir Yesa yang mengusili menjahilinya.

Yelena berpikir sejenak, tidak masuk akal jika Yesa mencium pipinya. Apalagi mereka sesama perempuan dan masih normal. Penasaran Yelena membuka kedua matanya, belum sempat kedua matanya terbuka Yelena mendengar suara yang tidak asing baginya.

"Kenapa?," tanya Zidhan menatap Yelena lembut dengan posisi duduk di samping Yelena sambil menopang dagunya sebelah tangan. Membulatkan mata kaget Yelena seakan tidak percaya, Zidhan menaikkan sebelah alisnya semakin dalam menatapnya.

"Gua kangen sama lu kak," ungkap Yelena dengan mata berkaca-kaca. Zidhan hanya tersenyum tipis sambil memandang Yelena tanpa berkedip.

"Jangan tinggalin gua," ujar Yelena tidak sengaja meneteskan air mata. Zidhan masih diam sambil menghapus air mata Yelena dengan kedua tangannya.

"Maaf," kata yang keluar dari mulut Zidhan bersamaan memeluk erat tubuh Yelena .

"WOI BANGUN!!!," teriak Yesa di kuping Yelena yang sedang tertidur pulas di kelas.

"Sakit anjrit, kuping gua lama lama budeg." Yelena kaget terbangun dari tidur karena teriakan Yesa, menutup kedua kupingnya kembali tiduran menyadarkan kepalanya di meja.

"Masih pagi udah ngantuk aja lu, PR kerjain sana. Nanti dihukum baru tahu rasa lu," lontar Yesa marah marah menegakkan kepala Yelena kembali agar tidak tidur lagi.

"Aelah, ganggu aja lu. Nih lihat nih udah selesai," gerutu Yelena memasang wajah masamnya sambil menunjukkan buku catatannya ke Yesa.

Tersadar dari mimpi, membuat Yelena jadi melamun membayangkan Zidhan. Muka masamnya kini berubah menjadi senyuman yang lebar. Yesa hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan temannya satu ini.

Membayangkan Zidhan menatap lembut seperti tadi dan mencium pipinya. Memang sedari dulu, Zidhan selalu mencium pipi dan menatap lembut Yelena seperti itu. Kebiasaan tersebut yang membuat Yelena tidak bisa melupakannya begitu saja.

*FLASHBACK*

Setahun yang lalu

"Prend, kalau Zidhan masuk bilang aja gua tidur ya." Yelena melihat Zidhan berjalan ke arah kelasnya, buru buru Yelena duduk ditempatnya berpura pura tidur. Yesa mengangguk paham apa maksud Yelena, begitu juga dengan kedua temannya.

"Oke," jawab Jenjen

"Sip," kata Adel.

Sepatu ( Boo♡)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang