04-Lagi

73 18 11
                                    

Reza, cowok tinggi itu lagi tepar di kasur kingsize nya. Karena jadwal nya hari ini padat banget, jadi dia gak ada waktu buat istirahat, tepat pas dia mau ngejar Andy di perpus itu. Satu panggilan yang nyuruh buat anak anak basket kumpul di lapangan, dia langsung pergi dan baru pulang jam 9 malem gini.

C'klek

Baru aja dia mejamin matanya, suara pintu dibuka itu buat dia noleh, dan mendapati ibu nya yang tengah menatapnya datar di ambang pintu.

"Mandi terus makan, ibu mau bicara sama kamu" ucapnya kemudian menutup kembali pintu kamar Reza

Kedua alis Reza bertaut, tumben pikirnya.

Namun tak ingin berfikir panjang, pemuda kelahiran September itu langsung beranjak dari tempat tidur nya, mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu dan melenggang pergi ke kamar mandi di kamar nya.

.

15 menit berlalu, Reza sudah berada di meja makan sendirian, ibu nya sudah makan 2 jam yang lalu dan sekarang beliau tengah duduk membaca di sofa ruang tamu.

Reza tidak tahu buku apa yang tengah di baca oleh sang ibu, ia tak menghiraukan nya dan berlalu pergi ke dapur.

Setelah selesai, sesuai dengan perkataan ibu nya. Reza langsung berjalan menemui ibu nya di ruang tamu, duduk di kursi sebelah kanan tepat sang ibu duduk

Sesaat Reza telonjak kaget melihat buku yang di pegang ibu nya, itu buku cetak matematika milik nya.

'Sh*t, here we go again'

Manik Laras, ibu Reza beralih menatap sang buah hati dan meletakkan buku itu di atas meja.

"Mas Angga liat? Nilai matematika mas turun loh." Laras menatap teduh Reza yang bergeming di depannya.

"Ini pasti karna basket basket itu kan?"

"Mas pulang malam gini juga karena Ekskul basket kan mas?"

Reza menunduk, tak berani menatap ibu nya sekarang

"Mas, kalo ada orang ngomong itu di tatap matanya"

Menghela nafas panjang, Reza mengangkat wajahnya dan menatap ibu nya.

Laras, wanita berumur itu perlahan mengambil tangan anaknya dan mengelus nya perlahan.

"Ibu kan bilang, mas keluar aja dari Ekskul basket itu, gak guna mas. Emang nya mas bisa dapet apa nanti di masa depan kalo kerjaannya cuma lempar lempar bola?"

Reza termenung sejenak, ia tak suka, jika ibu nya seperti ini. Ia tak suka, sungguh.

"Tapi bu, mas suka sama basket bu. Basket udah jadi healing buat mas, posisi mas sebagai kapten basket juga udah susah payah mas raih." ucap nya memberanikan diri.

Laras menatap nya teduh "Mas, mas ga mau nurut sama ibu? Ibu kaya gini demi kebaikan mas. Mas tolong ngerti, tolong kerjasama nya mas"

"Ibu pengen, kamu jadi ahli Matematika. Biar nanti kalo ibu udah gaada, kepergian ibu gak sia sia mas. Ibu tenang kalo mas jadi apa yang ibu mau. Turutin keinginan ibu mas, ini bakal jadi keinginan terakhir ibu. Ibu gak minta yang lain"

Reza bimbang. Akankah ia harus mengalah, lagi?

.

C'klek

Reza menutup pintu kamarnya, ia sekarang beralih merebahkan tubuhnya di kasur king size milik nya.

Semua percakapan ibu dengannya sungguh sangat menguras tenaga dan fikiran nya.

Tapi mau bagaimana lagi, Reza lebih memilih menyalakan handphone nya daripada memikirkan ibu nya lagi.

Ia mengernyit, untuk kesekian kali nya.

Kenapa? Handphone nya bersandi lagi. Dan lockscreen nya? Lai Guanlin?!



.

.

.

Love and Norma

.

.

.



"Kenapa wajah mu murung?"

"Jana kau dengar?"

"Jana"

"Jana dengarkan ay-

Blamm!!

Andy menghela nafas kasar setelah menbanting pintu kamarnya. Ia sedikit bersyukur, kamarnya kedap suara. Ia jadi tidak bisa mendengar suara suara ayah nya yang sangat mengganggu nya itu.

Dengan cepat, Andy membaringkan tubuh nya pada ranjang bermotif kotak kotak milik nya.

Mengambil handphone nya yang ada di dalam saku celana sekolah nya.

Ia membuka benda pipih itu, setelah nya ia mengerutkan dahi melihat handphone nya ber wallpaper Jisung NCT. Dan tak bersandi.

Perlahan senyum tipis terukir di wajah nya.

Ia menyalakan data seluler pada handphone itu, dan membuka aplikasi Chatting yang ada pada baris pertama.

Terdengar banyak notif yang keluar dari handphone itu, membuatnya mengangkat alis

Namun sebagian besar notif itu dari nomor tak dikenal alias togel di baris paling atas, ia memencet icon nomor itu.

'Oh, Yeji'

Ia beralih ke nomor lain nya, banyak nomor togel yang merupakan fans dari pemilik handphone, dan itu membuatnya risih, ia perlahan mengarsipkan satu persatu nomer itu.

Dan ia memencet ikon yang berada di ujung bawah kanan layar handphone, mengetikkan beberapa angka dan mensave nya.

Setelah nya ia tersenyum puas.

.

.

.

Tbc

Love and Norma | GuanSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang