[30 day's with ; Jay]
"Ca, kamu tidak apa-apa? Kaki kamu sakit?"
Jay kini menggendong Caca agar dapat keluar dari terowongan tersebut. Ia jalan perlahan melewati lorong-lorong yang cukup gelap.
Ketika musuh terlihat, Jay menaruh Caca untuk duduk di tanah, lalu ia melawan musuhnya dengan tangan kosong.
Setelah satu persatu musuh dilumpuhkan, Jay melanjutkan perjalanannya. Kemudian, ia menuju tempat rahasia yang hanya diketahui oleh para agen rahasia, yaitu rumah sakit di sebuah gedung tua.
Di rumah sakit rahasia tersebut, Jay meminta tolong dokter pertahanan nasional untuk memeriksa kondisi Caca yang masih pingsan.
"Tolong periksa dia, dokter Anna."
Dokter tersebut bingung. "Dia siapa?"
"Dia tugas saya." Dokter tersebut masih bingung dengan balasan Jay. "Maksudnya saya ditugaskan secara rahasia untuk menjaga dia." sambung Jay.
Dokter tersebut mengangguk, lalu sebuah senter kecil menyinari mata Caca, pupil matanya pun terlihat mengecil.
"Bagaimana kondisinya?" tanya Jay.
Dokter Anna memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jas putihnya. "Tidak apa-apa, dia hanya pingsan karena syok. Beberapa menit lagi pasti sadar."
Jay menghela nafas setelah mendengar jawabannya, ia merasa lega.
Setelah itu, Jay menitipkan Caca ke dokter Anna dan kembali ke luar untuk membeli beberapa makanan hangat.
Saat di perjalanan, Jay tak sengaja melihat sebuah banner putih dengan tinta merah bertuliskan '1st March, here!' di dekat sekolahnya, lalu ia melihat sebuah kardus kosong yang diletakkan tepat di bawah banner tersebut.
Jay hanya sebatas tersenyum melihatnya, semoga pada tanggal tersebut Caca dapat bersenang-senang. Sebab pada tanggal tersebut kabarnya festival sekolah akan diselenggarakan.
Lalu setelah beberapa menit, Jay tiba di tempat tujuannya, yaitu toko yang menjual roti kukus. Di sana ia memesan beberapa roti sebagai makan malam untuk dirinya, Caca dan juga dokter Anna.
Setelah kembali ke rumah sakit rahasia, Jay melihat Caca yang sudah terbangun sambil mengobrol dengan dokter Anna.
"Caca, kamu merasa pusing?" tanya Jay.
Caca menggeleng. "Ngga."
Jay tersenyum. "Nih, makan dulu. Saya tidak tau rasa kesukaan kamu apa. Jadi saya beli macam-macam roti, ada rasa cokelat, keju, selai kacang, selai srikaya, selai stroberi, cream vanilla dan cream susu."
Caca speechless, kalau dijumlahkan semuanya ada tujuh roti, siapa yang mau menghabiskan?
"Kok diam? Silakan dipilih, Ca."
"Oke, oke, gue mau srikaya."
Jay memberikan roti kukusnya ke Caca. "Ini, Ca. Jangan sampai ada yang tersisa."
Caca menerima rotinya, lalu ia memakannya sambil melihat ke arah Jay. Kalau dipikir-pikir Jay lebih cocok menjadi ayahnya ketimbang agen rahasia.
____
Jay dan Caca kini sudah berada di rumah. Mereka melakukan kegiatannya masing-masing lalu dilanjutkan dengan istirahat.
Caca tidur di kamarnya, sementara Jay harus tidur di ruang tamu untuk berjaga di malam hari. Ia khawatir akan ada anggota gangter yang datang.
Malam semakin larut, Caca tiba-tiba keluar dari kamarnya dan duduk di sofa sebelah tempat Jay.
Jay sadar kalau Caca berada di sebelahnya. "Caca, kamu tidak tidur?"
Caca menyenderkan tubuhnya ke sofa. "Gue ngga bisa tidur, gue takut."
Jay memberikan selimut ke Caca. "pakai ini, di sini dingin."
"Ngomong-ngomong Jay, Lo berkenan ngga nemenin gue ngobrol sampe tidur?" tanya Caca sembari menerima selimutnya.
Jay mengangkat salah satu alisnya sambil melihat Caca. "Kamu harus tidur Caca, ini sudah malam."
"Tapi gue ngga bisa tidur."
"Oke, oke, kamu ingin mengobrol tentang apa?"
Caca memulai obrolannya. "Menurut lo ayah gue orangnya kayak gimana?"
"Ayah kamu itu, orang paling baik yang pernah aku temui."
"Tapi, Gue kurang setuju sama pendapat lo."
"Memangnya kenapa? Ayah kamu memang orang baik kan?"
"Dia emang baik, tapi selama ini, ayah lebih mementingkan pekerjaan daripada keluarganya. Jadi gue kurang sependapat sama lo."
"Apa yang telah terjadi selama ayah kamu lebih mementingkan pekerjaannya?"
"Perceraian, ayah gue resmi cerai dari mama gue. Makanya kadang gue ngerasa ayah gue egois."
Jay menelan ludah. "Maaf, saya tidak tau kalau hal tersebut bisa terjadi di keluarga kamu."
"Gapapa." Caca melihat ke arah Jay. "Oh iya, agen rahasia pasti waktu tidurnya sedikit, apalagi kalau lagi bertugas. Terus cara mereka tidur di waktu mendesak gimana? Siapa tau gue bisa tidur kalau tau tipsnya."
Jay mengangguk sambil tersenyum kecil. "Saya akan beri tau, nanti kamu praktikan, oke?"
"Okee."
"Pertama-tama yang perlu dilakukan adalah mencari posisi nyaman."
Caca membenarkan posisi duduknya sambil bersandar di sofa.
"Kedua, pejamkan mata sambil membayangkan kamu berada di tempat yang indah dan tenang."
Caca memejamkan matanya sambil membayangkan dirinya berada di sebuah atas perahu yang sedang berlayar di danau.
"Dan terakhir, bayangkan terdapat seseorang yang paling berharga dalam hidup kamu berada tepat di sebelah kamu."
Jujur Caca tidak tau ingin membayangkan siapa, tapi Caca justru membayangkan Jay di dalam imajinasinya.
Caca semakin merasa rileks dan semakin lama ia tertidur pulas.
Jay yang melihat Caca yang terlelap langsung menghampirinya. Kemudian Jay menyelimuti tubuh Caca dengan selimut yang dipegangnya.
[To be continued]
Note :
Anw maaf banget yaa
aku janji up udah lama banget
tapi ternyata kemarin ada beberapa
masalah pribadi yang ga bisa
aku kasi tau, maaf banget
ya semuanyaa 😭Dan buat tips tidur yang dikasih tau Jay ke Caca itu beneran tips yang dipakai tentara/agen rahasia pas perang/bertugas gengs, boleh dicoba tuh siapa tau insomnia kalian hilang👍
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days with Jay
FanfictionAwalnya nangkap penjahat, ujung-ujungnya nitipin anak ke agen rahasia cover by pinterest.