Alluna Melody memperhatikan angka lift yang akan membawanya menuju lantai tiga Rumah Sakit Wijaya-- tempat kakak iparnya bekerja. Alluna menyeruput iced americano yang tadi ia beli di coffeshop selama perjalanan menuju ke rumah sakit.
Alluna merasakan getaran dalam tasnya. Alluna mengeluarkan benda pipih dengan logo apel digigit tersebut kemudian mendengus pelan ketika melihat nama si pemanggil.
“Iyah Abang, ini Luna lagi jemput Kak Fatya. Sekarang Luna lagi di lift.” Ucap Alluna tanpa salam pembuka dan suara jengkelnya tak dapat ditutupi sama sekali. Beruntung tidak ada orang di dalam lift sehingga Alluna tidak perlu menjaga imagenya.
Cuaca diluar sedang panas-panasnya. Demi kakak iparnya yang sedang mengandung dan menginginkan ayam taliwang buatan ibunya, Alluna rela menjemput kakak iparnya itu untuk makan siang bersama ibu kandungnya yang merupakan mertua Aidan Rajendra--Abangnya Alluna yang kini sedang berada di spanyol.
Ketika pintu lift terbuka, Alluna buru-buru mematikan panggilannya secara sepihak dan langsung memasukkan ponselnya kedalam tas sembari melangkah keluar hingga..
Bugh
Alluna memekik ketika tubuhnya oleng dan jatuh mengenai lantai. Alluna meringis pelan
"Kamu gapapa?" Ucap suara berat dihadapannya yang kini mengulurkan tangannya.
Alluna mendongak untuk melihat sosok yang dia tabrak. Alluna langsung membelalakan matanya ketika melihat seorang pria dengan jas dokter yang kini sudah penuh dengan noda coklat akibat iced americano milik Alluna yang tumpah mengenai jas dokter tersebut.
"Kamu gapapa?" Pria itu masih setia mengulurkan tangannya untuk membantu Alluna berdiri.
Alluna meraih tangan pria tersebut kemudian meringis pelan melihat ponsel dokter tersebut yang tergeletak mengenaskan diatas lantai dengan layarnya yang sedikit retak.
“Aduh, dokter. Maaf saya enggak sengaja.” Alluna bersuara panik diiringi gerakan tangannya yang mengeluarkan tisu basah dari dalam tasnya dengan terburu-buru.
Alluna berniat membersihkan jas dokter dihadapannya. Tangan Alluna sudah hampir mengenai jas dokter tersebut namun Alluna langsung terkesiap ketika dokter itu menyentuh lengannya dan mengambil alih tisu basah dari tangan Alluna.
"Terimakasih." Ucap Dokter tersebut dengan senyum yang sangat manis.
Wajah dokter tersebut sangat tampan, kulitnya putih bersih seperti hasil perawatan salon kecantikan, hidungnya mancung dengan garis rahang tegas. Alluna sampai terkesima oleh senyumnya.
Alluna buru-buru menyadarkan dirinya. “Maaf dok, saya benar-benar enggak sengaja. Saya bakal cuci jas dokter sampai bersih, saya—”
Bunyi ponsel pria tersebut yang masih tergeletak diatas lantai berhasil menghentikkan ucapan Alluna. Pria itu langsung mengambil ponselnya namun Alluna masih sempat melihat nama si pemanggil yaitu UGD.
Alluna seketika terdiam apalagi melihat pria dihadapannya yang mematikan panggilan kemudian memasukkan ponselnya kedalam saku jas dokternya.
"Enggak masal--"
Alluna sudah bersiap jika pria dihadapannya ini akan mengomel atas kecerobohannya, namun ponsel pria itu kembali berdering. Pria itu kembali mengeluarkan ponselnya, Alluna juga sempat melihat nama si pemanggil yakni UGD lagi. Pria itu mengangkat panggilannya.
"Lima menit lagi saya kesana." Setelahnya pria itu mematikan panggilannya.
Seketika Alluna merasa bersalah karena menahan dokter tersebut lebih lama. Sebelum masuk lift dilantai 1, Alluna sempat menyaksikkan bangsal UGD yang cukup penuh. Dokter dihadapannya pasti sedang terburu-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Crush
RomanceAlluna Melody merupakan seorang psikolog yang tahun ini usianya memasuki 27 tahun. Usia dimana pertanyaan 'kapan nikah' semakin sering dia dengar. Alluna bahkan sering kali menghindar ketika bertemu keluarga besarnya. Sang ibu yang khawatir anakny...