bagian 2

144 4 0
                                    

"selama tiga tahun kita bersama kenapa kamu baru cerita sekarang, kenapa aku baru tahu jika selama ini kamu sakit" sungguh kecewa yang kurasa saat ini melihat perubahan ferry dengan kondisinya yang terbaring lemah dirumah sakit dan merasakan kesakitannya tanpa mau berbagi dengannya.

aku membasuh wajahnya dengan air hangat, tergurat senyuman lemah tersungging dari sudut bibirnya yang menampak seperti kelelahan. "sayang.. kamu gak bosen ya, disini aja cepat sehat semangat jangan menyerah sama penyakit nanti yang nemenin aku siapa" ferry mengganguk dan memposisikan untuk duduk dan aku membetulkan posisi bantal dan menyelipkan kebelakang punggungnya agar nyaman.

"aku selalu bersemangat nath, selama kamu disisi ku dan aku kan selalu berjuang untuk kamu" saat itu air mata ini tak mampu lagi menahan semua kesedihan yang ku rasakan, penolakan dari keluarga ku membuat ferry berkerja lebih keras tanpa memperdulikan kondisinya, dia ingin membuktikan kepada keluargaku jika ia layak berada selalu disampingku.

"kenapa menangis nath" aku menatap ferry dengan gamang perkataannya tanpa beban, membuat hatiku merasakan kepedihan yang amat sangat mengiris hatiku."ferry.. maafin semuanya ya, dan jangan berbicara seperti itu lagi, aku sama kamu selamanya aku yakin pasti mereka akan luluh, jangan berfikir soal ini lagi cepat sembuh ya".

***

"Ma tolong aku dan ferry saling mencintai, jangan karena ferry sudah tidak mempunyai siapa - siapa lagi dan itu membuat ferry gak pantas sama aku". mama hanya terduduk diam dengan mengeraskan hatinya jika memang ferry tidak pantas untuk putri semata wayangnya.

"Mama lakukan ini untuk kamu nath, mama ingin masa depanmu terjamin. tidak kekurangan! apa mama salah menginginkan hal terbaik untuk putrinya.!" aku terdiam meninggalkan mama diruang keluarga meratapi cintaku yang tak kunjung berjalan dengan baik.

Pelabuhan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang