HIS GRATEFUL LIFE

416 34 24
                                    

Words Count: 19.277
Genre: Drama, Hurt
Rating: Mature
Tags! Manipulation “Revenge Porn”, Gaslighting, Slandering, Betrayal of Friends
Commission by: Minminchild


Bagi Park Jimin, sempurna itu sederhana. Cukup dengan Min Yoongi dan dua sahabat paling jahil dan heboh sedunia, Park Jimin merasa menjadi orang paling bahagia di muka bumi. Terpisah jauh dari orang tua sejak sekolah menengah atas membuat Jimin yang harus hidup seorang diri di perantauan, belajar bagaimana cara untuk hanya menggantungkan segala sesuatu pada dirinya sendiri. Ia pasrah saja jika selama di perantauan hidupnya akan sulit dan menyedihkan seperti apa yang sering kali terjadi dalam serial drama yang ia tonton tetapi, keberuntungan mendatangi dirinya seolah Jimin adalah magnet bagi segala jenis keberuntungan. Mulai dari kemudahan dalam mencari tempat tinggal, pekerjaan sampingan, bahkan sampai urusan teman sepergaulan.

Jimin itu tipikal orang yang ceria dan berisik. Ya, tetapi hanya saat ia berada di sekitar orang-orang terdekatnya. Itulah sebabnya, Jimin selalu kesulitan untuk mencari teman dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Jimin sama sekali tidak menyangka seorang teman akan datang dan menghampiri dirinya lebih dahulu, bahkan selalu menggandeng Jimin ke mana pun dia ingin pergi. Yang mana, Park Jimin merasa sangat beruntung karena Daegu bukanlah tempat Jimin berasal.

Taehyung namanya. Lelaki bersurai hitam sedikit ikal yang terlihat sangat menawan. Fisiknya yang tinggi semampai juga kepribadiannya yang berani, ramah dan mudah bergaul menambah poin plus bagi lelaki bermarga Kim itu. Taehyung adalah orang pertama yang Jimin berikan senyuman di Daegu saat tanpa sengaja mereka saling bertukar pandang di depan gerbang sekolah, dan Jimin tidak pernah tahu jika pertemuan pertama mereka pada masa orientasi saat itu akan menjadi kisah yang berkepanjangan.

Jimin merasa beruntung sekaligus iri pada kemampuan Taehyung dalam bersosialisasi. Di satu sisi, ia merasa lega karena Taehyung sering kali menjadi sosok pembicara bagi keduanya dalam segala situasi, tetapi di sisi lain, Jimin juga merasa iri karena dirinya tidak dapat menggunakan bibirnya semudah itu. Mungkin, karena Jimin terlihat seperti sebuah buku yang lembarannya terbuka, Kim Taehyung bisa menyadari hal itu dengan mudah.

Taehyung tidak pernah mengatakan hal itu dengan gamblang, though. Lelaki Kim itu hanya akan melemparkan kesempatan agar Jimin bisa melakukan percakapan dengan orang lain bahkan tanpa Jimin sadari, Kim Taehyung melakukannya dengan mulus. Dan hal yang membuatnya merasa nyaman dengan Taehyung, lelaki itu tidak pernah membuat dirinya merasa kecil saat mereka sedang bersama. Taehyung dengan mudah membuat Jimin merasa bahwa mereka “setara” dalam hal bersosialisasi. Upaya Taehyung mengajari Jimin cara untuk membuka dan menghidupkan percakapan nyatanya memang bekerja dengan baik, karena beberapa bulan dirinya mengenal dan mempelajari sosok Taehyung, akhirnya Park Jimin menjadi cukup berani untuk dapat memulai percakapan dengan orang lain.

Berawal dari rasa penasarannya pada sosok pemuda berkacamata bundar yang sering kali tertangkap basah tengah memperhatikan dirinya dan Taehyung dalam setiap kesempatan yang ada, Park Jimin memberanikan dirinya untuk menghampiri lelaki yang tengah duduk pada salah satu anak tangga di sela kelas olahraga mereka. Mengulurkan tangannya dan memberikan sebuah senyuman untuk pemuda yang akhirnya Jimin kenali sebagai Jeon Jungkook. Membuka percakapan dengan hal sederhana seperti, “bukankah lapangan sepak bola sekolah kita ini terlalu luas? Bahkan sebuah pesta pernikahan bisa diadakan di sini”, perbincangan itu berlanjut pada banyak hal sampai akhirnya ia menemukan bahwa Jungkook berasal dari tempat yang sama dengan dirinya, Busan, membuat keduanya dapat menemukan banyak kecocokan.

Lagi, keberuntungan. Akhirnya Jimin mengetahui alasan mengapa lelaki Jeon itu sering kali memperhatikan dirinya di sekolah saat Taehyung yang baru selesai mencetak sebuah gol berlari ke tepi lapangan dengan wajah dan leher yang memerah dan dipenuhi peluh. Sambil berusaha mengatur napas dengan berdiri tegak dan tangan yang berkacak di pinggang, Kim Taehyung mendongak pada mereka yang masih duduk di atas anak tangga. Taehyung berkata, “Jimin! Giliranmu untuk bermain. Kau juga harus mencetak satu gol untuk dapat menyelesaikan kelas olahraga hari ini.”

COMMISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang