Words Count: 5.609
Genre: Established Relationships, Hurt/Comfort
Rating: 19+
WARNING! Mpreg, Drunk Sex, Sex without Consent, NSFW, Vomiting, Cheating.
Commission by: Garnis Raka
"Time."
Kepala itu menoleh ketika suara lelah itu memanggil namanya, namun ia hanya menarik satu sudut bibirnya, mengusak puncak kepala itu dan kembali melanjutkan langkah kakinya. Mengabaikan pemuda berkacamata bundar yang tengah berdiri khawatir tak jauh dari muka pintu rumah.
Klik
Suara pengait helm itu terdengar apik di tengah keheningan malam.
Menaiki motornya, lelaki berparas tampan itu mulai menyalakan mesin motornya. "Jangan menungguku, Tay. Aku akan pulang saat balapan ini selesai."
Tanpa menunggu jawaban dari lelaki lainnya, ia melajukan motornya secepat kilat. Meninggalkan lelaki itu sendirian, lagi.
"Aku harap aku bisa mati karena hal ini," ujarnya frustrasi, berbalik menuju ke arah kamarnya. Mengabaikan panggilan dari salah satu asisten rumah tangganya yang terus menatapnya khawatir.
+++
Kacamata itu terlempar tanpa arah ketika pemuda berparas tampan dengan raut wajah manis itu memasuki kamarnya. Ia berjalan mondar-mandir dengan kedua tangan yang tak berhenti menjambak rambutnya. Amarah, cemas, juga rasa kecewa lagi-lagi melingkupi dirinya.
Ia hanya ingin perhatian kecil dari lelaki yang selama tiga tahun terakhir telah menjadi tunangannya. Apa itu terlalu sulit untuk dilakukan?
Mengenal sosok kekasihnya sejak tujuh tahun yang lalu, dia tidak pernah sekalipun menuntut hal yang tak bisa Time berikan pada dirinya. Bahkan cinta dan kasih sayang yang sepenuhnya.
Tay hanya menginginkan waktu Time di hari ulang tahunnya, apakah hal itu juga masih terlalu sulit dilakukan setelah Time menggadaikan seluruh kesetiaan untuk hati yang lain?
Tay mengetahui semuanya. Setiap hal dan permainan yang Time coba tutup rapat darinya.
Ia mengetahui semuanya sejak tahun pertama mereka menjalin hubungan.
Menjadi penerus dari salah satu keluarga kaya raya dan terpandang di negeri gajah putih, membuat Tay terikat pada berbagai macam tuntutan di dunia mereka. Termasuk tentang pasangan.
Sejak kecil, Tay tidak pernah memiliki kesempatan untuk memilih apa yang ia inginkan dalam hidupnya. Ia dididik untuk menerima semua yang diberikan dan ditunjuk oleh para tetua di dalam keluarganya. Orang tua tahu yang terbaik. Tay telah belajar untuk memendam emosi yang sebenarnya ia rasakan atas segala sesuatu sejak ia masih sangat muda, ia hanya tidak bisa menyakiti hati kedua orang tuanya meskipun terkadang dirinya ingin bersikap egois. Sampai akhirnya, di ulang tahunnya yang kedelapan belas, Tay menemui saat di mana ia harus merelakan hatinya karena sebuah perjodohan.
Ia sudah menduga semuanya sejak awal orang tuanya sama sekali tidak merayakan pesta ulang tahun--seperti yang biasa mereka lakukan untuk Tay di setiap tahunnya--dan lebih memilih untuk melakukan makan malam keluarga bersama kolega yang sudah lama tidak mereka temui. Tay sudah mengikhlaskan segalanya, termasuk hatinya untuk menerima lelaki yang dipilih kedua orang tuanya untuknya.
Namun, saat ia melihat sosok itu dan saling tersenyum untuk berkenalan. Tay tahu, ia menyimpan hati untuknya.
Berpacaran selama 4 tahun lamanya, akhirnya mereka memutuskan untuk bertunangan tepat di malam ulang tahun Time yang kedua puluh lima tahun. Berharap semakin serius hubungan mereka berjalan, kemungkinan Time untuk tetap bermain ke sana kemari pun akan berkurang. Tetapi ternyata ia salah.