Words Count: 8.061
Genre: Dark Romance
Rating: Mature
Tags! MCD, Obsessive!Jimin, Public Sex, Angry Sex, Blood, Murder, Suicide, Human Trading, Mention of Sex Slave, Mention of Cheating, LDR
Commission by: DynYoonmin
Lelaki itu tersenyum menatap pemuda yang tengah berbaring di atas rerumputan hijau, terkekeh saat mata kecil kekasihnya menyipit begitu matahari yang mulai tinggi menyilaukan tatapan matanya. Sebelah tangan mungilnya bergerak untuk menghalangi sinar itu mengganggu lelaki yang lebih tua.
Membuat pemuda dengan papan nama bertuliskan “Min Yoongi” itu mengerutkan dahinya. “Kenapa kau tidak ikut berbaring saja, Jimin?”
Lelaki bermarga Park itu terkekeh kecil. “Lalu, siapa yang akan menghalangi sinar mataharinya menusuk mata Yoongi Hyung? Yoongi Hyung melipat kedua tangannya sebagai bantal. Lagi pula, aku tidak ingin seragamku basah. Hyung tidak lihat rumputnya masih basah karena hujan semalam?”
Yoongi mendesah, menekuk kaki kirinya lalu meletakkan kaki kanannya di atas lutut kirinya. Matanya terpejam dengan nyaman. Tangan mungil Jimin lebih dari cukup untuk membuat dirinya terlindung dari sinar matahari. “Itulah sebabnya aku memintamu untuk mengganti pakaian dengan pakaian olahraga lebih dulu. Supaya kau bisa ikut bersantai bersamaku.”
Jimin terkekeh kecil dan menggelengkan kepalanya. Terkadang, Min Yoongi adalah orang yang benar-benar sulit dimengerti. Tetapi justru itulah yang membuat dirinya menarik, dan itu jugalah, salah satu sebab mengapa Jimin kecil selalu mengikuti ke mana pun anak bungsu tetangganya itu melangkah.
Ya, Min Yoongi adalah tetangganya sejak mereka bayi. Kedua orang tua mereka berteman baik, tidak jarang keluarga Park dan Min berkumpul untuk merayakan banyak hari besar bersama. Pekerjaan kantor dan tempat tinggal mereka yang jauh dari kampung halaman, membuat mereka sulit menentukan waktu untuk sekadar berkumpul dengan keluarga besar. Dan untuk mengobati kerinduan mereka pada rumah, mereka pun memutuskan untuk melewati hari-hari besar bersama.
Jimin kecil sangat mengagumi lelaki yang berusia dua tahun lebih tua darinya itu, bahkan sejak masih berada di taman kanak-kanak. Jimin selalu memperhatikan Yoongi yang menjadi bintang basket di sekolah dasar. Bagaimana cara bungsu keluarga Min berlaga di atas lapangan, bagaimana Yoongi kecil begitu lihai mencetak skor untuk timnya, dan bagaimana wajah bahagianya terlihat jelas setiap kali timnya membawa pulang kemenangan. Hal yang menjadi favorit Jimin? Adalah Min Yoongi yang akan menggendong dirinya di punggung untuk pulang ke rumah setelah Jimin selesai menonton pertandingan sang Hyung. Cukup lama kebiasaan itu berjalan, sampai akhirnya Jimin berada di kelas delapan sekolah menengah. Jimin meminta Yoongi untuk tidak lagi menggendong dirinya pulang setiap pertandingan basket usai, Jimin bilang, dirinya malu karena ia sudah besar.
Maka Min Yoongi pun hanya bisa mengikuti keinginannya. Bisa kalian bayangkan, bukan? Wajah datar pemuda berkulit putih pucat itu mengangguk hampa. Seolah ia mengerti maksud dari ucapan Jimin, padahal lelaki itu sama sekali tidak memahaminya. Karena, jika Min Yoongi memahami maksud adik tingkatnya itu, sejak saat itu pun Min Yoongi akan tahu, bahwa Park Jimin sudah mulai menaruh hati pada dirinya.
Mungkin Min Yoongi kurang cermat, mungkin Min Yoongi terlalu polos, atau mungkin, Min Yoongi memang terlambat puber. Karena buktinya, lelaki itu masih biasa-biasa saja setiap kali ia keluar-masuk kamar sulung keluarga Park untuk sekadar bermain dan menghabiskan waktu, menghilangkan rasa bosan, menumpang tidur, menjajah camilan Jimin, atau bahkan saat Jimin memintanya untuk menjelaskan beberapa mata pelajaran yang tidak ia mengerti. Min Yoongi tidak mengerti alasan di balik tubuh Jimin yang sering kali bergerak kaku, atau pipi Jimin yang tiba-tiba memerah, atau Jimin yang tiba-tiba saja menjadi bodoh saat ia berada di dekatnya.