BAB 8

596 78 119
                                    

Pintu ruang IGD terbuka. Dokter yang menangani Rey akhirnya keluar. Namun, beberapa petugas medis lain masih berada di dalam.  "Keluarga pasien?"

Gema yang melihat itu pun segera berdiri dan menghampirinya. "Gimana keadaan adik saya dok?"

"Akibat benturan pada bahu pasien, menyebabkan pen yang tertanam pada tulang pasien patah. Dan dari keluhan pasien yang sering mengalami nyeri pada bahu, kami menganalisa bahwa terjadinya infeksi pada pen tersebut. Sehingga diharuskan operasi pengangkatan pen agar infeksi tersebut tidak menyebar luas. Namun kondisi tulang pasien sendiri sudah cukup bagus, sehingga tidak perlu melakukan pemasangan pen kembali. Jadi, kami meminta persetujuan pihak keluarga untuk menandatangani surat persetujuan jalannya operasi." jelas dokter ber name tag Dimas itu.

"Lakuin yang terbaik buat adik saya dok."

"Baik, silahkan urus administrasi terlebih dahulu. Kalo gitu, saya permisi."

Mama dan Saka dari tadi masih terus menangis. ditambah dengan penjelasan dokter akan keadaan Rey saat ini, Gema tidak tega melihat itu, dirinya menghampiri Mama dan memeluknya dari samping sembari mengusap-usap bahu sang mama untuk menguatkan. "Gak papa Mah, Rey kuat kok"

"Operasinya pasti lancar, kan. Mas?" tanya Mama lirih.

"Pasti. Kita tunggu aja ya, Mah"

"Iya, Mas"

"Abang urus administrasi dulu ya, Mah." pamit Gema pergi setelah memastikan mama tenang.

Eja dan Sean yang masih lengkap dengan seragam basket pun tampak cemas mendengar keadaan Rey seperti ini. Satya melihat itu pun segera menghampirinya.

"Lo berdua balik kesekolah lagi aja, ntar pulang sekolah baru balik sini lagi," titah Satya pada keduanya.

"Tap--"

"Udah gak papa, ntar gue kabarin lagi keadaan Rey gimana. Lo berdua tenang aja," timpal Satya lagi.

"Yaudah, gue sama Sean balik dulu ya bang, ntar pulang sekolah gue kesini lagi," ucap Eja.

"Iya, Santai. Makasih ya" Satya menepuk-nepuk bahu Eja. Eja dan Sean berpamitan dan kembali lagi kesekolah.

Disisi lain, Saka sudah tidak menangis seperti tadi, namun wajahnya sangat merah karena menangis terlalu lama. Saka menyenderkan kepalanya pada lengan Zafran.

"Udah gak usah nangis terus, Rey udah ditangani sama dokter," jelas Zafran pada Saka.

Saka mengangguk-anggukan kepalanya pelan sebagai jawaban.

Melihat Saka udah sedikit tenang, Zidan berjalan mendekat. "Dek, tadi kejadiannya gimana emang?"

Saka menghela napas. "Tadi waktu tanding, waktu tinggal semenit, Bang. Terus bang rey cetak point, tapi didorong dari belakang sama tim lawan."

"Gue liat jelas kok, dia sengaja," tambah Saka lagi.

"Siapa?," tanya Zafran disampingnya.

"Bara."

Tadi sewaktu Zidan, Satya dan Juna di kampus tiba-tiba mendapat kabar bahwa Rey dilarikan ke Rumah Sakit, mereka  panik. Buru-buru mereka menyusulnya. Zidan kemudian mengabari Gema yang beruntungnya Gema sedang berada dirumah waktu itu.

Setelah menunggu berjam-jam akhirnya  Operasi pengangkatan pen selesai dengan lancar, dan kini Rey sudah di pindahkan ke rawat inap. Mereka semua bisa menjenguk Rey saat ini. Terlihat Rey memejamkan matanya, dan wajah pucat yang sangat terlihat jelas.

"Dia, tidur Sus?" celetuk Zidan.

"Pasien baru saja tertidur karena pengaruh obat. Kalau begitu, saya permisi dulu. Nanti kalau ada keluhan atau kalau ada yang di butuhkan bisa pencet bel darurat ini." jelas Suster berpamitan sembari menunjukan letak bel darurat itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful Time ll NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang