Hari ini Amilia tidak sekolah, Shiva juga memutuskan untuk libur kuliah. Mereka berdua sepakat untuk menjaga ibu mereka yang tiba-tiba saja demam tinggi.
Sejak melihat penampakan ular kobra tadi, tubuh Hana langsung lemas, dan suhu tubuh ibu dua orang anak itu langsung naik.
Mereka hanya bertiga saja di rumah, Joni tidak bisa libur karena ada pekerjaan yang sangat mendesak.
Hana sudah meminum obat yang dibelikan Shiva dari apotek. Tapi walaupun sudah meminum obat, suhu tubuh Hana tak kunjung turun.
"Ma ... makan dulu, ya? Ini sudah jam tiga sore loh. Dari tadi pagi Mama nggak makan apa-apa," lirih Shiva sambil memijat tangan ibunya yang sedang berbaring di ranjang.
Hana menggeleng pelan. "Mama nggak nafsu makan, Va. Rasanya mual."
"Minum susu mau, Ma?" tawar Amilia yang sedang melipat pakaian kedua orangtuanya.
Hana kembali menggeleng pelan. "Mama mau tidur aja," lirihnya.
"Ya udah. Mama tidur yang nyenyak, ya?" ujar Shiva seraya menyelimuti ibunya dengan selimut tambahan. Pasalnya Hana merasakan sangat dingin walaupun suhu tubuhnya sangat tinggi. Oleh karena itu, Shiva memakaikan dua selimut sekaligus agar ibunya bisa tidur dengan nyenyak.
Setelah Hana terlelap, Shiva dan Amilia meninggalkan ibunya itu sendirian di kamar. Mereka berdua memutuskan untuk membereskan rumah dan memasak.
Shiva yang kebagian tugas untuk masak, sedangkan Amilia bersih-bersih rumah.
Amilia sedang berada di taman belakang rumah. Tiba-tiba saja perhatiannya teralihkan pada sebuah gudang kecil yang terkunci rapat. Pintunya dipasang tralis, dan juga sebuah rantai besar dan gembok yang juga besar terpasang di sana.
Kemarin Amilia sudah bertanya tentang gudang tersebut kepada ibunya, tapi ibunya menjawab tidak tahu. Karena ibunya belum sempat bertanya ke ayah mereka.
Amilia yang penasaran, memutuskan untuk mendekati gudang tersebut. Ia berdiri di depan gudang tersebut sambil memegang-megang rantai besar yang melilit di pintu tersebut.
"Ngapain, Lia?"
Amilia langsung menoleh ke belakang dan mendapati kakaknya menatap dirinya dengan tajam.
"Kak Shiva ngagetin aja," ujar Amilia sambil mengusap dadanya karena kaget. "Kakak sudah selesai masak?" tanyanya dan di-angguki oleh Shiva.
"Lia! Ada telepon dari teman kamu!" teriak Shiva dari dalam rumah.
Amilia yang kaget dengan teriakan tersebut, langsung menoleh ke arah rumah. Perasaanya menjadi tidak enak. Mana yang Shiva asli? Yang sekarang ada di belakangnya? Atau yang baru saja berteriak?
Dengan perlahan, Amilia menoleh ke belakang. Gadis remaja itu langsung berteriak histeris begitu matanya bertatapan langsung dengan sesosok perempuan yang sangat menyeramkan. Perempuan itu sama persis dengan perempuan yang ia lihat tadi malam.
"Aarrgghh!"
Shiva yang sedang menggoreng ayam, langsung mematikan kompor dan berlari ke arah adiknya.
Shiva mendapati Amilia berdiri lemas di depan pintu gudang. Ia tahu ada yang tidak beres. Oleh karena itu, Shiva langsung menarik tangan Amilia dan membawa adiknya itu masuk ke rumah.
Saking shock dan takutnya Amilia, ia sampai tidak memiliki daya untuk berlari. Kakinya langsung lemas begitu ia bersitatap dengan makhluk menyeramkan tadi.
Seumur hidup Amilia, baru kali ini ia melihat hantu. Dan hantu tersebut, lebih menyeramkan dari film horor yang sering ia tonton. Ya, Amilia memang sering menonton film horor, kebalikannya dari Shiva yang tidak suka film horor. Akan tetapi, jika berada dalam situasi horor di dunia nyata, Amilia tidak seberani itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pukul Dua Dini Hari (Selesai)
HorrorPart masih lengkap. Setiap pukul dua dini hari, jam di rumah Shiva berhenti total. Selain itu ... ada juga suara tangis perempuan dan bayi.