Setelah kejadian menyeramkan tadi, Shiva tidak bisa memejamkan matanya barang sedetik saja. Ia terus terjaga hingga pukul dua dini hari.
Shiva yang masih shock dengan kejadian tadi, hanya bergelung di balik selimut tebal dengan mata yang terbuka lebar. Kalau boleh memilih, ia ingin tidur saja. Akan tetapi apalah daya, matanya tidak mau terpejam walupun sudah ia paksakan untuk terpejam.
Samar-samar dari luar kamar, Shiva mendengar suara tangis bayi. Bulu kuduk Shiva langsung meremang seketika itu juga.
"Aarrgghh! Mamaaa ... Papaaa ... Kak Shivaaa ...."
Shiva langsung bangun begitu mendengar suara teriakan Amilia yang histeris. Dengan jantung yang berdetak tidak karuan, Shiva memberanikan diri mendatangi kamar Amilia yang terletak persis di sebelah kamarnya.
"Lia ... kamu kenapa?" tanya Shiva saat melihat adiknya duduk di depan pintu kamarnya sambil memeluk lutut.
Amilia yang ketakutan, tidak menjawab pertanyaan kakaknya. Gadis remaja itu langsung menubruk dan memeluk kakaknya dengan erat.
"Aku tidur di kamar kakak, ya? Aku nggak mau tidur sendirian," mohon Amilia dengan suara yang tidak jelas karena ia bicara sambil menangis.
Shiva mengangguk setuju. Ia lalu menuntun Amilia menuju kamarnya.
Yang Shiva heran, kok orang tua mereka tidak terbangun mendengar suara teriakan Amilia yang sangat kencang? Padahal, biasanya sang ibu sangat mudah terjaga dari tidurnya.
"Kak ... tadi ... tadi aku didatengin perempuan serem banget," adu Amilia saat ia sudah mulai baikan.
"Perempuan serem?" ulang Shiva dengan ragu.
Amilia mengangguk dengan cepat. "Matanya melotot, rambutnya kusut, lehernya diikat, wajahnya ...."
"Sstt ... sudah. Nggak usah diterusin. Ceritanya sambung besok pagi aja," lirih Shiva sambil menyelimuti adiknya yang sudah berbaring di atas ranjang.
Amilia mengangguk patuh. Hantu perempuan itu tadi menjulur-julurkan rambutnya di wajah Amilia hingga membuat Amilia terjaga. Begitu Amilia terjaga, yang pertama kali ia lihat adalah wajah hantu perempuan yang menyeramkan itu.
Padahal Amilia ingat betul, sebelum ia tidur, ia sudah mematikan lampu. Tapi mengapa tadi lampu kamarnya bisa menyala?
Sementara itu di kamar Joni dan Hana, hantu perempuan tersebut sedang menduduki dada Joni dan Hana sehingga pasangan suami istri itu tidak bisa untuk bangun. Mereka sadar, mereka mendengar teriakan Amilia, tapi mereka tidak bisa bangun.
Dan ... mereka baru bisa bangun satu jam kemudian.
Begitu bangun, Hana langsung memeriksa kondisi Amilia. Hana menghembuskan nafas lega begitu melihat Amilia dan Shiva tidur bersama di kamar Amilia.
Yang Hana tidak tahu, mereka tidur berdua di kamar Shiva, bukan di kamar Amilia.
💀💀💀
"Ma, kok semua jam di rumah ini mati, ya?" ujar Amilia yang baru bergabung di dapur bersama ibunya. "Dan matinya aneh."
"Iya, Ma. Matinya tepat di jam dua," sambung Shiva yang juga baru muncul di dapur.
"Mungkin baterainya habis," sahut Hana sambil mencuci sayur di wastafel.
"Nggak mungkin, Ma. Aku rasa ... rumah ini ada penunggunya deh," lirih Amilia sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling dapur.
"Sstt, ada-ada aja kamu. Mending bantuin Mama masak deh, daripada mikir yang aneh-aneh," ujar Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pukul Dua Dini Hari (Selesai)
HorreurPart masih lengkap. Setiap pukul dua dini hari, jam di rumah Shiva berhenti total. Selain itu ... ada juga suara tangis perempuan dan bayi.