Zefannya melangkahkan kakinya terlebih dahulu disusul dengan Bima yang sejak tadi menunggunya di ambang pintu. Setelah mereka sampai di depan mobil Bima Zefannya melangkahkan kembali kakinya untuk pergi namun tangannya dicekal oleh Bima terlebih dahulu.
“Mau kemana?” tanya Bima
“Aku akan pesan ojek online jadi kamu tidak perlu repot untuk mengantarku,” ucap Zefannya.
“Kamu sudah menerima tawaran ibu, jadi cepatlah naik.” Perintahnya dengan menarik Zefannya dan mendudukannya di kursi depan.
Tidak ada percakapan yang tercipta hanya hening, sang pengemudi fokus dengan jalanan sambil mencuri pandang penumpang di sampingnya, sedangkan sang penumpang mengalihkan pandangan keluar jendela disampingnya.
“Kenapa belok sini?” tanya Zefannya dengan menegakkan tubuh karena ini bukanlah jalan pulang menuju rumahnya.
“Kita ke cafe dulu,” jawab Bima singkat.
Inilah alasan mengapa Zefannya tidak mau, karena Bima selalu bertindak dengan apa yang ia inginkan tanpa meminta pendapat. Terlebih jika saat dalam mood marah laki-laki ini tidak akan pernah mendengarkan lawan bicaranya.“Aku mau pulang,” Bima tidak menggubris ucapan Zefannya.
“Kalau kamu tidak mau mengantarku turunkan aku disini!” perintah Zefannya mutlak sedangkan Bima masih sibuk menancapkan gas seolah ocehan perempuan disampingnya adalah angin lalu.
“Kau tuli? Aku bilang turunkan aku di sini.” Zefannya benar-benar naik pitam untuk kali ini.
Tidak ada jawaban dari lawan bicara yang ada hanya senyuman dengan memandang jalanan.“Sialan.” Oke akhirnya kata ini terucap dari mulut manis Zefannya.
“Bibirmu harus di beri hukuman sayang,” memarkirkan mobilnya, karena tujuannya kini telah sampai.
Zefannya sungguh kesal dengan semua jalan pikirnya Bima entah laki-laki ini memang tuli atau mencari kesempatan di waktu ini. Andai saja jika bukan karena Vero sakit dan bukan permintaan ibunya Bima untuk diantar pulang oleh anaknya, saat ini mungkin ia sedang menikmati istirahatnya.
“Kamu mau turun atau aku beri hukuman disini?” tidak ada kata yang keluar dari mulut Zefannya, ia hanya menjawabnya dengan segera keluar dari mobil.
“Aku ingin pulang,”
“Aku bilang masuk dulu,”
“Aku lelah Bima, kalu kamu tidak mau mengantarku aku bisa pulang sendiri.” lirih Zefannya karena cukup lelah untuk meninggikan suaranya.
“Jangan buat aku marah Anya, apa susahnya menurut kali ini saja!”
Zefannya masuk diikuti Bima di belakangnya dan mengistirahatkan tubuhnya di kursi dekat jendela.
“Siapa yang suruh kamu duduk disitu? Ikut aku!” tanya Bima yang berkacak pinggang di depan Zefannya yang sudah mendudukkan bokongnya di meja dekat pintu masuk, tujuannya agar ia bisa cepat melarikan diri meskipun itu hal yang mustahil untuk saat ini.
“Aku mau pulang!”
“Setelah ini aku antar kamu pulang,”
Zefannya pasrah dan lebih memilih untuk mengikutinya, sebenarnya bisa saja dia lari mencari taksi atau pesan ojek online, tapi untuk saat ini tenaganya benar-benar habis dan ia tidak mau membuat keributan di tempat orang.
Bima memasuki ruangannya diikuti Zefannya di belakang. Zefannya sungguh malas jika sudah harus memasuki ruangan ini, ada cerita menyakitkan atau lebih tepatnya ruangan ini yang menyebabkan putusnya hubungan keduanya, tunggu bukan ruangannya tapi kedua lawan jenis yang ada di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie
Teen FictionZefannya Tarisha menjalin hubungan dengan kekasihnya selama tiga tahun, selalu di hadirkan dengan kebahagian meskipun keduanya jarang untuk bertemu karena kesibukkan yang mereka miliki, tapi itu tidak membuat hubungan mereka memudar karena keduanya...